Vitra Yuqadhirza
06 Jan 2023 at 22:22


Komunitas Lentera Langsa Dalam Membangun Dakwah Multikultural 

Seiring dengan majunya peradaban, kehidupan dan kebudayaan masyarakat terus mengalami perubahan dan perkembangan yang seakan tidak ada batasnya. Manusia sebagai makhluk sosial merupakan faktor pendorong terjadinya budaya nongkrong. Nongkrong merupakan kegiatan berupa interaksi dengan orang lain saat memiliki waktu luang. Di mana interaksi merupakan kebutuhan bagi tiap manusia. Dari hasil riset yang telah dilakukan, para remaja khususnya anak SMA dan mahasiswa menjadikan nongkrong sebagai suatu hal yang wajib dilakukan. Mereka akan menghabiskan banyak waktunya untuk nongkrong demi menggapai status sosial agar terbilang gaul dan mendapat kesenangan semata.

Dalam hal ini tempat yang biasa Mereka melakukan kegiatan nongkrong adalah di warung kopi, bahkan Rektor UIN Ar Raniry, Prof Farid Wajdi Ibrahim MA dalam sambutannya mengatakan bahwa 80 persen generasi muda Aceh suka menghabiskan waktu dengan duduk di warung kopi (warkop). Berangkat dari problematika ini, muncul sebuah inisiatif dari 5 orang pemuda kota langsa untuk membentuk sebuah komunitas, dimana komunitas ini memiliki tujuan dalam mengedukasi para remaja dan pemuda untuk menciptakan sebuah tongkrongan yang bernilai dan bermutu sebagai wadah pembentukan generasi yang peduli terhadap sejarah islam.

Pada masa sekarang ini, kekuatan umat islam ditentukan oleh dakwah yang sistematik dan berkelanjutan. Oleh karena itu, aspek perencanaan dan pengelolaan menjadi faktor penting dalam penyampaian pesan-pesan islam yang efektif dan efisien kepada seluruh umat manusia yang multikultural. Dakwah adalah sebuah aktivitas mengajak manusia untuk melaksan perintah tuhan, menuju jalan kebaikan dan menjauhi apa yang sudah dilarang oleh Allah dan Rasulnya. Multikultural  berasal dari dua kata: multi (banyak/beragam) dan cultural (budaya/kebudayaan), yang secara etimologi berarti keberagaman budaya. Budaya disini diartikan sebagai semua dialektika manusia terhadap kehidupannya. Dialektika ini melahirkan banyak wajah, seperti sejarah, pemikiran, budaya, verbal, bahasa dan lain-lain.

Dakwah multikultural adalah aktifitas menyeru kepada jalan Allah melalui usaha-usaha mengetahui karakter budaya suatu masyarakat sebagai kunci utama untuk memberikan pemahaman dan mengembangkan dakwah. Dalam hal ini diperlukan adanya suatu model dakwah yang merupakan sebuah pola yang dipakai dalam menyiarkan nilai-nilai dalam agama islam. Untuk itu Lentera langsa muncul sebagai sebuah komunitas dakwah yang memandang penting adanya perubahan yang positif terhadap para remaja dan pemuda dikota langsa. komunitas ini berdiri pada bulan Desember tahun 2020. Lima orang pendiri komunitas ini adalah Arifin, Muhammad Ajiz, Iqbal, Fauza atau biasa sering dipanggil Dede, dan Angga Asnawi. komunitas lentera ini berlokasi dirumah salah seorang pengurus komunitas lentera, Juan Irwansyah  yaitu di desa Paya Bujok Seuleumak, kecamatan Langsa Baro, Kota langsa. Komunitas lentera ini hannya diperuntukkan untuk ikhwan (laki-laki), dan komunitas ini telah berjalan selama dua tahun terakhir ini, dalam komunitas ini ada beberapa kegiatan kajian yang dijalankan diantaranya yaitu:

