Vitra Yuqadhirza
05 Jan 2023 at 22:47RANCANG BANGUN PEMBUATAN ARANG AKTIF
ABSTRAK
Arang aktif merupakan senyawa karbon amorph, yang
dapat dihasilkan dari bahan-bahan yang mengandung karbon atau dari arang yang
diperlakukan dengan cara khusus untuk mendapatkan permukaan yang lebih luas.
Arang aktif dapat mengadsorpsi gas dan senyawa-senyawa kimia tertentu atau
sifat adsorpsinya selektif, tergantung pada besar atau volume pori-pori dan
luas permukaan.. Arang aktif akan dibuat dari arang hasil pirolisis tempurung
kelapa.dan diimplementasikan untuk menjernihkan asap cairnya.
Adapun langkah yang pertama membuat arang aktif dari
tempurung kelapa adalah, membuat arang tempurung kelapa dengan membersihkan
tempurung kelapa terlebih dahulu dari bahan-bahan pengotor seperti tanah,
kerikil. Kemudian mengeringkannya dibawah sinar matahari, selanjutnya membakar
tempurung kering pada drum/bak pembakaran dengan suhu 300-500 0 C selama 3-5
jam. Langkah yang kedua adalah arang hasil pembakaran direndam dengan bahan
kimia CaCl2 dan ZnCl2 (kadar 25 %) selama 12 sampai 24 jam untuk menjadi arang
aktif. Selanjutnya melakukan pencucian dengan air suling/air bersih hingga kotoran
atau bahan ikutan dapat dipisahkan. Arang aktif basah dihamparkan pada rak
dengan suhu kamar untuk ditiriskan, kemudian dikeringkan dalam oven pada suhu
110 – 8000 C selama 3 jam.
Suhu aktivasi mempengaruhi kualitas karbon aktif yang
terbentuk. Dari uji kualitas karbon aktif yang dilakukan, kualitas karbon aktif
yang terbaik diperoleh pada suhu 800o C dengan kadar air 1,3 %, kadar abu 0,60
% memenuhi standar SII 0258-79 dan memiliki daya serap terhadap kadar iod
sebesar 580,0 mg/g yang memenuhi standar SNI 06-3730. Penjernihan air limbah
rumah tangga, air berwarna menggunakan karbon aktif dari suhu aktivasi 800o C
menghasilkan air yang jernih, tidak berbau dan memenuhi pH standar air
(7,0-7,5).
Kata Kunci : arang aktif, rancang bangun, tempurung kelapa
PENDAHULUAN
Energi mempunyai peranan yang
penting dalam mempengaruhi setiap segi kehidupan manusia. Pola penyediaan
energi saat ini masih memprioritaskan pada minyak bumi, gas bumi dan berbagai
sumber bahan bakar fosil lainnya. Penggunaan sumber energi ini untuk berbagai
kebutuhan industri dan rumah tangga mengakibatkan eksploitasi secara besar –
besaran terhadap sumber energi ini yang akan mengakibatkan persediannya menjadi
berkurang dan akan habis bila waktu proses untuk mendapatkan kembali bahan
bakar fosil ini tidak dapat dicapai.
Untuk memenuhi kebutuhan energi yang
terus meningkat inilah maka dibutuhkan alternatif – alternatif sumber energi
selain bahan bakar fosil. Salah satu alternatif bahan bakar yang baik digunakan
saat ini adalah arang dari tempurung kelapa. Pemilihan alternatif ini dapat
digunakan untuk mengurangi ketergantungan terhadap bahan bakar minyak dan batu
bara, mengingat keberadaannya di dunia saat ini semakin lama semakin terbatas.
