Vitra Yuqadhirza
20 Dec 2022 at 22:09PRODUKSI TEMPE SEBAGAI SUMBER PENGHASILAN BEBERAPA WARGA GEUDUBANG ACEH
Aceh merupakan salah
satu provinsi di Indonesia yang ber-ibu kotakan Banda Aceh. Aceh terletak di
ujung utara pulau Sumatra dan merupakan provinsi paling barat di Indonesia.
Aceh sendiri mempunyai beberapa kabupaten, salah satu nya yaitu Kota Langsa.
Kota Langsa merupakan kota
pemekaran Kabupaten Aceh Timur dan merupakan salah satu kota otonom
termuda di Provinsi Aceh setelah Kota Sabang dan Kota Subulussalam.
Kota Langsa berada kurang lebih 400 km dari
Kota Banda Aceh. Kota Langsa memiliki luas wilayah 262,41 km2, dengan jumlah penduduk
di Tahun Lalu sebanyak 185.6221 jiwa, dan 5 kecamatan. Seperti kebanyakan daerah pada umumnya, Kota
Langsa yang berkecamatan Langsa Baro, memiliki 12 jumlah desa atau gampong,
yang diantaranya ada Desa Geudubang Jawa dan Geudubang Aceh.
Berlokasi di Langsa, Tepatnya Geudubang Aceh
yang Masyarakatnya mempunyai berbagai macam profesi untuk menunjang kehidupan
mereka. Ada yang berkerja sebagai Pegawai Negeri Sipil, Nakes, Honorer, Pelayanan
jasa, kemudian Pedagang, Petani dan banyak juga yang menjadi ibu rumah tangga.
Namun siapa sangka dari beberapa ibu rumah tangga tersebut ada yang mempunyai
sektoral, seperti perindustrian tempe yang bisa menjadi lapangan pekerjaan
untuk mereka-mereka yang membutuhkan.
Salah satu ibu rumah tangga yang mengolah tempe sebagai sumber
penghasilan yaitu ibu Itawati yang berusia 52 tahun. Dari hasil wawancara, ibu
Itawati ini sudah lama dalam memproduksi tempe bahkan sempat mempunyai pekerja
lebih dari lima orang. Tetapi saat ini karena terkendala oleh kesehatan yang
menurun maka pegawainya hanya tersisa satu orang saja, beliau meneruskan juga
usaha tersebut kepada anak pertamanya agar produksi tempe di daerah Geudubang
Aceh tidak berkurang secara signifikan.
Tempe yang sudah jadi siap dipasarkan ke lima
warung terdekat, dan dua pedagang sayur keliling dan juga bisa diperjual
belikan langsung dari rumah. Biasannya ibu Itawati dapat memproduksi tempe
sebanyak 1000 sampai 800 bungkus tempe dalam sehari, Menggunakan Kacang kedelai
yang berkualitas baik serta menghabiskan rata-rata 10kg kacang kedelai atau
lebih dalam sehari.
Pembungkusan Tempe yang di produksi Bu Ita sendiri
perharinya menghabiskan sekitar 4kg kertas dengan harga Rp. 5000.00 per kilonya.
Sedangkan daun pisangnya sendiri menghabiskan modal Rp. 75.000.00 per harinya.
Dalam membeli daun-daun pisang tersebut, Bu Ita memesannya dari daerah kuala
simpang, dalam sekali pembelian Bu Ita menghabiskan uang sekitar Rp. 150.000.00
Untuk dua hari. Daun Pisang yang di gunakan itu berjenis daun Pisang Batu,
dalam proses pembungkusan harus serta di perhatikan kualitas dan jenis daun
pisang yang digunakan, seperti yang di kutip pada saat wawancara tanggal 10
Desember 2022, Untuk membungkus tempe-tempe itu biasanya Bu Ita menggunakan
Daun Pisang Batu, sebenarnya Daun pisang apapun bisa digunakan untuk membungkus
tempe kecuali jenis daun Pisang Banten karena jika menggunakan Daun Pisang
Banten akan berpengaruh ke rasa tempenya yang menjadi pahit. Dan mengurangi
cita rasa tempe yang khas. Karena dalam pembungkusannya daun pisanglah yang
menjadi lapisan pertama baru kemudian di lapis lagi dengan kertas.
Tempe-tempe yang siap dipasarkan biasanya
disebar kebeberapa warung berbeda di sekitaran Geudubang Aceh dan Geudubang
Jawa, Ada 7 warung yang menjadi tujuan, dimana 5 diantaranya warung tetap yang
setiap hari diantarkan oleh suami Bu Ita sendiri, dan 2 warung lainnya tidak tetap
seperti pedagang sayur keliling, maka tempe diantarkan tergantung permintaan, dimana
jumlah tempe yang di letakkan di warung-warung tersebut sedikitnya berkisar 75
sampai 150 bungkus tempe, dan yang paling
banyak bisa mencapai 300 sampai 400 bungkus perhari di tiap warung yang
berbeda. Walaupun sekarang pemasaran tempe tersebut masih sekitar warung
terdekat, namun dapat memberikan lapangan kerja untuk sebagian orang, dan
dengan semangat kerja yang luar biasa diharapkan mampu menempuh tahap nasional
atau bahkan internasional.
Bu Ita menjual tempe daun dengan harga Rp.
500.00, per bungkus nya, dan menjual tempe plastik dengan harga Rp. 2000.00,
perbungkus. Namun dikarenakan peminat dari tempe plastik tidak banyak, maka
sekarang Bu Ita hanya memproduksi tempe daun saja setiap harinya. Proses
penjualan tempe langsung dari rumah juga kerap sekali ramai pembeli. Bahkan ada
beberapa pembeli yang bersedia membeli tempe yang masih belum jadi untuk
disimpan dirumah dan di gunakan saat ingin memasak keesokan harinya.
Penghasilan kotor yang didapat oleh ibu Itawati
dalam memproduksi tempe adalah berkisar dari Rp. 400.000.00 sampai Rp.
500.000.00 perhari. Dimana dari penghasilan tersebut dapat digunakan untuk
menunjang kehidupan ibu Itawati beserta keluarganya dan juga para pekerjanya.
Oleh : Aida Marisa dan Hafifah Putri
Prodi : Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah
KKNT-KS, IAIN Langsa.
0