Vitra Yuqadhirza
21 Dec 2022 at 00:38" Kearifan Lokal " MELESTARIKAN ADAT DAN MENJAGA BUDAYA PENCAK SILAT PELINTAU TAMIANG
“Di guyang Boleh, Dicabut Te’ek”
Seni bela diri pencak silat pelintau Tamiang
adalah seni pencak silat yang lebih menonjolkan keindahaan seni bela dirinya.
Bagi orang Tamiang tempo dulu Filosofinya Pelintau lahir dari kearifan Alam Tamiang.
Para pendahulu belajar dari alam dan lingkungan sekitar. Silat pelintau adalah
Pencak Silat Khas Suku Tamiang yang dimainkan secara berpasangan oleh pesilat
laki-laki maupun pesilat wanita.
Nama PELINTAU di ambil dari bahasa
Tamiang asli yaitu : “Pelin” dan “Tau”. “Pelin” memiliki arti “Semua”
sedangkan Tau memiliki arti “Tahu”, sehingga “PELINTAU” memilki
arti “SEMUA TAHU”. Tujuan di bentuknya Silat pelintau Tamiang ini adalah
untuk mengusir para penjajah Belanda dari tanah Tamiang serta sebagai
pertahanan dari kerajaan Tamiang untuk menahan serangan dari musuh baik dari
dalam maupun dari luar daerah.
Dulu silat pelintau di ajarkan
secara sembunyi-sembunyi kepada para pemuda-pemuda Tamiang, dengan tujuan agar
dapat mempertahankan diri dari serangan musuh serta membawa usaha-usaha untuk
mengusir para penjajah dari Tamiang. Setelah masa kemerdekaan tepatnya di tahun
1953 Seni Pencak Silat Pelintau Tamiang di kukuhkan. Sejak saat itulah silat
pelintau ini mulai di ajarkan secara terang-terangan dan mulai di pertunjukan
kepada masyarakat umum. Seiring
perkembangan zaman silat Pelintau tidak hanya digunakan sebagai perlindungan
diri, tetapi seni bela diri ini juga di pertunjukan
dalam berbagai upacara adat, seperti
Pernikahan, Turuntanah, Khitanan dan menyambut tamu-tamu kehormatan seperti Menteri,
Bupati dan Penjabat-penjabat tinggi lainnya.
Dalam masyarakat Tamiang Silat Pelintau
terdiri dari dua jenis yakni silat Songsong dan silat Rebas Tebang. Silat
Songsong digunakan untuk menyambut tamu kehormatan dan menyambut besan dalam
upcara pernikahan. Sedangkan silat Rebas Tebang untuk menyambut mempelai
laki-laki di dalam upacara pernikahan, upacara turun tanah dan upacara
khitanan. Silat pelintau sendiri memilki empat pola dasar gerakan. Pertama
gerakan salam sembah, yaitu untuk memberikan penghormatan kepada guru dan
hadirin sebagai symbol keharmonisan dan kesadaran sebagai makhluk biasa. Kedua
gerak titi batang, yaitu gerakan pembuka untuk mendapat keseimbangan dan
konsentrasi sebelum memulai langkah selanjutnya. Ketiga, yaitu gerak langkah
tiga atau langkah empat untuk memecah gerak-gerak selanjutnya yang berupa jurus
atau langkah yang bervariasi. Keempat yakni gerak salam terakhir yang merupakan
symbol permohonan maaf kepada guru, hadirin dan lawan main.
Pertunjukan silat pelintau Tamiang ini diiringi oleh alat-alat music
tradisional, seperti Gendang, Biola, Akordion. Iringan alat music ini bertempo
sedang hingga cepat, menghadirkan suasana penuh semangat dan enerjik. Para
pemain silat pelintau terdiri dari pesilat laki-laki maupun pesilat perempuan.
Para pesilat ini menggunakan pakaian berupa baju lengan panjang dan celana
panjang yang berwarna hitam. Selain itu pesilat laki-laki juga mengunakan Tenguluk
yakni sebuah ikat kepala, sedangkan pesilat perempuan menggunakan jilbab
berwarna hitam. Tak hanya itu penampilan para pesilat juga dilengkapi dengan
selempang dan kain songket yang di ikat di pinggang.
Silat pelintau tidak hanya di pertunjukan di
Aceh saja, tetapi seni bela diri ini juga kerap dipertunjukan dalam helatan
budaya di berbagai provinsi. Silat Pelintau juga sudah menjadi silat
internasional dan bahkan Silat Pelintau telah di tetapkan sebagai Warisan
Budaya Tak Benda (WBTB) yang di tetapkan pada tanggal 16-18 agustus 2019 dan di
sahkan pada tanggal 8 Oktober 2019 oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan oleh
Prof. Dr. Muhatjir Efendi.
Silat
pelintau sudah mengikuti berbagai fesitival dari tahun 1976-hingga sekarang
beberapa festival di antaranya:
1
Festival Pencak Silat di Malaysia pada tahun
1976
2
Festival Pencak Silat di Danau Singkarak
(sumatera Barat) pada tahun 1998
3
Festival Pencak Silat di Masjid Istiqlaldi
Jakarta pada tahun 1991
4
Festival ITTF di Lhokseumawe pada tahun 1997
5
Festival Pencak silat dalam rangka ulang tahun
ke-60 IPSI di Pedepokan Silat Jakarta pada tahun 2008
6
Pernah mengikuti pekan Kebudayaan Nasional
(PKN) pada tahun 2019 di Jakarta.
7
Festival Serumpun Melayu Raya di Aceh Tamiang
pada tahun 2022
8
Festival kemilau seni di aceh Tamiang pada
tahun 2022.
9
Festival gerakan 1000 pemdekar
Penulis : Oleh Almaida, Mahasiswi IAIN LANGSA
0