Pemilihan arang dari tempurung kelapa ini dikarenakan memiliki berbagai
keuntungan dibandingkan dengan batu bara dan arang biasa, yaitu asap yang
dihasilkan tidak terlalu banyak, panas yang dihasilkan cukup tinggi, harganya
yang relatif murah dan ketersediaannya yang tidak akan habis walaupun
dieksploitasi secara besar – besaran, khususnya di Indonesia yang merupakan
negara agraris dimana pohon kelapa dapat tumbuh dengan subur
Penggunaan arang dari tempurung
kelapa saat ini memang sudah mulai ramai digunakan sebagai alternatif pengganti
bahan bakar minyak dan batu bara serta sebagai bahan dasar pembuatan briket,
tetapi produksi arang dari tempurung kelapa saat ini masih terbatas dan belum
dapat berkembang dengan pesat. Hal ini dikarenakan proses pembuatan arang dari
tempurung kelapa membutuhkan waktu yang lama. Khususnya, proses karbonisasi
tempurung kelapa yang masih sederhana. Proses yang ada saat ini adalah dengan
cara dibakar di dalam tanah yang berlubang dan menggunakan instalasi pembuatang
arang.
Waktu yang diperlukan untuk
pembuatan arang dengan menggunakan instalasi arang lebih singkat dari pada
menggunakan dibakar di dalam tanah. Proses yang lama ini dikarenakan kadar
oksigen yang diberikan dalam ruang karbonisasi harus sedikit agar tempurung
kelapa tidak habis terbakar semua melainkan terbentuk arang yang memiliki kadar
karbon sehingga dapat digunakan sebagai bahan bakar.
Untuk memenuhi kondisi ini maka
diperlukan desain tempat pembakaran berupa instalasi arang berupa drum yang
baik agar proses karbonisasi pembakaran tempurung kelapa dapat berlangsung
lebih singkat dari proses yang ada sekarang dengan hasil arang berkadar fixed
carbon tinggi.
Karbon aktif merupakan karbon amorf
dari pelat-pelat datar disusun oleh atom-atom C yang terikat secara kovalen dalam
suatu kisi heksagonal datar dengan satu atom C pada setiap sudutnya yang luas
permukaan berkisar antara 300 m2 /g hingga 3500 m2 /g dan ini berhubungan
dengan struktur pori internal sehingga mempunyai sifat sebagai
adsorben.(Meilita Taryana,2002)
Proses aktivasi merupakan suatu
perlakuan terhadap arang yang bertujuan untuk memperbesar pori yaitu dengan
cara memecahkan ikatan hidrokarbon atau mengoksidasi molekul-molekul permukaan
sehingga arang mengalami perubahan sifat, baik fisika maupun kimia, yaitu luas
permukaannya bertambah besar dan berpengaruh terhadap daya adsorpsi. Pada
umumnya karbon aktif dapat di aktivasi dengan 2 cara, yaitu dengan cara
aktivasi kimia dengan hidroksida logamalkali, garam-garam karbonat, klorida,
sulfat, fosfat dari logam alkali tanah dan khususnya ZnCl2, CaCl2, asam-asam
anorganik seperti H2SO4 dan H3PO4 dan aktivasi fisika yang merupakan proses
pemutusan rantai karbon dari senyawa organik dengan bantuan panas pada suhu
800°C hingga 900°C .( S.C. KIM, I.K.1996)
Faktor faktor yang berpengaruh
terhadap proses aktivasi adalah waktu aktivasi, suhu aktivasi, ukuran partikel,
rasio activator dan jenis aktivator yang dalam hal ini akan mempengaruhi daya
serap arang aktif . Tujuan penelitian ini adalahmembuat karbon aktif dengan proses
aktivasi kimia dan mencari kondisi optimum untuk mendapatkan arang aktif yang
sesuai dengan standar SNI No. 06-3730-1995. (M. Tawalbleh, 2005).
