Riska Yuli Nurvianthi
29 Jun 2022 at 13:38


“Buku ialah jendela dunia, dan membaca ialah cara membuka jendela tersebut. Tanpa membaca, tidak akan mengetahui dunia”

Sahabat damai, sejauh mana kita mengenal arti buku, Seringkah kita menempatkan waktu untuk membaca meski hanya beberapa menit saja? Begitu banyak pepatah terdahulu mengatakan buku adalah tabir pengetahuan, buku adalah jendela dunia, olehnya kuangkan waktu untuk membacanya.

Dengan buku, seseorang dapat menjelajah ke dunia luar tanpa perlu pergi melakukan perjalanan panjang. Melalui buku, seseorang dapat memperoleh pengetahuan yang tiada batas, melintas waktu, dan mengenal sesama dari seluruh belahan dunia.

Tanpa membacanya buku tidaklah berarti, dan seluruh ilmu pengetahuan yang didalamnya tidaklah berguna. buku dikatakan jendela sebagai ungkapan akan pentingnya buku untuk manusia.

Tak dipungkiri memang karena buku menjadi penanda kemajuan peradaban manusia. Tidak ada manusia yang bisa sukses tanpa lahir dari ilmu pengetahuan, dan pengetahuan tertuang dalam tulisan demi tulisan yang di satukan didalam sebuah buku.

Kita bisa membayangkan jika bumi atau dunia tempat kita berpijak saat ini adalah rumah. Seperti pada umumnya, rumah memiliki jendela. Jadi anggap bumi ini mempunyai jendela. Saat kita membuka jendela tersebut, kira-kira apa yang kita temukan?

Di antara kita pasti akan menyebutkan luar angkasa, bintang, planet, meteor, dan lainnya. Bisa jadi ada juga yang tak bisa menyebutkan apa-apa karena begitu banyak hal baru dan tidak kita ketahui sebelumnya. Sepanjang kita melihat luar angkasa, yang ada adalah ruang tak terbatas dengan bermacam-macam benda. 

Begitulah gambaran sederhana tentang buku merupakan jendela. Buku ibarat bumi. Ketika kita membuka buku maka kita seperti membuka jendela dunia dan melihat banyak hal yang tidak diketahui serta hal baru yang menambah cakrawala pengetahuan kita.

Setelah membuka, kita perlu membacanya sebab tanpa membacanya kita tidak akan mengalirkan pengetahuan ke dalam otak. Dengan  membaca buku, kita bisa mendapatkan beragam pengetahuan yang belum kita ketahui. Sehingga wawasan kita kian bertambah.

Sahabat damai, Sejarah buku berawal dari zaman mesir kuno di tahun 2400 SM. Pada saat itu, orang-orang mesir mencoba menuliskan simbol-simbol di daun Papyrus yang dijadikan sebagai selembar kertas Papyrus. Kertas dari daun Papyrus yang ditulis oleh orang mesir pada saat itulah yang menjadi buku pertama di dunia. Inilah awal mula adanya buku.

Sedangkan alasan buku sebagai jendela dunia adalah karena buku merupakan sumber berbagai informasi yang dapat membuka wawasan di zaman yang mesih menjadikannya relevan.

Didalam cakrawala buku berisi tentang berbagai hal seperti ilmu pengetahuan, ekonomi, sosial, budaya, politik maupun aspek-aspek kehidupan sosial lainnya. Selain itu, dengan membaca buku dapat pula mengubah masa depan, serta dapat menambah kecerdasan akal dan pikiran kita. Itu buku yang secara fungsinya relevan terhadap kehidupan manusia.

Buku sebagai medium penulisan ilmu mengalami perubahan seiring zaman. Mulai dari zaman konvensional hingga zaman digital seperti saat ini buku tidaklah sulit ditemukan, bahkan tidak perlu ikut antrian di gramedia hanya untuk membaca dan membelinya. Internet juga menyediakan buku secara gratis dan berbayar.

Cuman yang menjadi masalah adalah minat dan semangat manusia yang kadang enggan untuk mencari dan membaca. Kebiasaan yang juga dapat menjadi ketergantungan bagi jalannya atau masuknya pengetahuan melalui medium yang sudah berbeda tersebut.

Salah satu contoh ketergantungan internet yaitu dilingkungan mahasiswa dimana  kebanyakan merambah pada permainan game dan semacamnya. Sehingga menyebabkan merosotnya minat dan semangat untuk membaca buku baik dalam media internet maupun perpustakaan.

Padahal mahasiswa adalah kaum Intelektual. Dulunya perpustakaan dijadikan tempat mengumpulkan berbagai macam buku yang menjadi tempat mendapatkan pengetahuan. Bagaimana dengan kini? Perpustakaan sekarang hanya menjadi tempat mencari bahan atau buku rujukan untuk mengerjakan tugas saja, selebihnya perpustakaan hanya akan nampak seperti sebuah Museum.

Untuk bidang pencarian ilmu mahasiswa milenial kini justru lebih memilih belajar dengan audio visual atau video karena dalam medium yang kekinian tersebut berisi materi yang sudah ditransformasikan sehingga lebih mudah dipahami dan disenangi mata milenial.

Kecenderungan mahasiswa yang semakin banyak memilih pembahasan via elektronik atau digital tentu dapat berakibat berkurangnya mahasiswa yang mampu mengkhatamkan satu buku walaupun sampai satu tahun lamanya, tentu juga kunjungan ke perpustakaan-perpustakaan untuk membaca dan memahami pengetahuan.

Ini menjadi permasalahan kita semua, salahsatunya adalah peranan pengajar atau dosen di lingkungan kampus misalnya, sebagai transformator ilmu lah yang harus ikut bertindak menghadapi fakta induktif ini. Seperti halnya mentransformasikan materi-materi yang ada dalam buku untuk dibuat seperti video penjelasan sederhana agar mahasiswa benar-benar dapat paham dan teruji kebenarnnya.

Selain itu, budaya kampus yang sudah berubah seperti sekarang harus pula dipikirkan secara matang agar tidak menyesal setelah bisa lulus karena selama kuliah mereka sulit paham pengetahuan karena salah dalam pemilihan medium pengetahuannya.

Sahabat damai, kurangnya minat dan semangat itu menjadi fenomena yang layak untuk terus dipikirkan bersama, karena tentu hal yang sudah tidak relevan lagi dalam fungsi buku sebagai jendela dunia yang semestinya harus segera dikembangkan atau diperbaiki melalui kesadaran bersama.

0