Riska Yuli Nurvianthi
29 Jun 2022 at 11:19


Kali ini kita akan membahas terkait bagamana menjaga atau memanajemen hawa nafsu atau syahwat kita selama kita hidup, sebab tidak sedikit ditemukan manusia yang masih saja mengontrol syahwatnya baik tentang kehidupan seksualnya maupun dengan keinginan akan terus melakukan atau menghalalkan berbagai cara untuk melakukan dosa.

Sahabat damai, sebagai gambaran pemuda yang berkeinginan untuk menikah, namun tidak mempunyai dukungan ekonomi dan mentalitas yang cukup, Rasulullah SAW menganjurkan untuk berpuasa. Tujuannya agar pemuda tersebut tidak terperosok ke dalam jurang kemaksiatan.

Siapapun yang belum mampu menikah, maka hendaklah berpuasa. Karena puasa adalah penjaga baginya” (HR. Bukhari dan Muslim). Hadist ini menunjukkan bahwa ada kaitan erat antara puasa dengan pengaturan syahwat. Tahukah anda, apa itu syahwat?

Imam Al-Ghazali mendefinisikannya dengan istilah: nuzu‟ an nafs ila ma turiduh, yaitu kecenderungan jiwa terhadap apa yang dikehendakinya. Keinginan manusia untuk melakukan dan mendapatkan segala hal yang dia sukai dan selalu ingin menambah lagi dan lagi, itulah syahwat.

Selain itu dijelaskan Allah SWT dalam Qs. Ali Imran ayat 3: 14 yakni; “Dijadikan indah pada (pandangan) manusia, kecintaan kepada apa-apa yang diingini yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas dan perak, kuda pilihan, binatang binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga).”

Ayat di atas menyiratkan, syahwat sebagai potensi keinginan manusia. Allah SWT menegaskan, pada dasarnya manusia memiliki kecenderungan kesenangan kepada wanita atau jenis lawan (seksual), anak-anak (kebanggaan), harta kekayaan (kebanggaan, kesombongan dan kemanfaatan), kendaraan yang bagus (kebanggaan, ke-nyamanan dan kemanfaatan), binatang ternak (kesenangan dan kemanfaatan), dan sawah ladang (kesenangan, kemanfaatan).

Sahabat damai, kecenderungan manusia pada kesenangan duniawi, harta benda dan kenyamanan adalah, manusiawi. Dalam diri manusia, syahwat ini berperan penting karena ia menjadi penggerak tingkah laku. Kalau lapar dan dahaga datang, syahwat akan mengarahkan manusia untuk mencari makanan dan minuman.

Bagi laki-laki ketika melihat wanita yang menggoda maka dominanlah syahwat seksualnya, sehingga bisa saja terbesit dorongan keinginannya untuk selalu mengarah pada hal-hal yang dapat memberikan kepuasan seksual. Jadi, kecenderungan syahwat itu tergantung apa yang sedang dominan dalam dirinya.

Syahwat seksual, syahwat politik, syahwat kepemilikan, syahwat kenyamanan, syahwat harga diri, syahwat kelezatan dan lainnya. Ibarat anak kecil, ia akan bebas dan tak terkendali jika selalu dimanjakan dan dituruti.

Agar tidak terkendali dan tumbuh menjadi pribadi yang baik, anak tersebut harus dididik dengan ilmu pengetahuan.

Begitu pula dengan syahwat, dorongan keinginan yang beraneka ragam itu akan mengarah pada hal-hal yang positif jika kita mampu mengendalikannya. Lalu, bagaimana cara mengendalikan syahwat?.

Pada titik inilah, puasa memiliki peran besar dalam “mendidik” syahwat dengan baik. Nah, bulan Ramadhan adalah kesempatan emas bagi kita untuk menjalani pelatihan manajemen syahwat secara langsung melalui puasa Ramadhan selama satu bulan.

Sahabat damai, adanya pelatihan manajemen syahwat selama liburan di bulan Ramadhan adalah mengendalikan latihan syahwat yang halal. Syahwat jenis ini perlu ditundukkan, karena untuk mempermudah seseorang dalam mengendalikan syahwat haram.

Jika tidak terbiasa mengendalikan syahwat halal, akan sulit bahkan berisiko baginya untuk mengendalikan syahwat yang haram. Mengapa? karena syahwat yang haram pasti terasa lebih nikmat, lebih mudah, lebih banyak dan lebih kuat dorongan untuk melakukannya.

Contoh, menerima honor atau gaji itu jelas halal. Tetapi, syahwat manusia selalu mendorong untuk mendapatkan gaji yang lebih dan lebih besar lagi. Jika dituruti, tentu tidak ada kata puas, berapapun gajinya, selalu ingin lebih.

Manusia bisa mengendalikan atau tidak?. Jika tidak mampu mengendalikan, syahwat yang haram (perilaku korupsi) sudah mengincar. Bila ada kesempatan, pasti tak segan untuk melakukan korupsi untuk memuaskan syahwat mendapatkan gaji yang lebih.

Sehingga manajemen syahwat khusus kita membahas ini terdiri dari tiga induk syahwat halal yakni syahwat makan, syahwat minum, dan syahwat video (seks).

Jika ketiga hal ini dilanggar, training langsung dinyatakan gagal, alias batal puasanya. Bila seorang tidak mampu dan tidak terbiasa mengendalikan ketiga syahwat dalam kondisi halal, ia dengan mudah terjerumus ke dalam syahwat haram. Korupsi misalnya, jelas bukan dilakukan oleh orang miskin yang sekadar butuh makan dan minum.

Tapi, dilakukan oleh orang-orang yang bergaji besar. Perselingkuhan juga tidak dilakukan oleh pria dan wanita lajang, tetapi oleh mereka yang sudah punya pasangan halal.

Mereka tidak puas dengan pasangannya dan apa yang dikejar. Walhasil, syahwat makan, minum, dan seks itu harus dapat dikendalikan dengan baik dalam situasi dan kondisi yang halal.

Sahabat Damai, Kalau tidak, ketiga syahwat tersebut akan mendorong seseorang untuk mendapatkannya dengan menghalalkan segala cara dan otomatis akan merusak diri sendiri bahkan tatanan masyarakat sekitar, sehingga mari kita manfaatkan puasa Ramadhan sebagai training manajemen syahwat dengan baik.

0