Dalam mengoptimalkan pemanfaatan arang tempurung kelapa hasil pirolisis tempurung kelapa dan meningkatkan nilai ekonomisnya maka dibuat menjadi arang aktif secara kimia yang di gunakan untuk menjernihkan asap cairnya. Dari penelitian ini didapatkan data perendaman arang dalam berbagai variasi waktu dengan perendaman CaCl2 dan CaCl2 25%. Arang aktif yang dihasilkan akan diuji kualitasnya dan dibandingkan dengan arang aktif kualitas SNI. Selanjutnya dilihat sejauh mana arang aktif dapat menjernihkan asap cair yang didapatkan dari kondensasi asap hasil samping pirolisis.
PEMBAHASAN
Arang
Arang adalah residu hitam berisi karbon tidak murni
yang dihasilkan dengan menghilangkan kandungan air dan komponen volatil dari
hewan atau tumbuhan. Arang umumnya didapatkan dengan memanaskan kayu, gula,
tulang, dan benda lain. Arang yang hitam, ringan, mudah hancur, dan meyerupai
batu bara ini terdiri dari 85% sampai 98% karbon, sisanya adalah abu atau benda
kimia lainnya. Arang merupakan suatu padatan berpori yang mengandung 85-95%
karbon, dihasilkan dari bahan-bahan yang mengandung karbon dengan pemanasan
pada suhu tinggi. Ketika pemanasan berlangsung, diusahakan agar tidak terjadi
kebocoran udara di dalam ruangan pemanasan sehingga bahan yang mengandung
karbon tersebut hanya terkarbonisasi dan tidak teroksidasi.
Proses aktifasi merupakan hal yang penting
diperhatikan disamping bahan baku yang digunakan. Yang dimaksud dengan aktifasi
adalah suatu perlakuan terhadap arang yang bertujuan untuk memperbesar pori
yaitu dengan cara memecahkan ikatan hidrokarbon atau mengoksidasi molekul-
molekul permukaan sehingga arang mengalami perubahan sifat, baik fisika maupun
kimia, yaitu luas permukaannya bertambah besar dan berpengaruh terhadap daya
adsorpsi. (Ajayi dan Olawale, 2009)
Proses yang melibatkan oksidasi selektif dari bahan
baku dengan udara, juga digunakan baik untuk pembuatan arang aktif sebagai
pemucat maupun sebagai penyerap uap. Bahan baku dikarbonisasi pada temperatur
400-500°C untuk mengeleminasi zat-zat yang mudah menguap. Kemudian dioksidasi
dengan gas pada 800-1000o C untuk mengembangkan pori dan luas permukaan. (Ami
Cobb ,2012)
Manfaat Arang
Batu arang digunakan sebagai bahan bakar. Arang pada
awalnya digunakan sebagai pengganti mesiu. Arang juga digunakan dalam metalurgi
sebagai reducing agent, walaupun sekarang sudah ditinggalkan. Sebagian orang
menggunakan arang sebagai media gambar. Tetapi sebagian besar produki charcoal
digunakan sebagai bahan bakar. Hasil pembakarannya lebih bersih daripada kayu
biasa.
1. Pembakaran
Batu
arang lazim dipakai untuk membakar makanan di luar ruangan dan pada saat
berkemah. Di beberapa negara Afrika, arang digunakan oleh sebagian besar
masyarakat sebagai alat memasak sehari-hari. Pemakaian arang untuk memasak
makanan di dalam ruangan memiliki risiko berbahaya terhadap kesehatan, karena
karbon monoksida yang dihasilkan. Sebelum Revolusi Industri, arang digunakan
sebagai bahan bakar industri metalurgi.
Arang
juga dapat digunakan sebagai bahan bakar kendaraan bermotor.Arang atau kayu
dibakar di dalam generator gas kayu untuk menggerakan mobil dan bus. Di
Perancis pada saat Perang Dunia II, produksi kayu dan arang untuk kendaraan
bermotor meningkat dari 50.000 ton sebelum perang menjadi 500.000 ton pada
tahun 1943.
