Riska Yuli Nurvianthi
29 Jun 2022 at 13:48


Bulan syawal bukan hanya bulan konsistensi ibadah melainkan bulan sejarah rasulullah saw bersam istri tercintanya aisyah ra. Di bulan syawal mereka melangsungkan pernikahan dengan penuh suka cita dan rasa cinta.

Rasulullah Saw Sebelum Menikahi Aisyah

Kehidupan rasulullah setelah wafat istri pertama (khadijah ra), ia merasakan kesedihan yang mendalam sehingga para sahabat nabi mengkhawatirkan beliau. Selang beberapa hari kesedihan meredah, rasulullah saw berkunjung ke kediaman sahabatnya yaitu abu bakar as-shiddhiq dan berkata:

 “wahai ummu ruman, saya mengharap putrimu (aisyah) mendapat kebaikan, maka jagalah dia untukku”.

Aisyah adalah anak dari abu bakar as-shiddhiq (sahabat karibnya). Dialah sahabat nabi saw yang amanah (dapat dipercaya), sekaligus merupakan khalifah pertama sesudah nabi saw wafat. Dan sangat berjasa sejak awal perjuangan islam.

Aisyah ra hadir dalam mimpi nabi saw sebagai ilham yang ditunjukkan  allah swt atas beliau. Maka nabi saw menemui aisyah ra , dan nabi berkata kepada  aisyah ra;

“ wahai aisyah, saya melihatmu dua kali dalam mimpiku. Saya melihat kamu dihalangi oleh selembar kain sutra. Tiba-tiba dibelakangku ada yang berkata, “perempuan ini adalah istrimu. Ketika saya membuka tabir sutra itu, ternyata saya melihat itu adalah kamu. Saya pun berkata, kalau ini memang pemberian dari allah maka saya akan menerima”.

Kapan Rasulullah Menikahi Aisyah Ra?

Nabi muhammad saw menikahi aisyah ra tepat 17 syawal di bulan syawal. Pemilihan bulan syawal dikarenakan ingin menghilangkan kepercayaan dan tradisi orang-orang arab jahiliyah yang menganggap bahwa pernikahan di bulan syawal adalah sebuah kesialan dan akan berujung dengan perceraian.

Sehingga para orangtua atau wali tidak ingin menikahi putri-putri mereka begitu juga para wanita tidak mau dinikahi pada bulan tersebut. Sebagamana mereka beranggapan bahwa unta betina mengangkat ekornya (syaalat bidzanabiha) pada bulan syawal. Ini adalah tanda unta betina tidak mau dan enggan untuk menikah, sebagai tanda juga menolak unta jantan yang mendekat.

Selain alasan itu alasan lain, rasulullah saw menikahi aisyah dengan tujuan untuk memperkuat hubungan tali silaturrahmi persahabatan lebih erat, dengan abu bakar ash-shiddiq agar lebih kukuh dalam perjuangan serta  merupakan petunjuk allah swt untuk mengajarkan tentang berkeluarga, agar disampaikan kepada umatnya kelak.

Selain juga itu pernikahan nabi saw dengan aisyah ra  karena tasri’iah atau hukum tentang kewanitaan. Dimana waktu itu umat nabi muhammad saw tak lain dari kaum wanita mengeluh kepadanya perihal tentang yang dialaminya, sebagaimana yang telah di kodratkan allah swt

Baginya. Dalam hal ini nabi saw merasa bingung atas keluhan mereka, meski nabi sendiri sudah mengetahui atas jawaban dari keluhan tersebut. Akan tetapi, nabi saw sendiri adalah seorang laki-laki, nabi saw juga mempunyai merasa malu jika untuk mengutakan jawabannya.

Dengan petunjuk allah swt, maka datanglah aisyah ra  datang di kehidupan nabi saw guna untuk membantu nabi saw sekaligus juga menjadi salah satu pendamping istri hidup nabi saw.

Para pakar sejarah telah mencacat kebangkitan pemikiran dan kebudayaan islam sejak zaman kenabian, tak lupa dengan sosok ummahatul al-mu’minin aisyah binti abu bakar as-shiddiq. Sejarah telah mencatat keagungan karya, ilmu dan keutamaannya yang sangat mulia lagi mengagumkan.

Mengenal Sosok Aisyah Ra

Nama dan nasabnya adalah aisyah binti abu bakar bin abu quhafah bin amir bin amer bin ka’ab bin sa’ad bin taim bin murrah bin ka’ab bin lu’ali. Aisyah ra adalah anak dari abu bakar ash-siddiq.

Khalifah pertama sesudah nabi muhammad saw wafad, serta selalu membela dan membenarkan apa-apa ajaran yang berasal dari nabi muhammad saw, sehingga abu bakar as dijuluki as-shiddiq. Ibunya bernama ummu rauman binti umair bin amir.

