Riska Yuli Nurvianthi
29 Jun 2022 at 14:07


Baru-baru ini, UAS marak menjadi senteran netizen karena perjalanannya di tolak masuk oleh pihak pemerintah negara sebelah sebagai warga asing yang ingin berlibur di negaranya.

Penolakan terjadi dikarenakan dinilai menyebarkan ajaran ekstremis dan segregasi yang jelas ini akan merusak tatatanan masyarakat, selain itu dapat berdampak pada keutuhan bangsa dan negara, terlebih negara yang akan dikunjunginya tersebut termasuk negara multi ras dan multi agama.

Nah, sahabat damai apa itu Ajaran Ekstemis dan Segregasi?

Secara harfiah, Ekstremis merupakan kualitas atau keadaan yang menjadi “ekstrem” atau advokasi ukuran pandangan ekstrem. Istilah tersebut banyak dipakai dalam esensi politik dan agama yang merujuk pada ideologi yang dianggap jauh di luar sikap masyakat pada umumnya.

Secara pandangan umum, pengertian ektremis merupakan sebuah doktrin yang ada pada diri sendiri maupun pada orang lain yang dapat meliputi indoktrinisasi politik, agama maupun ras.

Biasanya orang yang berpedoman pada paham ini akan melakukan segala cara untuk mendiskrimasi seseorang. Ekstremisme juga dikatakan sebagai paham atau kepercayaan yang kuat terhadap suatu hal yang melebihi batas kewajaran.

Menurut Learner Dictionary, ektremisme merupakan sebuah kepercayaan untuk ide-ide yang sangat jauh dari apa yang orang anggap masuk akal. Ekstremisme bisa juga dianggap sebagai suatu hal yang jauh dari akal sehat seseorang untuk melakukan hal yang sesuai dengan kepercayaan.

Meriam Webster Dictionary mengatakan Ektremisme merupakan sebuah keadaan yang ekstrem, dalam kata lain ektremisme merupakan advokasi tindakan atau pandangan ekstrem yang didalamnya memuat paham radikalisme.

Adapun arti dari segregasi, dikutip dari Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI),  berarti pemisahan dalam konteks sosial, yang bisa mengacu pada suatu golongan dari golongan lainnya. Dalam KBBI juga disebutkan segregasi bisa diartikan sebagai pengasingan, pengucilan.

Secara umum, segregarsi diartikan sebagai sebuah pemisahan kelompok ras atau etnis, baik secara hukum maupun tindakan, orang-orang dari ras yang berbeda dalam segala macam kegiatan sehari-hari seperti pendidikan, perumahan, dan penggunaan fasilitas umum.

Lantas, Mengapa UAS Di Anggap Menyebar Ajaran Ekstremis Dan Segregasi?

Nyatanya, UAS perna menyampaikan narasi yang bermakna ajaran eksremis seperti ini “Bom bunuh diri dalam konteks konflik antara Israel-Palestina itu sah dan dianggap sebagai mati syahid”.

Sedangkan narasi Segregasi UAS terlihat dari komentarnya yang merendahkan anggota komunitas agama lain. Dalam konteks ini yakni agama Kristen dengan mengatakan bahwa salib Kristen sebagai tempat tinggal bagi jin kafir (roh/setan). Bahkan baginya non-Muslim sebagai kafir. Hal ini tak sejalan dengan masyarakat yang multi-Agama dan tentunya memandang tiap-tiap agamanya sebagai agama yang baik.

Jelas narasi-narasi demikian secara lebih kompleks akan mengganggu kohesi dan kerukunan umat beragama dalam bermasyarakat, khususnya masyarakat yang multi- ras dan multi agama yang bisa saja berujung pada konflik yang besar.

Jangan Jadikan Label Ustad sebagai indikator Pembawa Informasi Negatif

Sahabat damai, kita berharap dan tentunya menyakini Status UAS sebagai ustad yang melakukan kekhilafan tersebut tidak  menjadikan  indikator bagi negara lain Pelabelan istilah “Pendakwah, Ustad dan Semacamnya” sebagai sosok yang membawah pengaruh buruk, sebab tidak semua  ustad memiliki pikiran dan pemahaman yang bisa di samaratakan.

Menurut Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) terdapat 5 indikator untuk melabelkan seorang penceramah membawa narasi ekstremis dan segregasi yakni :

  1. mengajarkan kepada khalayak umum tentang ajaran anti-Pancasila dan pro-ideologi khilafah.
  2. Mengajarkan paham takfiri dengan menuduh pihak lain sebagai kafir karena berbeda pemahaman ataupun berbeda agama.
  3. Menanamkan jiwa antipemimpin dengan cara membenci dan membangun rasa tidak percaya kepda pemerintah. Hal ini dapat dilakukan dengan bentuk yang bermacam-macam, seperti penyebaran fitnah, berita hoaks, ataupun ujaran kebencian.
  4. bersikap eksklusif pada perubahan dengan menonjolkan sikap intoleransi pada keragaman tersebut.
  5. bersikap anti-budaya dan anti-kearifan lokal.

Sahabat damai, semua elemen harus tegas dan kompak untuk melawan narasi segregasi secara kontinyu, baik pemerintah, masyarakat sipil, anak muda dan seluruh masyarakat Indonesia. Jangan biarkan merusak keharmonisan NKRI dan melakukan pemecah belah antar umat beragama.

0