2. Batang arang yang sebagai media seni rupa.
Arang
digunakan dalam seni rupa seperti pensil atau krayon. Media ini banyak
digunakan untuk membuat sketsa dalam ukuran besar atau media yang membutuhkan
garis sketsa yang kuat, seperti kanvas. Sebagai media seni rupa, charcoal
dijual dalam bentuk batangan.
Arang
memiliki sifat lembut, ringan, hitam, dan sekaligus mudah patah. Media ini
sangat disenangi pelukis dalam membuat sketsa sebab sketsa yang dihasilkan
sangat jelas, bahkan dalam proses pengecatan sekalipun.
Adapun pembuatan arang
aktif melalui dua cara:
1.
Proses Kimia
Bahan baku dicampur dengan bahan-bahan
kimia tertentu, kemudian dibuat pada. Selanjutnya pada tersebut dibentuk
menjadi batangan dan dikeringkan serta dipotong-potong. Aktifasi dilakukan pada
temperature 100°C. Arang aktif yang dihasilkan, dicuci dengan air selanjutnya dikeringkan
pada temperatur 300°C. Dengan proses kimia, bahan baku dapat dikarbonisasi
terlebih dahulu, kemudian dicampur dengan bahan-bahan kimia.
Pada aktifasi kimia ini arang hasil
karbonisasi direndam dalam larutan aktifasi sebelum dipanaskan. Pada proses
aktifasi kimia, arang direndam dalam larutan pengaktifasi selama 24 jam lalu
ditiriskan dan dipanaskan pada suhu 600-900o C selama 1- 2 jam.
2.
Proses Fisika
Bahan baku terlebih dahulu dibuat arang.
Selanjutnya arang tersebut digiling, diayak untuk selanjutnya diaktifasi dengan
cara pemanasan pada temperatur 1000°C yang disertai pengaliran uap. Pada
aktifasi fisika ini yaitu proses menggunakan gas aktifasi misalnya uap air atau
CO2 yang dialirkan pada arang hasil karbonisasi, menurut Ami Cobb ,2012, proses
ini biasanya berlangsung pada temperatur 800 – 1100o C.
Arang Batok Kelapa
Arang tempurung kelapa adalah produk yang diperoleh
dari pembakaran tidak sempurna terhadap tempurung kelapa. Sebagai bahan bakar,
arang lebih menguntungkan dibanding kayu bakar. Arang memberikan kalor
pembakaran yang lebih tinggi, dan asap yang lebih sedikit.
Arang dapat ditumbuk, kemudian dikempa menjadi briket
dalam berbagai macam bentuk. Briket lebih praktis penggunaannya dibanding kayu
bakar.Arang dapat diolah lebih lanjut menjadi arang aktif, dan sebagai bahan
pengisi dan pewarna pada industri karet dan plastik.
Berbagai Cara membuat Arang Batok Kelapa:
1. Pembakaran dengan menggunakan Lobang dan
Dapur Pengarangan
Pembakaran
dapat dilakukan dengan salah satu cara berikut ini.
a. Lobang atu dapur pengarangan diisi dengan
tempurung setinggi 30 cm, kemudian dibakar. Bila lapisan tempurung ini mulai
terbakar, ke atas lapisan yang sedang terbakar dimasukkan lagi tempurung baru
sebanyak lapisan sebelumnya. Hal ini dilakukan terus sampai ruangan terisi
penuh. Setelah itu, lobang atau dapur pembakaran ditutup dengan rapat. Jika
menggunakan lobang pembakaran, ke atas penutup dapat ditambahkan tanah sehingga
penutupan menjadi lebih rapat.
b. Ke bagian tengah lobang atau dapur
pengarangan diletakkan secara tegak lurus balo kayu atau bambu (diameter 15-20
cm), kemudian diisikan tempurung sampai penuh. Setelah itu, balok kayu atau
bambu dicabut secara pelan-pelan dan hati-hati sehingga pada bagian tengah
lobang atau dapur pengarangan terbentuk lobang kecil. Ke dasar lobang kecil ini
dimasukkan sabut atau daun yang telah dibasahi dengan minyak tanah, kemudian
dibakar. Tempurung akan terbakar dari dasar, kemudian akan merambat ke atas.