Aisyah ra  lahir pada bulan syawal 4 tahun setelah kerasulan. Aisyah ra  mendapatkan gelar kehormatan yang menjadi miliknya. Karena ia dilahirkan pada saat kedua orang tuanya telah memeluk islam dan aisyah ra  juga tidak pernah mendengar kekufuran.

Aisyah ra  merupakan perempuan muda berkulit kuning langsat, cerdas, bersemangat, bersopan santun dalam berbicara, mempunyai wajah periang dan indah dipandang. Aisyah ra  juga pernah memimpin perang jamal di masa khalifah ali, yang kemudian disesalinya.

Semasa hidupnya aisyah ra  telah banyak mengajarkan cara hidup beragama, bersosial dan berpolitik yang baik kepada kaum muslim saat itu. Ia juga telah menjadi rujukan utama para sahabat dalam mempelajari hadits dan fikih selama lebih dari separuh abad.

Ribuan hadits nabi muhammad saw diverifikasi keshahihannya melalui jalur aisyah ra . Sebanyak 2110 hadits di antaranya terdapat dalam kutub al-sittah.

Keharmonisan Rumah Tangga Rasulullah Saw Dan Aisyah Ra.

Aisyah ra  sangat telaten menjadi istri nabi saw yang paling cepat dan cerdas memahami ajaran-ajaran nabi saw. Kenyataan juga menujukkan bahwa aisyah ra  adalah seorang ibu yang paling pandai dan ahli tentang hukum-hukum islam, terutama hukum-hukum yang bersangkut paut dengan kaum ibu dan urusan rumah tangga.

Dengan demikian pernikahan nabi saw dengan aisyah ra  mengandung hikmah yang besar bagi kemajuan islam dan kaum muslimin. Pernikahan nabi saw bersama aisyah ra  dimaksudkan juga untuk mengingat jasa-jasa ayahnya dalam membantu menegakkan islam.

Nabi saw sendiri juga berharap aisyah ra  dapat menjadi salah seorang pemimpin kaum ibu islam yang dapat menyampaikan ajaran-ajaran beliau mengenai masalah kewanitaan atau hukum tasri’iah kepada kaum umat wanita, terutama kepada kaum ibu-ibu.

Satu-satunya jalan untuk mewujudkan cita-cita beliau ialah dengan menikahi aisyah ra . Kendati menikahi aisyah ra  dalam tempo yang singkat nabi saw dapat menyampaikan bermacam-macam pelajaran kepadanya.

 Aisyah ra merupakan wanita cerdas dan beruntung. Kebersamaan dengan rasulullah saw merupakan upaya belajar sepanjang hayat. Saat salah seorang sahabat bertanya, seperti apakah akhlak rasulullah saw.

Aisyah menyebutkan bahwa rasulullah saw adalah alquran “berjalan”. Maknanya, kehidupan nabi muhammad saw selalu sesuai dengan perintah alquran. Suatu malam, aisyah ra begitu heran mendapati suaminya shalat sunnah berpuluh rakaat.

Bahkan, kaki rasulullah tampak bengkak-bengkak karena itu. ‘aisyah pun bertanya, “mengapa engkau melakukan ini, ya rasulullah? Bukankah engkau sudah dijamin masuk surga kelak oleh allah?”

Apa jawab beliau? Rasulullah saw dengan nada haru berkata, ibadah shalat ini sebagai upayanya memanjatkan rasa syukur kepada allah.

Rasulullah saw juga tidak banyak protes terhadap istrinya. Sebuah riwayat menceritakan dari aisyah, suatu hari masakan aisyah ra rasanya terlalu asin. Namun, rasulullah saw tetap menyanjung makanan itu tanpa berkomentar apa pun.

Sajian tersebut juga habis dilahapnya. Belakangan, ‘aisyah mencicipi masakannya sendiri dan sadar akan rasa yang terlampau asing. Begitulah sopannya rasulullah saw, tidak pernah satu kali pun mencela istrinya.

Sebagai istri, wajar bila kecemburuan datang ketika suami menyebut-nyebut nama perempuan lain. Aisyah ra pernah suatu ketika terbakar api cemburu karena merasa dirinya dibanding-bandingkan dengan khadijah ra, istri pertama rasulullah saw.

Di sinilah peran rasulullah saw membimbing istrinya itu agar rasa cemburu tidak meningkat ke emosi yang tak perlu. Sanjungan terhadap khadijah ra tidak berarti menafikan peran satu istrinya kini, ‘aisyah. Rasulullah saw sebagai seorang suami mampu mengubah kecemburuan istrinya menjadi cinta kasih.

Masya allah, begitu luar biasa kehidupan rasulullah saw dalam rumah tangga bersama aisyah, jelas ini menjadi contoh suri teladan untuk kita umatnya.

0