Riska Yuli Nurvianthi
30 Jul 2022 at 17:01Fenomena ekstremisme dalam agama masih menjadi api dalam sekam yang setiap saat meluap menjadi kobaran api konflik yang tak terkendali. Begitulah dalam sejarah agama terhadap konflik akibat kecurigaan satu kelompok mengatasnamakan agama terhadap agama lainnya, diakibatkan fanatisme yang berlebihan dari penganut agama yang bersangkutan.
Sahabat damai, kehadiran dan munculnya kelompok-kelompok ekstrimisme tersebut biasanya disebabkan akibat adanya praktik-praktik kapitalisme ekonomi serta paham yang dianut bahwa negara tidak adil sehingga melahirkan kekecewaan terhadap penguasa sebagai penentu kebijakan tersebut.
Ekstremisme merupakan pendekatan Islam yang baginya agama islam dan para pengikutnya harus memperjuangkan taraf politik dan agama mereka secara agresif. Serupa dengan kenyataan bahawa orang militan muslim hanya merupakan sebahagian para penganut agama Islam.
Hal demikian juga menjadi penyokong-penyokong keganasan dan terorisme hanya merupakan sebahagian para penganut Islam Militan. Oleh sebab Islam Militan seringnya dikaitkan dengan keganasan dan terorisme sehingga penamaan seseorang sebagai pengikut Islam Militan kini seringnya menimbulkan banyak bantahan.
Sahabat damai, kenyataanya terdapat sikap berat sebelah dan/atau prasangga terhadap penggunaan istilah ini. Kelompok-kelompok yang menyokong Islam sebagai satu gerakan poltik sedang bergerak balas terhadap keadaan-keadaan politik dan sejarah yang rumit yang berakar umbi di kawasan tempatan masing-masing.
Berbagai macam solusi yang ditawarkan oleh para cendekiawan muslim dunia dalam konteks kehidupan umat manusia dalam menghadapi berbagai problematika kehidupannya demi mewujudkan keharmonisan dan kedamaian.
Dalam perspektif Imam Ali Shamsi dinyatakan beberapa hal yang dapat melahirkan ekstremisme agama dalam kehidupan umat manusia, diantaranya: Ketidaktahuan (ignorant), Penyesatan media, Generalisasi sejarah, Terabaikannya keadilan, Kemiskinan, Politisasi agama dan Interpretasi teks-teks keagamaan yang tersebar.
Pendapat lain dari cendekiawan muslim Yusuf Qardhawi menjelaskan ciri-ciri telah terpapar paham tersebut diantaranya dapat dilihat dari berbagai tingkah laku dan kebiasaan orang tersebut.
Menurutnya adanya Fanatik pada suatu pendapat dengan fanatisme buta, Mewajibkan sesuatu yang Allah SWT tidak wajibkan, Kedhaliman pada semua tempat, Sikap kasar dan keras, serta Buruk sangka terhadap semua umat manusia.
Sehingga Solusi yang dapat diberikan adalah dengan cara memberikan kebalikan dari apa yang ada pada hal-hal tersebut. Selain itu, Azyumardi Azra sebagaimana terungkap dalam pernyataannya pada harian surat kabar Republika menyatakan dalam pembicaraan di berbagai forum konferensi, seminar dan simposium tentang subjek ini terungkap bahwa ekstrimisme keagamaan dan Islamo-fobia tidak berdiri sendiri.
Ia banyak terkait dengan situasi domestik negara tertentu dan juga dengan dinamika politik, ekonomi dan sosial-budaya di level internasional. Karena itu memang sama sekali tidak mudah mengatasinya.
Faktor yang mempengaruhi ekstremisme tersebut nyatanya sangat kompleks sehingga dalam menghadapinya diperlukan penguatan pembaharuan kekuatan dari hulu hingga ke hilir sebagai solusi menuntaskan ajaran kiri tersebut.
Sahabat damai, kita dapat mengatakan fenomena ekstrimisme agama bagaikan mata rantai problematika kehidupan umat manusia, sehingga adanya upaya warga masyarakat yang dengan kesadarannya berupaya untuk mengurai benang kusut tersebut secara serentak.
Segala faktor-faktor yang dapat terjerumus seperti yang telah dibahas diatas harus diatasi sedini mungkin agar tidak terdapat pada kehidupannya masing-masing sampai pada tingkat sistem pemerintahan yang dihadapinya dengan memberikan dorongan dari berbagai sektor sebagai langkah preventif mencegah dan menderakalisasi adanya paham ini secara merata.
0