Segera setelah semua tempurung terbakar, lobang atau dapur pengarangan ditutup
dengan rapat. Untuk mengeluarkan asap, 2 kali sehari tutup di buka. Proses
pengarangan ini berlangsung 5-7 hari.
2. Pembakaran dengan Menggunakan Kiln
a. Kiln diisi dengan tempurung sepadat dan
serapat mungkin. Kiln yang dibuat dari drum bekas dapat diisi 90 kg tempurung.
b. Lobang udara baris pertama dan kedua dari
atas ditutup. Setelah itu, ke dalam dasar ruang "kassa api pertama"
dimasukkan bahan-bahan mudah terbakar, seperti daun kering dan sabut yang telah
dibasahi dengan minyak tanah, dan dibakar. Kemudian kiln ditutup.
c. Segera setelah tempurung pada dasar kiln
terbakar, dan api mulai merambat ke bagian atas lobang ketiga yang terbuka,
lobang ketiga tersebut ditutup rapat. Sementara itu, lobang baris kedua dibuka.
Demikian seterusnya sampai ke lobang baris pertama (paling atas).
d. Selama pembakaran, volume arang akan
berkurang, karena itu tempurung dapat ditambahkan untuk memenuhi volume ruang
pengarangan.
3. Pemilahan dan Pengemasan
Setelah selesai dibakar, arang dibakar.
Arang yang belum terbakar sempurna dibakar kembali. Arang yang telah terbakar
sempurna diayak dengan anyaman kawat (besar lobang 0,6-1,0 cm) untuk memisahkan
tanah, debu dan kerikil. Sebelum dikemas, arang dibiarkan pada udara terbuka
selama 12-15 hari. Setelah itu, arang dikemas di dalam kantung plastik, atau
karung goni. Selain dengan cara tersebut terdapat cara lain untuk membuat arang
tempurung kelapa yaitu sebagai berikut:
a. Bahan baku tempurung kelapa dikeringkan
sehingga pembakaran lebih cepat tanpa asap mengepul. Bersihkan dari sabut,
pasir, dan kotoran lainnya. Potong tempurung 2,5 cm x 2,5 cm agar dapat mengisi
drum lebih banyak dan matang seragam. Setiap drum menampung 80 kg.
b. Letakkan kayu atau bambu berdiameter 10 cm
dan panjang 1 m di tengah drum sebagai lubang pemasukan umpan bakar seperti
daun-daun kering, ranting-ranting kayu atau percikan minyak tanah. Lantas,
isikan tempurung kelapa hingga penuh. Kayu di tengah drum dicabut
perlahan-lahan.
c. Bila api terus menyala, tutup drum dan
pasang cerobong asap. Buka lubang udara terbawah di badan drum sedangkan dua
lubang udara di tengah dan di atas ditutup dengan asbes atau tanah liat.
d. Seiring dengan waktu, pembakaran, bahan
baku berkurang, maka tambahkan arang dari bagian atas drum. Pengarangan di
bawah (dasar drum hingga lubang bawah) selesai jika terlihat bara merah. Tutup
lubang udara bawah dan buka lubang udara tengah. Kini giliran bahan baku di
bagian tengah yang terbakar. Ulangi prosedur ini sampai lubang udara bagian
atas yang dibuka untuk pembakaran bahan baku di bagian atas.
e. Proses pengarangan selesai ketika asap
dari cerobong tidak pekat dan berwarna kebiru-biruan. Biasanya berlangsung 6-7
jam tergantung kadar air tempurung dan kuat lemahnya tiupan angin. Tutup semua
lubangudara dan cerobong asap.
f.
