Vitra Yuqadhirza
20 Dec 2022 at 22:40OLomptimisme dan Kreativitas Pembelajaran
Virtual
PENERAPAN pembelajaran virtual untuk semua
jenjang pendidikan telah berlangsung lebih dari setahun
Pada awal penerapannya sebagai konsekuensi
pandemi Covid-19, muncul pelbagai kegagapan, baik secara teknik maupun
nonteknis, baik dari sisi pengajar maupun siswa dan orang tua mereka, terutama
di jenjang SMPke bawah. Salah satuu contohnya adalah fakta bahwa sebagian orang
tua, terutama ibu-ibu, yang merasa ”direpoti” karena harus membantu anak-anak
mereka menjawab tugas mata pelajaran yang diberikan secara virtual oleh guru.
Ialah bisa karena biasa, begitu kata pepatah,
kini bolehlah dikatakan telah ada aklimatisasi terhadap pembelajaran virtual.
Tapi aklimatisasi itu tidak dicapai dengan
mudah.
Hal itu membutuhkan perjuangan besar dari
semua yang terlibat dalam proses pembelajaran untuk mengatasi problematika.
Bagi guru, mengatasi persoalan dalam proses pembelajaran bukanlah hal asing.
Ia mengalaminya pada hampir setiap saat.
Karena itu, ia bisa jadi telah teruji dalam mengatasi problematika
pembelajaran.
Akan tetapi, semua itu dalam konteks
pembelajaran tatap muka. Dalam konteks pembelajaran virtual, dengan persoalan
yang secara teknis berbeda, guru perlu memiliki kompetensi lebih dari biasanya.
Pola pembelajaran yang berubah menuntut
dirinya mengubah metodologi dengan yang lebih baru, kreatif, dan inovatif.
Karena itu, sebagai konsekuensi dia harus
menjadi sosok yang benar-benar kreatif dan inovatif, terutama dalam
mengembangkan metodologi pembelajaran.
Dia bahkan dituntut menciptakan teknik
pembelajaran, media, dan bahan ajar yang kompatibel dengan pola-pola
pembelajaran virtual. Pembelajaran virtual bersandar pada beberapa peranti
digital seperti komputer pangku (laptop) dan ponsel, serta jaringan internet.
Penulis
Eva Gustina
3022019066
Bimbingan konseling islam
1