Pertama kajian sirah nabawiyah, adalah sebuah kajian tentang rekaman seluruh mata rantai perjalanan Nabi besar Muhammad SAW dari lahir, kecil, remaja, dewasa, pernikahan, menjadi Nabi, perjuangannya yang heroik dan tantangan-tantangan besar yang dilaluinya, hingga wafatnya. Kedua kajian nafsiah, dalam kajian ini materi yang dipaparkan adalah tentang cara mendekatkan diri kepada Allah SWT. Dalam kajian ini komunitas lentera memakai sebuah kitab yang berjudul Nafsiah. Ketiga kajian rihlah, adalah perjalanan mentadabburi alam dengan maksud dan tujuan yang baik dan di dasarkan niat kepada Allah SWT. Kajian lentera ini biasanya digelar setiap malam kamis (rabu malam) jam 21:00 WIB sampai jam 23:00 WIB, setelah itu dilanjutkan dengan nongkrong bareng dengan saling bertukar pikiran. Diminggu pertama Rihlah, minggu kedua Nafsiah, minggu ketiga Sirah, dan minggu keempat Nafsiah, kajian nafsiah digelar dua kali dalam sebulan.

Dalam komunitas lentera tidak ada ditentukan syarat bagi yang ingin masuk dan ikut bergabung dalam komunitas ini, dan dalam proses kajiannyapun tidak formal seperti halnya kajian di balai-balai pengajian dan masjid-masjid. mereka membuka peluang bagi semua remaja dan pemuda yang memiliki niat ingin mendalami tentang sejarah islam dan ikut bergabung membangun dakwah di era modern sekarang ini. Lentera melihat bahwa kebiasaan para remaja yang lebih suka nongkrong diwarung kopi tanpa ada tujuan dan manfaat yang dihasilkan, menarik perhatian mereka untuk memuat suatu pola dakwah yang mengikuti sifat multikultural manusia sekarang ini, yaitu dengan menciptakan sebuah tongkrongan yang berfaidah dan berguna dalam membentuk karakter pemuda islam yang sebenarnya. Komunitas ini meciptakan sebuah pola dakwah dengan tidak terpacu pada hal-hal formal yang berlaku, dalam artian ketika kita akan datang kesebuah kajian maka kita akan memakai pakaian seagaimana ketika hendak shalat kemesjid, hal ini berbeda dengan komunitas lentera yang membuka dan menerima siapapun yang igin bergabung tanpa melihat tampilan luarnya, jadi ketika para pemuda dan remaja ingin bergabung, mereka bebas memakai pakaian yang bagaimanapun, namun tidak juga menyalahi dengan peraturan agama (sopan).

Di era sekarang ini, para remaja dan pemuda-pemuda yang seharusnya menjadi tongkat estafet penerus bangsa, menjadi generasi yang siap berdiri dibarisan terdepan dalam membela dan mempertahankan akidah(keyakinan), bangsa dan agama, malah terpengaruh dengan dampak negatif dari perkembangan globalisasi, lebih senang dengan berhura-hura di jalanan, nongkrong untuk suatu hal yang tidak bermanfaat, main game sampai lupa akan waktu shalat telah tiba, bahkan yang paling memilukan sekarang ini, generasi yang seharusnya fokus untuk belajar dan menggali prestasi, malah kecanduan dengan game online sampai tidak bisa lepas walau untuk satu menit. Sehingga, dengan adanya komunitas lentera langsa ini, yang bergerak dalam kajian sirah dan dakwah islam, dapat meminimalisir remaja-remaja yang awalnya sukak nongkrong untuk hal-hal yang tidak ada manfaat, sekarang terubah pola pikirnya untuk menjadikan tongkrongannya sebagai sebuah wadah diskusi yang berfaidah untuk dirinya dan orang lain, dan dengan mengikuti kajian lentera ini para pemuda akan terbuka wawasannya tentang sejarah islam, mengambil ibrah dan pelajaran dari para pejuang-pejuang islam pada masa Rasulullah SAW.

Penulis: Ramadhani, Teuku Manyak Wahid Akbar, M. Hammam Fadlurahman

Mahasiswa Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir, IAIN Langsa

0