Untuk
pendinginan, drum harus dalam keadaan hampa udara. Jika tidak, arang menjadi
abu karena api terus bekerja. Gunakan tanah atau pasir sebagai penutup di
bagian atas. Diamkan selama 6 jam. Keluarkan arang dari drum. Bersihkan arang
dari abu dan arang yang belum matang sempurna. Arang yang matang terlihat
mengkilap hitam bersinar jika dipatahkan.
Arang Kayu
Asap hasil pembakaran pada proses pembuatan arang kayu
dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan cuka kayu (woodvinegar).
Kegiatan ini bisa dilakukan pada saat pembuatan arang dengan menggunakan metode
tungku lubang tanah serta drum. Beberapa manfaat dari cuka kayu, antara lain
dapat digunakan sebagai insektisida dan herbisida organik. Hal ini berarti
pemanfaatan cuka kayu sebagaiinsektisida akan lebih aman bagi lingkungan.
Batang bambu berukuran sedang (lebih besar dari ukuran cerobong asap) – yang
masih hijau dan basah, dipotong dengan panjang kira-kira 1 meter. Kemudian
hilangkan buku pembatas pada bagian dalam bambu dan dibersihkan. Batang bambu
yang sudah dipotong dan dilubangi dipasangkan padabagian atas cerobong asap,
serta diusahakan agar sebagian besar asap masuk melewati batang bambu. Semakin
panjang batang bambu yang digunakan, proses pendinginan akan menjadi lebih
baik. Hal ini karena luas permukaan pada bambu bagian dalam untuk proses
pendinginan semakin besar.
Hasil akhir dari proses pendinginan asap pembakaran
kayu berupa cuka kayu (wood vinegar) dengan memanfaatkan batang bambu sebagai
kondensor sederhana, berfungsi sebagai pendingin pada proses kondensasi dari
uap yang terdapat dalam asap hasil pembakaran menjadi cair.Selain bambu segar,
masih banyak bahan-bahan lain yang dapat digunakan sebagai kondensor pada
proses pendinginan, misalnya pipa dari bahan pvc atau tanah liat.
Arang Bambu
Manfaat bambu arang dalam berbagai bidang adalah pada
dunia kesehatan bambu arang digunakan untuk menyerap bau dan zat beracun, bambu
arang juga dapat digunakan untuk memurnikan air pada akuarium, selain itu bambu
arang juga bisa digunakan untuk menyerap bau dan zat berbahaya yang ada di
dalam kulkas.
Asap Cair
Keuntungan penggunaan asap cair menurut Maga (1987)
antara lain lebih intensif dalam pemberian citarasa, kontrol hilangnya citarasa
lebih mudah, dapat diaplikasikan pada berbagai jenis bahan pangan, lebih hemat
dalam pemakaian kayu sebagai bahan asap, polusi lingkungan dapat diperkecil dan
dapat diaplikasikan ke dalam bahan dengan berbagai cara seperti penyemprotan,
pencelupan, atau dicampur langsung ke dalam makanan.
Selain itu keuntungan lain yang diperoleh dari asap
cair, adalah seperti diterangkan di bawah ini:
1. Keamanan Produk Asapan
Penggunaan asap cair yang diproses dengan
baik dapat mengeliminasi komponen asap berbahaya yang berupa hidrokarbon
polisiklis aromatis. Komponen ini tidak diharapkan karena beberapa di antaranya
terbukti bersifat karsinogen pada dosis tinggi. Melalui pembakaran terkontrol,
aging, dan teknik pengolahan yang semakin baik, tar dan fraksi minyak berat
dapat dipisahkan sehingga produk asapan yang dihasilkan mendekati bebas HPA
(Pszczola dalam Astuti, 2000).
2. Aktivitas Antioksidan
Adanya senyawa fenol dalam asap cair
memberikan sifat antioksidan terhadap fraksi minyak dalam produk asapan. Dimana
senyawa fenolat ini dapat berperan sebagai donor hidrogen dan efektif dalam
jumlah sangat kecil untuk menghambat autooksidasi lemak (Astuti, 2000).
