Vitra Yuqadhirza
20 Dec 2022 at 23:56


Memanfaatkan Lahan Kosong Sebagai Tempat Penyemaian Bibit Jahe Gajah

Mahasiswa IAIN Langsa yang sedang melaksanakan Kuliah Kerja Nyata Tematik (KKN-T) Daring Tahun 2022 secara mandiri membuat salah satu program yang direalisasikan di Gampong Meurandeh Dayah, Langsa Lama, Kota Langsa, Aceh. Program yang di maksud adalah penyemaian bibit tumbuhan jahe. Jenis jahe yang digunakan dalam penyemaian ini adalah Jahe Putih atau yang dikenal sebagai Jahe Gajah. Penyemaian bibit jahe tersebut dilakukan dalam rangka membudidayakan salah satu tanaman rimpang yang bermanfaat untuk kesehatan serta merupakan potensi lokal yang dimiliki dengan memanfaatkan lahan kosong yang ada di depan kantor kepala desa.

Jahe merupakan tanaman obat berupa tumbuhan rumpun berbatang semu. Tumbuhan ini berasal dari Asia Pasifik yang tersebar dari India sampai Cina. Oleh karena itu, India dan Cina disebut-sebut sebagai kedua bangsa yang pertama kali memanfaatkan jahe terutama sebagai bahan minuman, bumbu masak dan obat-obatan tradisional. Di beberapa daerah jahe memiliki sebutan yang berbeda-beda. Nama daerah jahe antara lain halia (Aceh), beeuing (Gayo), bahing (Batak Karo), sipodeh (Minangkabau), jahi (Lampung), jahe (Sunda), jae (Jawa dan Bali), jhai (Madura), melito (Gorontalo), geraka (Ternate), dsb.

Jahe menjadi salah satu rempah yang tumbuh subur dan banyak digunakan oleh masyarakat Indonesia. Hal ini membuat masyarakat indonesia bersyukur karena rempah ini memiliki banyak sekali manfaat. Jahe dapat digunakan sebagai bahan minuman herbal untuk mengatasi berbagai masalah kesehatan seperti masuk angin dan batuk, selain itu jahe juga dapat digunakan sebagai bumbu masak, terutama ketika mengolah daging, dan jahe dapat digunakan sebagai bahan obat-obatan tradisional dengan berbagai nutrisi dan kehangatan yang dihasilkannya.

Terdapat 3 jenis jahe berdasarkan ukuran, bentuk dan warna rimpangnya, yaitu:

1) Jahe putih/kuning besar atau disebut juga jahe gajah atau jahe badak

Rimpangnya lebih besar dan gemuk, ruas rimpangnya lebih menggembung dari kedua jenis lainnya. Jenis jahe ini bisa dikonsumsi baik saat berumur muda maupun berumur tua, baik sebagai jahe segar maupun jahe olahan.

2) Jahe putih/kuning kecil atau disebut juga jahe sunti atau jahe emprit

Ruasnya kecil, agak rata sampai agak sedikit menggembung. Jahe ini selalu dipanen setelah berumur tua. Kandungan minyak atsirinya lebih besar dari pada jahe gajah, sehingga rasanya lebih pedas, disamping seratnya tinggi. Jahe ini cocok untuk ramuan obat-obatan, atau untuk diekstrak oleoresin dan minyak atsirinya.

3) Jahe merah

Rimpangnya berwarna merah dan lebih kecil dari pada jahe putih kecil. Sama seperti jahe kecil, jahe merah selalu dipanen setelah tua, dan juga memiliki kandungan minyak atsiri yang sama dengan jahe kecil, sehingga cocok untuk ramuan obat-obatan.

Tanaman rimpang ini sangat mudah ditanam dan dibudidayakan. Namun, untuk mendapatkan hasil jahe yang berkualitas, jahe dipanen pada umur tidak terlalu muda juga tidak terlalu tua dan ada beberapa hal lain yang harus diperhatikan saat menanamnya. Untuk membudidayakan jahe, langkah awal yang harus dipersiapkan adalah bibitnya, dan bibit jahe adalah berupa rimpangnya.

Sebelum bibit jahe ditanam pada lahan penanaman atau polybag sebaiknya disemai terlebih dahulu, tujuannya adalah agar saat penanaman nantinya dapat dipilih hanya tanaman yang tumbuh baik dan sehat saja sehingga pertumbuhan tanaman dapat seragam.

Sebenarnya ada beberapa metode atau cara penyemaian jahe yang dilakukan oleh para petani, dan Mahasiswa KKN-T Daring IAIN Langsa memilih untuk melakukan penyemaian bibit jahe gajah ini menggunakan bedengan.

Hal pertama yang dilakukan tentunya menyiapkan bibit jahe yang berkualitas, bibit jahe yang akan digunakan adalah berupa rimpangnya. Bibit jahe yang berkualitas setidaknya memiliki 2-3 bakal mata tunas. Rimpang jahe yang baik untuk benih adalah jahe yang sudah berusia sekitar 10 bulan ke atas. Selain itu pemilihan bibit yang berwarna cerah, sehat, mulus, dan ukurannya besar juga diperlukan untuk mensukseskan penyemaian bibit jahe gajah ini.

Tahapan Penyemaian

- Tahap penyemaian yang dilakukan Mahasiswa KKN-T Daring IAIN Langsa diawali dengan menyiapkan media semai dan wadah persemaian.

- Beberapa Mahasiswa KKN-T Daring IAIN Langsa bergotong royong dalam mempersiapkan bendengan yang akan digunakan sebagai tempat penyemaian bibit jahe gajah ini.

- Setelah bendengan selesai dibuat, tahapan selanjutnya yang kami lakukan yaitu menaburkan media untuk lapisan atas pada permukaan bedengan dengan ketebalan kurang lebih 5 cm yang telah dibuat dari jauh hari sebelum program penyemaian bibit jahe dilakukan.

- Selanjutnya kami menyusun rapi bibit jahe pada media tersebut dengan jarak antar jahe sekitar 3 cm. Dalam peletakkan bibit jahe ini, kami mengusahakan untuk tidak meletakkan posisi mata tunas jahe berada di bawah.

- Kemudian, kami tutup menggunakan sekam bakar, sekam mentah serta tanah bekas bakaran yang gembur yang telah dicampur menjadi satu, penutupan dilakukan tidak terlalu tebal.

- Tahap terakhir yaitu kami melakukan penyiraman hingga basah merata. Dan kami ulangi setiap 2 hari sekali atau dengan melihat kondisi media semai.

 

Persemaian akan bertunas setelah 1-2 minggu dan bibit jahe hasil persemaian siap dipindah tanam pada polybag, karung ataupun langsung ke lahan setelah berumur 1,5 bulan dari penyemaian.

Mahasiswa KKN-T Daring IAIN Langsa berharap dengan dilakukannya program penyemaian bibit jahe gajah ini dapat bermanfaat bagi warga terkait dengan pengolahan pangan dari bahan lokal, kegiatan tersebut juga diharapkan bisa memperkaya pengetahuan serta kreativitas warga dalam penggunaan produk yang inovatif yang berasal dari sumber daya yang ada di sekitar mereka.

 

Penulis : Mutiara Renggani (1042019061) Mahasiswi IAIN Langsa

Prodi : Pendidikan Bahasa Inggris

0