Riska Yuli Nurvianthi
30 Jul 2022 at 16:53


Kemunculan Internet memberikan sumbangan yang besar dalam penyampaian dan penyebaran informasi di dunia maya dan secara tidak langsung memberi manfaat terhadap pembangunan sosial antar masyarakat.

Adanya perkembangan pesat penggunaan teknologi informasi dan komunikasi  yang disingkat TIK menjadi kemajuan negara juga menjadi ancaman beberapa negara akibat tindakan sekelompok ajaran ekstremisme agama.

Persoalan aqidah sangat penting dalam hubungan hamba dengan pencipta dan sesamanya. Antara nasihat dan perkara utama yang membentuk hubungan dengan Allah, larangan syirik kepada Allah, kepercayaan kepada hari akhirat, petunjuknya melaksanakan taubat dan mendirikan shalat serta tidak melakukan perpecahan antar sesama.  

Sebagaimana yang terkandung dalam firman Allah swt  dalam surah Luqman ayat 31 yaitu: “dan sesungguhnya kami telah memberi kepada Luqman hikmah kebijaksanaan serta kami perintahkan kepadanya: bersyukurlah kepada Allah (akan nikmatNya). Dan sesiapa yang bersyukur maka faedahnya itu hanyalah terpulang kepada dirinya sendiri, dan siapa yang tidak bersyukur (maka tidaklah menjadi hal kepada Allah) karena sesungguhnya Allah maha kaya, lagi maha terpuji”.

Surah Luqman memberikan pemahaman agar tidak menyekutukan Allah SWT dan orangtua sebagai pendidik pertama dan contoh terbaik untuk para penerusnya agar dapat memberikan pendidikan yang berkualitas yang membolehkan para penerusnya dapat melakukan semua implementasi dan perkerjaan karena allah SWT semata.

Pendidikan dalam Islam menekankan pada segala tindakan-tindakan kebaikan misalnya  mendirikan shalat dan melaksanakan ma’ruf serta meninggalkan yang mungkar. Hal ini terkandung dalam surah Luqman ayat 17 yang bermaksud:

“wahai anak kesayanganku, dirikanlah shalat, dan suruhlah berbuat kebaikan serta laranglah daripada melakukan perkara yang mungkar, dan bersabarlah atas segala bala bencana yang menimpamu. Sesungguhnya yang demikian itu adalah dari perkaraperkara yang dikehendaki diambil berat melakukannya”.

Mendirikan shalat adalah ibadah yang dituntut dan paling utama dalam kehidupan insan. Shalat amat tinggi dalam kedudukannya dalam sehingga perintah kepada orangtua agar memberi pendidikan awal efektifitas pada awal umur tujuh tahun.

Islam menekankan pendidikan kerohanian dengan menekankan ibadah shalat sejak berumur tujuh tahun bagi melatih diri berdisiplin, taat kepada perintah Allah seterusnya menjadi insan yang senantiasa taat kepada perintah Allah SWT apabila dewasa kelak.

Islam mewajibkan umatnya melaksanakan amar ma’ruf nahi mungkar. Terdapat banyak dalil Al-Quran dan Hadis Nabi tentang kewajipan ini seperti yang terkandung dalam firman Allah dalam surah Ali-Imran ayat 104 yang bermaksud:

 “dan hendaklah di antara kamu satu puak yang menyeru kepada kebajikan dan menyuruh membuat segala perkara yang baik serta melarang daripada segala yang salah dan mereka yang bersifat demikian adalah orang-orang yang sukses”.

Ayat ini jelas menunjukkan bahwa sebaik-baik insan di dunia ini adalah yang sering mengingati antara satu sama lain mengenai hal menyuruh berbuat baik dan melarang daripada segala perkara yang salah. Meninggalkan amar ma’ruf nahi mungkar akan mengundang kemurkaan Allah SWT dan mengakibatkan manusia jauh dari rahmatNya.

Melakukan amar ma’ruf dan nahi mungkar dapat membentuk akhlak dan budi perkerti yang mulia seperti yang dituntut oleh Islam. Hai ini karena memiliki akhlak yang mulia merupakan asas dalam hubungan interpersonal atau hubungan sesama insan.

Hubungan interpersonal yang positif dalam kebahagiaan hidup berkeluarga dan bermasyarakat. Antara akhlak yang dituntut terkandung dalam surah Luqman adalah berbuat baik kepada orangtua, menjauhi sifat sombong dan takabur serta bersederhana dalam pergaulan dan tingkah laku.