3. Aktivitas Antibakterial
Peran bakteriostatik dari asap cair semula
hanya disebabkan karena adanya formaldehid saja tetapi aktivitas dari senyawa
ini saja tidak cukup sebagai penyebab semua efek yang diamati. Kombinasi antara
komponen fungsional fenol dan asam-asam organik yang bekerja secara sinergis
mencegah dan mengontrol pertumbuhan mikrobia (Pszczola dalam Astuti, 2000).
Adanya fenol dengan titik didih tinggi dalam asap juga merupakan zat
antibakteri yang tinggi (Astuti, 2000).
4. Potensi pembentukan warna coklat
Menurut Ruiter (1979) karbonil mempunyai
efek terbesar pada terjadinya pembentukan warna coklat pada produk asapan.
Jenis komponen karbonil yang paling berperan adalah aldehid glioksal dan metal
glioksal sedangkan formaldehid dan hidroksiasetol memberikan peranan yang rendah.
Fenol juga memberikan kontribusi pada pembentukan warna coklat pada produk yang
diasap meskipun intensitasnya tidak sebesar karbonil.
5. Kemudahan dan variasi penggunaan
Asap cair bisa digunakan dalam bentuk
cairan, dalam fasa pelarut minyak dan bentuk serbuk sehingga memungkinkan
penggunaan asap cair yang lebih luas dan mudah untuk berbagai produk (Pszczola
dalam Astuti,2000).
Teknologi Pembuatan Arang
Ada beberapa bahan yang digunakan untuk bahan
pembuatan arang meliputi sekam, kayu, dan tempurung kelapa.
Salah satu pembuatan arang sekam dengan cara dibakar
dalam tong perlahan-lahan. Caranya, masukkan sekam ke dalam tong sampai tinggi
sekitar 20 cm. Tuang oli ke dalam tong dan bakar. Jika asap dari pembakaran
berkurang maka sekam ditambah sedikit demi sedikit hingga tong penuh. Kemudian
tong ditutup karung basah dan di atasnya diberi tutup hingga rapat. Biarkan
sekam menjadi dingin.Setelah itu pisahkan arang sekam dengan abunya melalui
penyaringan. Jumlah arang sekam yang diperoleh juga sekitar 40-50 kg dari 100
kg sekam segar. Cara ini kurang efisien karena memerlukan waktu yang lebih lama
dibandingkan cara disangrai.
Sedangkan salah satu pembuatan arang menggunakan
metode lubang tanah. Langkah awal yang dilakukan yaitu pembuatan lubang tanah,
ukuran yang digunakan untuk lubang tanah ini adalah 2 x 3, dengan kedalaman
kira-kira 50 cm. Kemudian bahan kayu yang akan digunakan ditata dalam lubang
tanah tersebut sampai melebihi lubang tanah kira-kira 50 cm di atasnya. Setelah
bahan baku kayu selesai disusun, disela-sela antara kayu dengan dinding tanah
diberi ranting dan daun kering sebagai umpan awal pembakaran, dan tidak lupa
juga dibuatkan lubang sebagai tempat pembakaran. Untuk mengurangi suhu panas
yang keluar, sebelum ditutup tanah tumpukan kayu tersebut dilapisi lembaran
daun basah yang disusun saling menyilang.Setelah lapisan daun, ranting kering,
dan daun hijau menutupi kayu, langkah selanjutnya adalah menutupnya dengan
lapisan tanah.Sebelum dilakukan pembakaran, langkah pertama masukkan ranting
atau dahan kering ke dalam lubang tempat pembakaran awal.Kemudian beri sedikit
minyak tanah untuk memudahkan penyalaan. Setelah api dinyalakan, jaga agar bara
tetap menyala dan merembet ke dalam lubang. Selama proses pembakaran, perlu
adanya penambahan lapisan tanah agar tidak ada kebocoran lubang udara.
