I Putu Dicky Merta Pratama
07 Jan 2025 at 10:03Media Sosial: Tempat Perdebatan atau Aksi Nyata?
Di dunia maya, media sosial telah menjadi panggung utama untuk berbicara, berdiskusi, dan tentu saja, berargumen. Semua orang dengan mudah mengangkat suara mereka tentang perdamaian. Tetapi mari kita tanya sejenak: apakah kita benar-benar berusaha untuk membangun perdamaian, atau hanya sekadar merasa cukup dengan ikut berpartisipasi dalam debat tanpa akhir yang tak kunjung selesai? Bukankah hanya dengan mengklik “like” pada postingan yang setuju dengan pandangan kita atau menambahkan "#damai" di setiap unggahan sudah cukup untuk menyelamatkan dunia? Jangan lupa, kita sudah melakukan "aksi nyata" dalam beberapa detik!
Nyatanya, media sosial sering kali menciptakan "perdamaian" yang lebih mirip dengan pawai kebisingan. Konten tentang kedamaian bisa dengan mudah dibagikan, tetapi itu tidak berarti kita sudah berusaha untuk menciptakan kedamaian yang sesungguhnya. "Dunia damai" kita lebih banyak diisi dengan debat sengit di kolom komentar yang hanya menghasilkan kebisingan, bukan diskusi yang konstruktif. Jika berbicara tentang perdamaian adalah olahraga, maka kita pasti sudah menang banyak medali. Tapi tentu saja, kemenangan itu tidak mengubah kenyataan bahwa kita lebih sering berperang dalam kata-kata daripada berdamai dalam tindakan.
Perdamaian dalam Semangat Nasionalisme
Perdamaian sejati tidak tercapai hanya lewat retorika. Ia datang ketika kita cukup berani untuk mendengarkan—dengan hati terbuka—pandangan orang lain, bahkan jika itu membuat kita tidak nyaman. Sayangnya, di dunia digital, perbedaan pendapat sering kali dianggap sebagai musuh yang harus dihancurkan, bukan sebagai kesempatan untuk saling memahami. Namun, jangan khawatir! Kita semua sudah tahu bahwa cukup berargumen dengan tegas di media sosial sudah cukup untuk menciptakan dunia tanpa konflik.
Di Indonesia, nasionalisme bukan hanya tentang mencintai tanah air, tetapi juga tentang bagaimana kita merayakan keberagaman dan memperkuat persatuan dalam perbedaan. Dengan lebih dari 17.000 pulau, ratusan suku, bahasa, dan agama yang ada, kita diajarkan bahwa hidup bersama dalam keberagaman adalah suatu keniscayaan. Nasionalisme sejati tercermin dalam cara kita menghargai perbedaan, saling menghormati, dan menjaga persatuan meski memiliki pandangan yang berbeda. Media sosial seringkali memudarkan semangat ini, karena alih-alih mencari titik temu, kita cenderung terpaku pada perbedaan dan merasa lebih benar daripada yang lain.
Melalui semangat nasionalisme yang tulus, kita seharusnya dapat mengubah perspektif di dunia maya. Sebagai bangsa yang besar, kita harus mampu berdialog dengan penuh rasa hormat dan menghindari saling menghujat hanya karena perbedaan pandangan. Negara kita dibangun dengan semangat Bhinneka Tunggal Ika, berbeda-beda tetapi tetap satu, yang merupakan landasan utama bagi terciptanya kedamaian di tengah keberagaman. Ketika kita berbicara tentang perdamaian, semangat nasionalisme ini harus hadir dalam setiap tindakan kita, baik di dunia maya maupun dunia nyata.
Menghidupkan Kearifan Lokal dalam Tindakan
Selain nasionalisme, kearifan lokal juga memegang peran penting dalam membangun perdamaian sejati. Setiap daerah di Indonesia memiliki tradisi dan nilai-nilai yang mengajarkan kita tentang pentingnya hubungan yang harmonis, baik antar individu maupun antar kelompok. Di Bali, misalnya, kita diajarkan nilai Tri Hita Karana, yang berarti keharmonisan hubungan manusia dengan Tuhan, dengan sesama manusia, dan dengan alam. Kearifan ini mengajarkan kita untuk menjaga keseimbangan dan saling menghormati, yang merupakan fondasi utama bagi perdamaian.
Begitu juga di bali, terdapat ajaran gotong royong/menyame braya yang menekankan pentingnya kerjasama dalam mencapai tujuan bersama. Kearifan ini mengajarkan bahwa perdamaian bukanlah sesuatu yang dapat dicapai sendirian, tetapi harus dicapai bersama dengan saling membantu, mendukung, dan berbagi. Dalam dunia maya, nilai-nilai seperti ini bisa menjadi pedoman untuk membangun komunikasi yang lebih konstruktif dan lebih sedikit berbicara dengan penuh kebencian.
Menghidupkan kearifan lokal dalam dunia digital bukan berarti kita harus kembali ke masa lalu, tetapi bagaimana kita memanfaatkan kebijaksanaan tersebut dalam menghadapi tantangan zaman ini. Kearifan lokal mengajarkan kita untuk berbicara dengan penuh pertimbangan dan berpikir sebelum berbicara, tidak terburu-buru untuk menghakimi, dan lebih banyak mendengarkan. Sebagai bagian dari bangsa Indonesia, kita perlu menunjukkan pada dunia bahwa kita tidak hanya pandai berdebat, tetapi juga mampu mengimplementasikan nilai-nilai luhur yang ada dalam kehidupan sehari-hari, baik di dunia maya maupun dunia nyata.
Aksi Nyata yang Mewujudkan Perdamaian
Aksi nyata berarti lebih dari sekadar berbicara dengan penuh hormat di dunia maya. Ia berarti berusaha untuk mendengarkan, membuka pikiran, dan berbicara dengan cara yang membawa dampak positif bagi dunia nyata. Namun, tentunya lebih mudah untuk memberi “like” pada status yang memicu perdebatan daripada benar-benar berusaha menyelesaikan masalah yang ada di depan mata. Mengubah dunia tidak pernah semudah menekan tombol di layar ponsel kita, tetapi kita bisa terus berpura-pura bahwa itu cukup.
Jadi, mari kita berhenti sejenak dan bertanya pada diri sendiri: apakah kita hanya ingin menjadi bagian dari percakapan kosong yang dipenuhi hashtag #damai atau apakah kita benar-benar siap untuk mewujudkan perdamaian dalam tindakan nyata? Jangan lupa, perdamaian sejati bukan hanya tentang seberapa banyak orang yang setuju dengan kita di dunia maya, tetapi tentang bagaimana kita menjalani kehidupan sehari-hari dengan penuh rasa hormat, empati, dan semangat nasionalisme terhadap perbedaan.
Perdamaian bukan hanya sebuah slogan atau hashtag, tetapi sesuatu yang harus diwujudkan melalui tindakan yang membawa dampak positif, tidak hanya di dunia maya, tetapi lebih penting lagi di dunia nyata. Kita sebagai bangsa yang besar harus mengambil peran untuk menjadi contoh nyata bahwa dengan mengedepankan kearifan lokal dan semangat nasionalisme, kita bisa menciptakan dunia yang lebih damai dan harmonis. Aksi nyata adalah kunci, dan itu dimulai dari bagaimana kita berbicara, bertindak, dan menghargai satu sama lain setiap hari.
0