Vitra Yuqadhirza
20 Dec 2022 at 22:02


Makan Beradab Tanda Kasih Kedua Pengantin  Pada Adat Melayu di Tanjung Pura

Indonesia merupakan negara yang kaya akan suku dan budaya yang unik dan syarat dengan petuah-petuahnya. Salah satunya adalah suku Melayu yang berasal dari sumatera utara. Kota tanjung pura adalah salah satu kota yang mayoritasnya bersuku melayu. Pada Suku Melayu memiliki adat budaya  yang unik dalam upacara pernikahannya. Secara keseluruhan, terdapat 27 adat dalam upacara pernikahan ini, tetapi sekarang ini hanya adat-adat yang disetujui kedua belah pihak yang akan dilaksanakan. Namun, di antara adat tersebut, ada beberapa yang jarang dilewatkan oleh pasangan-pasangan Melayu Deli, salah satunya adalah adat makan beradab atauyaitu kedua pasangan pengantin akan dihadapkan dengan berbagai macam makanan saat acara pernikahannya.

Makan beradab ini ini dilakukan dengan kedua pengantin dan semua anggota dari keluarga kedua belah pihak duduk saling berhadap-hadapan membentuk persegi panjang. Adat ini dilaksanakan dalam suatu ruangan yang sudah dihidangkan berbagai makanan, di antaranya baskom atau talam yang berisi nasi atau beras yang di atasnya ditancapkan bunga juga disi dengan potongan ayam yang nantinya akan dicari oleh pengantin, dan juga tersedia makanan yang terbuat dari Jenis makanan yang di hidangkan berupa nasi kuning beserta lauk pauknya, kue halua, kue rasidah, kue malaka, manisan, asinan. Yang disediakan adalah jenis makanan adat Melayu. Artinya adalah itulah gambaran kehidupan  semuanya terlihat indah tetapi terkadang terasa manis, asin dan sebagainya.

Disamping itu makan nasi hadap-hadapan juga merupakan media komunikasi bagi keluarga besar kedua belah pihak sehingga lebih terjadinya hubungan silaturahmi yang lebih akrab, karena makan nasi hadap-hadapan ini harus dihadiri oleh keluarga besar kedua belah pihak. Urutan dalam tradisi makan nasi hadap-hadapan yaitu: perkenalan, memetik bunga, istirahat minum, makan bersama dan merebut ayam panggang. Tradisi makan nasi hadap-hadapan dibawakan oleh seseorang yang dituakan atau seseorang yang ahli berpantun.

Acara ini dimulai dari pengantin wanita membasuh kedua tangan suami tandanya menghormati suami, lalu masing-masing pengantin dihidangkan sepiring nasi kemudian istri menyuapi suami dan sebaliknya suami menyuapi istri, dan selesai makan mereka saling memberikan minum kepada pasangan. Kemudian sang istri menanyakan makanan kesukaan suami diantara menu-menu yang sudah dihidangkan.

Dalam acara makan beradab ini akan dipantu oleh tukang pantun yang akan memandu acara ini. Fungsi juru bicara dalam tradisi makan nasi hadap hadapan tersebut adalah untuk memberitahu kepada mempelai apa saja syarat yang harus dilakukan dalam acara tersebut Kedua pasangan ini akan dibimbing oleh perwakilan keluarga atau bahasa melayunya “mak dayang” . Selain itu akan banyak pantun-pantun khusus yang mengandung makna diadakannya acara tersebut. Pantun-pantun tersebut akan dibacakan oleh para tukang pantun (pemimpin acara) ada yang digunakan sebagai pembuka dan ada juga yang digunakan sebagai penutup. Salah satu puncak acara adalah kedua pengantin akan saling berebut bunga dengan syarat bunga yang dicabut harus berbeda warnanya dan yang paling banyak dialah pemenangya. Mencabut bunga dengan warna kegemaran masing-masing secara bergantian, tujuannya untuk menunjukkan kepribadian masing-masing dengan mencabut warna kesukaan. Kalau putih maknanya suci, kalau merah menandakan berani. Beradu cepat mencabut bunga yang diminta oleh pembawa acara, maknanya untuk mengetes pasangan apakah mereka ini buta warana atau tidak. Mencabut bunga sebanyak-banyaknya, bunga di cabut memakai tangan kanan lalu dipindahkan ke tangan kiri, ini artinya bahwa tangan kanan itu adalah suami dan tangan kiri adalah istri. Suami yang bertugas mencari rezeky dan istri yang menyimpan. Kemudian barulah dimusyawarahkan antara suami dan istri apa yang mau dibeli dengan rezeky yang sudah dikumpulkan. Dan dicabut satu-satu maknanya adalah kejujuran antara pasangan.

