Vitra Yuqadhirza
20 Dec 2022 at 17:18TRADISI TEPUNG TAWAR
DALAM PROSESI PERNIKAHAN ADAT MELAYU LANGKAT DI TANJUNG PURA
Tanjung Pura adalah kawasan yang menjadi saksi bahwa
kesultanan Melayu pernah berjaya dan besar disana, yang saat ini menjadikan
Tanjung Pura sebagai tanah Melayu di Langkat, Sumatera Utara. Begitu juga
halnya dengan Tepung Tawar sebagai tradisi masyarakat Melayu di Tanjung Pura.
Tradisi tepung tawar merupakan peninggalan dari
kepercayaan Animisme dan Hindu yang telah diwariskan kepada puak Melayu, Proto
Melayu (Melayu Tua) secara turun temurun sebagai persembahan kepada sang Maha
Kuasa. Namun pada masa Detro Melayu (Melayu Muda) setelah agama Islam masuk
pada kalangan puak Melayu, maka kepercayaan terhadap selain Islam dirubah
menjadi keyakinan syari’at Islam. Bagi
kalangan kerajaan terutama Kerajaan Langkat dikalangan istana tepung tawar ini
juga disertakan pada setiap majelis. Karena dipercaya do’a – do’a yang
dipanjatkan dan sholawat atas nabi yang dibaca dalam tepung tawar dapat memberi
rahmat dan maghfirah serta perlindungan dari Allah swt.
Tepung tawar dilakukan disetiap acara adat masyarakat
Melayu Langkat di Tanjung Pura seperti acara pernikahan, khitanan, memberi nama
anak (menabalkan nama anak), walimatus safar, membuka lahan, menempati rumah
baru dan juga dilakukan sebagai ucapan rasa syukur kepada Allah SWT apabila
seseorang sembuh dari sakit yang cukup lama serta selamat dari musibah.
Alat dan bahan yang digunakan dalam tepung tawar
terdiri dari ramuan penabur, ramuan perinjis, dan pedupaan. Ramuan penabur
terdiri dari beras putih, beras kuning, bertih, bunga rampai dan tepung beras.
Bahan – bahan penabur diletakkan di dalam wadah – wadah kecil secara terpisah,
bahan yang digunakan dalam ramuan penabur masing – masing memiliki makna
simbolik yang berbeda – beda. Ramuan perinjis terdiri dari mangkuk yang diiisi
dengan air dan irisan jeruk purut, serta alat yang digunakan sebagai pemercik
yaitu 7 macam daun yang diikat menjadi satu. Adapun daun yang digunakan adalah
daun kalinjuhan, pepulut, ganda rusa, jejurun, sepenuh, sedingin, sambau dan
akarnya dimana seluruh bahan dan alat yang digunakan memiliki makna simbolik
masing – masing. Yang terakhir yaitu pedupaan terdiri dari dupa yang terbuat
dari bahan logam kemudian diisi dengan kemenyan atau setanggi yang dibakar.
Berikut cara pelaksanaan tepung tawar dalam acara
pernikahan :
1. Tepung
Tawar di awali dengan iringan pantun yang dipimpin oleh orang yang sudah
ditugaskan sebagai pembawa pantun, pantun disertakan setiap memanggil penepung
tawar, seperti “kepada kedua orang tua mempelai wanita dipersilahkan untuk
memberikan setawar sedingin...” lalu diselingi dengan pantun :
Tepung tawar menjadi adat
Tujuh ramuan sambau pengikat
Adalah ini sebagai syarat
Mohon doa restu selamat
Mula disebut daun sedingin
Digantung tinggi tumbuh berakar Mari
doakan kedua pengantin
Semoga Allah beri penawar
2. Pengantin
duduk di pelaminan sambil mengadahkan kedua telapak tangan diatas pangkuannya.
3. Petugas
yang bertugas untuk memberikan ramuan tepung tawar akan memberikan satu per
satu ramuan kepada penepung tawar. Ramuan pertama yang akan diberikan adalah
ramuan penabur, setelah ramuan ppenabur diberikan, penepung tawar menaburkan
ramuan penabur dari arah kanan ke kiri diiringi dengan bacaan sholawat dan do’a
yang akan dimohonkan untuk kedua mempelai.
4. Kemudian
ramuan yang kedua adalah ramuan perinjis/perincis, penepung tawar memercikkan
air perincis menggunakan 7 daun (kalinjuhang, ganda prusa, sepenuh, jejurun,
sedingin, sipulut, sambau) yang psudah diikat menjadi satu ke bagian kepala
pengantin sambil membaca sholawat dan do’a untuk keduanya.
Yang terakhir penepung tawar mengoleskan
bedakdingin pada kedua tangan mempelai. Selanjutnya ditutup dengan kedua
pengantin mencium tangan penepung tawar sebagai ucapan rasa hormat dan
terimakasih secara bergantian.
Penulis : Eva Irmala
(KKN DR-Media Sosial) Mahasiswi Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Langsa
0