Riska Yuli Nurvianthi
13 Feb 2022 at 17:13


Kehadiran Corona Virus atau yang lebih dikenal dengan Covid-19 sejak tahun 2019 hingga detik ini masih begitu meresahkan di seluruh kalangan dunia. Setelah varian Alfa, beta, delta menjadi momok yang begitu ditakutkan kembali hadir varian dengan nama baru yaitu Omicron.

Kementerian Kesehatan RI telah mengumumkan temuan kasus pertama COVID-19 varian Omicron di Indonesia pada Kamis (16/12) 2021. Bahkan,Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah menetapkan varian B.1.1.529 atau Omicron sebagai variant of concern atau VoC.

Perlu untuk diketahui VoC adalah varian virus corona yang menyebabkan peningkatan penularan dan kematian, serta dapat memengaruhi efektivitas vaksin Covid-19. Meski terlihat mirip, gejala varian Omicron tampaknya sedikit berbeda dengan varian lainnya.

Omicron merupakan virus yang memiliki 50 mutasi yang 30 diantaranya terdapat pada gen yang mengkode protein S. Separuh dari mutasi yang ada pada gen pengkode protein S ini terdapat pada daerah Receptor Binding Domain (RBD) tempat virus berinteraksi dengan reseptor ACE2 pada sel target.

Pandangan WHO (World Health Organization) terkait omicron yang disampaikan pada hari sabtu (08/01) 2022 kemarin dilansir dari portal pemberitaan cnbcindonesia. Com, pimpinan tertinggi di lembaga itu mengatakan bahwa omicron tak jauh berbeda dengan varian lainnnya, karena telah terbukti mampu membuat orang dirawat di rumah sakit bahkan membunuh manusia. Namun beliau mengatakan bahwasannya Varian omicron sendiri dalam beberapa kesempatan disebut tidak menyebabkan keparahan penyakit pada kelompok usia muda dan dewasa. Pernyataan tersebut bahkan dibarengi dengan data lain, termasuk riset dari Afrika Selatan dan Inggris. 

Pandangan ahli Prof. Dr. apt. Maksum Radji, M. Biomed, Guru Besar (purnabakti) Fakultas Farmasi Universitas Indonesia (FF UI), menyampaikan pada talkshowbertema “Virus Corona Varian Omicron: Apa dan Bagaimana Menghadapinya”, yang diselenggarakan oleh FF UI mengatakan Replikasi virus Covid-19 varian Omicron pada saluran pernafasan memang 10 kali lebih cepat dari varian yang lain. Meski demikian, keparahan varian tersebut tidak signifikan. Mutasi virus adalah hal normal terjadi pada proses replikasi virus, dan tidak semua mutasi menyebabkan virus menjadi lebih berbahaya.Dari data yang ada, rata-rata hanya 4% mutasi yang membuat virus lebih berbahaya. Infeksi virus yang berbeda pada saat bersamaan juga berpotensi menyebabkan mutasi pada virus. Virus tersebut membutuhkan inang untuk replikasi, sehingga tujuan vaksinasi untuk mencapai herd immunity yang memberi kekebalan inang, sangat penting.

Meski demikian, hingga saat ini laporan-laporan tersebut tidak memberikan gambaran secara rinci atau lengkap terkait dengan studi maupun usia pasien yang dianalisis.

Salah satu pertanyaan yang belum terjawab hingga kini adalah bagaimana dampak varian omicron terhadap orang tua. Pasalnya, sebagian besar kasus yang dipelajari kelompok peneliti adalah kelompok usia yang lebih muda.

Sementara itu, Janet Diaz, pimpinan WHO untuk manajemen klinis mengatakan bahwa studi awal telah menunjukkan risiko rawat inap akibat omicron lebih rendah dibandingkan varian delta. Sebelumnya, WHO mengatakan bahwa ada beberapa banyak bukti yang menyatakan bahwa virus corona varian omicron menyebabkan gejala yang lebih ringan dibandingkan varian sebelumnya.

Semakin berbahaya atau tidak, Omicron tetap perlu di waspadai dengan tetap melakukan kebiasaan yang telah diterapkan kurang lebih 2 tahun ini sebagai salah satu langkah preventif melawan berbagai macam varian-varian virus maupun penyakit  yang membahayakan dan  Sangat penting tetap menekankan ke masyarakat harus berhati-hati dalam mencerna informasi yang beredar di media sosial.

0