Nurikrimah
03 Dec 2024 at 17:23


Bayangkan dunia ini seperti panggung besar, di mana setiap orang memiliki peran dan kontribusi unik. Tapi, ada satu kelompok yang sering kali tidak diberi sorotan cukup sebagai penyandang disabilitas. Mereka bukan sekadar bagian dari masyarakat; mereka adalah pengingat kuat bahwa kehidupan bukan tentang apa yang tidak kita miliki, melainkan apa yang bisa kita lakukan dengan segala keterbatasan.

 

Seorang tunarungu yang mampu bermain biola dengan harmoni indah, seorang penulis tanpa tangan yang menghasilkan karya penuh makna, atau seorang atlet kursi roda yang melampaui batas kecepatan. Mereka membuktikan bahwa disabilitas bukanlah akhir cerita, tetapi babak baru yang penuh keberanian dan tekad. Namun, pertanyaannya, sudahkah kita, sebagai masyarakat, mendukung mereka untuk terus bersinar di panggung kehidupan?

 

Di luar sana, masih banyak tantangan yang harus mereka hadapi. Mulai dari fasilitas umum yang tidak ramah disabilitas hingga stigma sosial yang membuat mereka dipandang sebelah mata. Bahkan, banyak penyandang disabilitas yang berbakat luar biasa tetap sulit mendapatkan pendidikan yang layak atau pekerjaan yang sesuai. Bukan karena mereka tidak mampu, tetapi karena sistem yang sering kali mengabaikan kebutuhan mereka.

 

Dalam perjalanan ini, kisah seorang perempuan bernama Rani bisa menjadi refleksi kita. Lahir dengan kondisi tunanetra, Rani menghadapi dunia yang tak pernah ia lihat. Namun, ia memilih untuk memimpin. Kini, ia menjadi kepala sekolah di sebuah sekolah inklusif, mengajarkan anak-anak untuk bermimpi besar, tak peduli apa pun tantangannya. "Keterbatasan itu ada di pikiran," katanya suatu hari. Kalimat itu menggema jauh, lebih kuat dari cahaya apa pun.

 

Hari Penyandang Disabilitas Internasional adalah momen untuk bertanya pada diri sendiri: apakah kita sudah menjadi bagian dari solusi? Sebuah bangunan dengan ramp aksesibilitas, sebuah kantor yang memberikan ruang bagi pekerja disabilitas, atau sekadar senyuman tanpa rasa kasihan akan semua itu adalah langkah kecil dengan dampak besar. Dunia yang inklusif adalah dunia di mana setiap orang merasa diterima, dihormati, dan diberdayakan.

 

Tentu, ini bukan hanya soal memberi fasilitas. Lebih dari itu, ini tentang mengubah cara berpikir kita. Penyandang disabilitas tidak butuh belas kasihan; mereka butuh kesempatan. Kesempatan untuk berkarya, untuk didengar, dan untuk dipandang sebagai manusia yang utuh. Karena pada akhirnya, mereka adalah bagian dari kekuatan yang membangun bangsa ini.

 

Sebagai masyarakat, kita punya tanggung jawab untuk memastikan mereka mendapatkan ruang yang adil. Ketika kita mendukung mereka, kita tidak hanya mengangkat satu kelompok, tetapi juga memperkaya diri kita sendiri. Kita belajar empati, kerja sama, dan arti sesungguhnya dari kemanusiaan.

 

Maka, mari kita jadikan hari ini sebagai pengingat bahwa hidup adalah tentang bergerak bersama, bukan sendiri-sendiri. Hargai mereka yang berjuang melawan keterbatasan, karena mereka adalah contoh nyata bahwa batasan hanya ada jika kita membiarkannya. Dunia ini besar, panggung ini luas, dan kita semua punya peran untuk membuatnya lebih adil. Bukan untuk mereka saja, tapi untuk kita semua.

0