Menghormati orangtua Pengorbanan orangtua diiktiraf oleh Allah SWT melalui ayat-ayat Al-Quran yang memberi penekanan kepada kewajipan berbuat baik kepada orangtua. Ayat 14 surah Luqman yang bermaksud:

“dan kami wajibkan manusia berbuat baik kepada kedua orangtuanya: ibunya yang telah mengandungnya dengan menanggung kelemahan demi kelemahan, dan tempoh menceraikan susunya adalah dalam masa dua tahun; dengan itu bersyukurlah kepada Ku dan kepada kedua orangtuamu: dan ingatlah kepadaKu jua tempat kembali”.

Pengajaran di balik ayat ini adalah anak-anak bertanggungjawab untuk berbakti terhadap kedua orangtua, taat kepada perintah keduanya selagi tidak kontradiktif dengan perintah Allah serta bertanggungjawab menjaga kebajikan orangtua ketika keduanya mencapai usia tua mereka.

Menjauhi sifat sombong dan takabur Selanjutnya Luqman al- Hakim menasihati anaknya agar menjauhi sifat sombong dan takabur. Ini bererti anak-anak perlu dibimbing tingkah laku dan sifat ego mereka agar mereka memiliki peribadi dan bertingkah laku mulia selaras dengan firman Allah dalam surah Luqman ayat 31 yang bermaksud:

 “dan janganlah kamu memalingkan mukamu (karena memandang rendah) kepada manusia, dan janganlah kamu berjalan di bumi dengan berlagak sombong. Sesungguhnya Allah tidak suka kepada tiap-tiap orang yang sombong lagi membanggakan diri”.

Bersifat sombong dan takabur yang dimaksudkan adalah bukan saja dari segi perkataan tetapi lebih kepada tutur perilaku dan Bahasa tubuh misalnya memalingkan muka ketika bertemu sesama insan, memuji diri sendiri, berjalan dengan langkah dan gaya yang sombong (angkuh) serta menghina orang lain yang tidak sama seperti diri sendiri.

Orangtua perlu menasihati anak-anak agar menjauhi sifat sombong, bongkak dan takabur. Andainya sifat ini dapat dikesan pada anak-anak maka sifat ini perlu dibaiki dan dibanteras. Cara terbaik, orangtua harus menjadi contoh dan model kepada anak-anak.

Hal ini karena sifat sombong dan takabur tidak layak dimiliki oleh hamba Allah karena semua kemewahan, kemegahan dan kekayaan yang dimiliki adalah kurniaan Allah dan pinjaman semata-mata.

Maka sebagai hamba Allah seorang insan itu harus menjauhi perbuatan memperkecik-kecilkan orang lain, kagum dengan kelebihan diri sendiri dan tidak bersyukur. Mereka yang memiliki sifat perbadi seperti ini jauh dari rahmat Allah karena Allah tidak menyukai sifat-sifat buruk ini.

Menurut Syed Qutub sombong dan takabur ini adalah sejenis penyakit. Pendapat ini sesuai dengan Imam AlGhazali ( Bimbingan Mukminin, Jilid 1 & 2) yang mengkatogerikan sifat sombong dan takabur ini adalah tergolong dalam penyakit-penyakit hati.

Memandangkan sifat-sifat ini boleh mendatangkan perkara yang negatif kepada diri dan masyarakat maka para orangtua haruslah mencontoh Luqman al-Hakim dalam usaha memberi pendidikan akhlah kepada anak-anak.

Kesederhanaan dalam pergaulan dan tingkah laku Satu lagi sifat yang patut diterapkan oleh orangtua dalam mendidik anak-anak adalah sifat kesederhanaan dalam pergaulan dan tingkah laku.

Luqman al-Hakim mendidik anaknya agar mengutamakan sifat kesederhanaan dalam jiwa anaknya dalam melakukan tanggungjawab dan perbagai urusan khususnya yang berkaitan hubungan antara insan.

Allah SWT berfirman dalam surah Luqman ayat 19 bermaksud; “dan sederhanakanlah langkahmu semasa berjalan, juga rendahkanlah suaramu(semasa berkata-kata), sesungguhnya seburuk-buruk suara adalah suara keldai”.

Perintah Allah SWT agar mengutamakan kesederhanaan ketika berjalan dan melunakkan suara ketika bercakap adalah satu perintah yang menjamin kebahagian, keamanan dan keharmonian dalam hubungan sesama insan. Setiap insan mempunyai kebolehan dan kelebihan masing-masing dan harus disyukuri pemberian ini.

Perbuatan berjalan dengan sombong serta berbicara dengan suara yang keras bertentangan dengan syariat Islam. Membentuk sifat peribadi yang baik kepada anak-anak adalah antara tanggungjawab orangtua dalam usaha penerapan ilmu dalam keluarga.

Sehingga Anak-anak yang terdidik dalam suasana kasih sayang dan kemesraan akan melahirkan anak-anak yang mempunyai akhlak yang terpuji dan tidak akan mudah terpengaruhi dan mempengaruhi berbagai hal buruk yang disekelilingnya. 


Referensi : Berbagai Sumber

0