Setelah satu hari proses pembakaran berjalan, asap
yang dihasilkan akan semakin tebal dan berwarna putih. Perlu untuk selalu
diadakan pengontrolan terhadap ketebalan lapisan tanah penutup untuk mengurangi
kebocoran.Setelah 3 hari, ketebalan tanah penutup terlihat menurun. Selanjutnya
yaitu proses pendinginan. Apabila tidak ada hujan, maka proses pendinginan
dilakukan dengan penyiraman air ke tempat pembakaran tersebut. Setelah 1 sampai
2 hari proses pendinginan berjalan dan suhu permukaan tanah tidak panas, maka
lubang tanah bisa dibongkar untuk mengeluarkan arang kayu. Pembongkaran harus
dilakukan hati-hati, agar arang kayu tidak hancur dan dapat diambil dalam
kondisi utuh.
KESIMPULAN
1. Hasil limbah dari percobaan tersebut
adalah asap cair yang dapat digunakan sebagai pengawet makanan.
2. Alat ini dapat dimanfaatkan dalam jangka
waktu yang lama tanpa membutuhkan perawatan yang rumit.
3. Arang aktif adalah arang yang telah
mengalami perubahan sifat-sifat fisika dan kimianya karena dilakukan perlakuan
aktifasi dengan aktifator bahan kimia sehingga daya serap dan luas permukaan
partikel serta kemampuan arang tersebut akan menjadi lebih tinggi.
4. Aktifasi adalah suatu perlakuan terhadap
arang yang bertujuan untuk memperbesar pori yaitu dengan cara memecahkan ikatan
hidrokarbon atau mengoksidasi molekul-molekul permukaan sehingga arang
mengalami perubahan sifat, baik fisika maupun kimia, yaitu luas permukaannya
bertambah besar dan berpengaruh terhadap daya adsorpsi.
5. Yang mempengaruhi daya serap arang aktif
adalah: sifat adsorben, sifat serapan, temperatur, pH dan waktu singgung.
6. Suhu aktivasi mempengaruhi kualitas karbon
aktif yang terbentuk. Dari uji kualitas karbon aktif yang dilakukan, kualitas
karbon aktif yang terbaik diperoleh pada suhu 800o C dengan kadar air 1,3 %,
kadar abu 0,60 % memenuhi standar SII 0258-79 dan memiliki daya serap terhadap
kadar iod sebesar 580,0 mg/g yang memenuhi standar SNI 06-3730.
7. Penjernihan air limbah rumah tangga, air berwarna
menggunakan karbon aktif dari suhu aktivasi 800o C menghasilkan air yang
jernih, tidak berbau dan memenuhi pH standar air (7,0-7,5).
REFERENSI
Allorerung,
D., dan A. Lay. 1998. Kemungkinan pengembangan pengolahan buah kelapa secara
terpadu skala pedesaan. Prosiding Konferensi Nasional Kelapa IV. Bandar Lampung
21 – 23 April 1998 Pp.327 – 340.
Darmaji,
P. 2000. Optimasi produk dan sifat fungsional asap cair kayu karet. Agritech.
Fakultas Teknologi Pertanian . UGM. Yogyakarta. 20(3): 148.
Darmaji, P. 2002. Optimasi proses pembuatan tepung asap. Agritech. Fakultas Teknologi Pertanian. UGM. Yogyakarta. 22(4): 174-175.
Sulaiman,
S. 2004. Penjernihan Asap Cair Hasil Pirolisis Tempurung Kelapa Menggunakan
Kolom Kromatografi dengan Zeolit Alam Teraktivasi sebagai Fasa Diam. Skripsi.
F-MIPA. UGM. Yogyakarta.
Dtulis Oleh
〖Rizki Ramadhan,4032019081,Manajemen Keuangan Syariah〗
〖M.Ari Darmawan,4032019072,Manajemen Keuangan Syariah〗
〖Baiti Jannah,4032019035,Manajemen Keuangan Syariah〗
1