Acara selanjutnya kedua pengantin akan mencari potongan ayam yang memang sengaja dipendam didalam talam yang diisi nasi atau beras dan acara ini biasa disebut “mustika terpendam”, Kedua pengantin akan menanamkan tangannya dan setelah menemukan ayam panggang di dalamnya, kedua pengantin akan menarik ayam panggang tadi secara bersamaan. Menurut petuah di suku Melayu Deli, apabila pengantin pria mendapatkan bagian kepala ayam, ia dianggap sebagai kepala keluarga yang bertanggung jawab. Apabila pengantin wanita mendapatkan bagian paha ayam, ia dianggap akan menjadi seorang ibu yang akan memiliki keturunan. Pengantin wanita nantinya akan disuruh mengambil lauk dan nasi yang telah dihadapkan lalu menyulangi sang suami, ini menandakan perwujudan cinta kasih suami istri.

Kemudian Pasangan diberi kesempatan untuk memilih satu makanan yang sudah dihidangkan dalam hidangan makan nasi hadap-hadapan tersebut. Istri harus menanyakan apa makanan yang diinginkan suaminya, begitu juga sebaliknya. Maknanya adalah agar pasangan ini saling mengetahui apa makanan yang disukai oleh masing-masing.

Setelah semua acara berakhir,barulah diadakan prosesi penyerahan pengantin pria kepada keluarga pengantin wanita ditandai pemberian balai kepada keluarga pengantin menandakan acara adat sudah selesai sambil diiringi pantun-pantun yang penuh dan kaya nasihat rumah tangga dan adat makan beradab pun selesai.

Adat makan beradab dalam suku melayu biasanya dimulai dengan proses upacara dilakukan dengan perebutan bungan, memindahkan nasi dari dulang kedalam piring dengan cara menggenggam nasi, pengantin saling sulang-sulangan nasi, mencari ayam panggang terpendam didalam nasi, dan terakhir mempersilahkan peserta merebut hidangan. Tradisi makan nasi hadap-hadapan mengandung pesan budaya. Dalam rangkaian acara makan nasi hadap-hadapan dalam upacara tersebut biasanya menunjukkan falsafah hidup masyarakat Melayu. Makna dari setiap rangkaian acara makan hadap-hadapan ini mengajarkan pada pasangan suami istri bagaimana cara mencapai keluarga yang harmonis, beradat, beragama, berperilaku santun dan sederhana dalam hidup.

Adat ini juga menandakan akan kasih sayang antar suami istri yang akan melarungi bahtera rumah tangga dan juga mempererat kebersamaan antar kedua pasangan pengantin dan makan nasi hadap-hadapan ini mengajarkan untuk selalu bekerja sama dalam membangun rumah tangga yang baik, melatih kekompakan antara mempelai pria dan wanita. Pesan pada tradisi makan nasi beradab yang dilakukan secara turun-temurun yaitu budaya Melayu tak boleh hilang. Seperti pepatah Melayau “tak kan Melayu hilang ditelan bumi”. Berkembangnya zaman memasuki era globalisasi, menghadapi hadapi masuknya budaya luar tak boleh menghilangkan budaya. Oleh sebab itu walaupun sudah modern adat istiadat Melayu tidak boleh berubah sebab merupakan warisan budaya.

Demikianlah salah satu adat dalam upacara pernikahan yang dilaksanakan oleh masyarakat Melayu. Adat ini hanyalah satu dari berjuta-juta kebudayaan unik lainnya yang dimiliki oleh Indonesia. Maka alangkah baiknya kita sebagai mahasiswa agent of change  juga ikut serta dalam melestarikan serta menjaga budaya-budaya tersebut yang merupakan aset milik Negara dan bangsa.

Oleh Juwinda Aini

Mahasiswa Prodi Pendidikan Agama Islam (PAI) IAIN Langsa

KPM-DR-Medsos IAIN Langsa

0