Siti Resa Mutoharoh
17 Apr 2020 at 17:39


Tepat 12 Maret 2020 lalu, organisasi kesehatan dunia atau World Health Organization (WHO) menetapkan status wabah virus corona atau COVID-19 sebagai pandemi (skala penyebaran penyakit yang terjadi secara global di seluruh dunia). Sehingga sebagai upaya pencegahan penularan COVID-19, WHO pun mengeluarkan beberapa anjuran diantaranya, rajin mencuci tangan dengan sabun atau cairan berbasis alkohol, menggunakan masker, hindari menyentuh mata, hidung dan mulut, hingga anjuran social distancing (mengurangi kontak dengan orang lain dan menghindari kegiatan di keramaian).

Menanggapi pandemi virus corona, Pemerintah Indonesia pun mengimbau kepada masyarakat agar mengurangi aktifitas berkumpul, mengurangi bertemu banyak orang di luar rumah, menjaga jarak satu sama lain atau social distancing, yang kini disebut dengan physical distancing, guna membantu memutus mata rantai COVID-19. Sehingga dengan kebijakan tersebut, masyarakat pun mulai melakukan aktifitas dari rumah, seperti belajar, beribadah, bekerja, belanja dan aktifitas lainnya yang memungkinkan dilakukan dirumah saja.

Sebab pandemi belum berakhir, Pemerintah melalui Kementrian Kesehatan (Kemenkes) pun mengeluarkan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 21 tentang tentang Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). PSBB adalah pembatasan kegiatan tertentu penduduk dalam suatu wilayah yang diduga terinfeksi COVID-19, dengan tujuan untuk mencegah penyebaran COVID-19 di suatu wilayah. Meski tak semua wilayah menerapkan PSBB, namun lagi dan lagi, masyarakat Indonesia harus tetap membatasi aktifitas diluar rumah sebelum virus ini benar-benar tidak ada.


Tiga Zona Emosi di era COVID-19

Beberapa sumber menyebutkan, terdapat tiga zona emosi seseorang diera COVID-19. Pertama, zona ketakutan. Dalam zona ini, orang biasanya akan membeli stok masker, obat, dan kebutuhan lainnya secara berlebihan, menyebarkan rasa takut dan marah kepada orang lain, sering mengeluh, langsung membagikan info apapun dari media sosial, dan cenderung mudah marah.

Pada zona selanjutnya, yaitu zona belajar, yang mana seseorang mulai menerima kenyataan, berhenti membaca berita yang akan membuat cemas, berhenti berbelanja berlebihan, mulai mengenali emosi diri sendiri, menyadari situasi dan mulai berpikir untuk bertindak, berhenti membagikan informasi dari media sosial yang tidak jelas kebenarannya, dan menyadari bahwa semua pihak berusaha melakukan yang terbaik.

Apabila kita sudah mulai memikirkan orang lain, bagaimana membantu oranglain, menggunakan bakat atau kemampuan untuk yang membutuhkan, tidak menyesali masa lalu atau terlalu khawatir dengan masa depan, penuh kasih sayang pada diri sendiri dan orang lain, berterima kasih dan mengapresiasi orang lain, menjaga emosi, tetap bahagia menyebarkan optimisme, mencari cara untuk beradaptasi dengan perubahan, dan mempraktikan keheningan, kesabaran, menjalin relasi dan kreativitas ditengah pandemi virus corona ini, maka kita sudah berada di zona emosi ketiga, yaitu zona bertumbuh.


Hobbies From Home

Sejak dianjurkannya Physical Distancing sekitar tiga pekan yang lalu, atau lebih tepatnya pada 15 Maret 2020, mau tidak mau masyarakat Indonesia harus melakukan self isolation atau mengkarantina diri sendiri guna menurunkan resiko penularan virus corona. Dengan adanya anjuran tersebut, bagi sebagian orang, beraktifitas #dirumahaja mungkin menjadi momentum untuk rehat sejenak dari kesibukan yang selama ini menguras tenaga dan pikiran. Bahkan bisa lebih mendekatkan diri dengan keluarga yang selama ini mungkin hanya bisa bercengkrama dan berkumpul ketika akhir pekan saja.

Menginjak di pekan ketiga, kita pun sudah mulai merasa jenuh, bosan, bahkan kesal karena tidak bisa bertemu dengan kawan atau hanya sebatas nongkrong di warung kopi saja. Hingga pada akhirnya, tidak sedikit orang yang baru memasuki zona emosi ketakutan di pekan ketiga ini, disebabkan karena semakin banyak korban berjatuhan, banyak rencana yang ditunda dan dibatalkan, hingga dipusingkan dengan berat badan yang terus merangkak naik. Sehingga kesehatan mental kita pun mulai ternganggu.

Padahal tau gak, Sahabat Damai? Untuk menjaga kesehatan mental, kita bisa menggunakan masa karantina ini, sebagai waktu untuk mengasah hobi kita loh. Atau mungkin, bagi orang yang masih kebingungan “Apasih hobi saya? Saya sebenarnya sukanya apa ya?”, sekarang adalah waktu yang tepat untuk mencari, mengasih hobi yang kita punya, sehingga bisa lebih produktif dan bisa mengaktualisasikan kemampuan kita serta bisa menjadi penyembuh kesehatan mental kita ditengah banyaknya pemberitaan yang membuat cemas.

Hal demikian pun sudah dilakukan oleh beberapa publik figur di negeri kita ini, seperti, para musisi Indonesia beramai-ramai mengasah hobinya dalam bernyanyi yang dikemas dengan konser #dirumahaja sehingga bisa menghasilkan rupiah untuk didonasikan kepada orang yang terdampak COVID-19. Tak terkecuali dengan kita. Dengan banyaknya waktu luang yang kita punya, kita bisa menyalurkan hobi selama berada #dirumahaja. Semisal, membaca buku, menulis, memasak, melukis, berkebun, membuat podcast dan masih banyak aktifitas lain yang minimal bisa bermanfaat bagi diri kita sendiri. Terlebih bagi orang yang terdapak COVID-19.

Dilansir dari kompas.com, Jurnal Annals of Behavioral Medicine menyebutkan bahwa menyalurkan hobi bisa berdampak pada kesehatan dan kebugaran tubuh, sama halnya seperti dengan olahraga. Orang-orang yang rutin menyalurkan hobinya, dilaporkan 34 persen lebih rendah tingkat stresnya dan 18 persen lebih rendah tingkat kesedihannya. Bahkan, cenderung lebih bahagia, tingkat pacu jantung lebih rendah, sehingga efek ketenangan pun didapat selama berjam-jam.

Ketika kita rutin melakukan aktifitas yang digemari (hobi), terutama selama pandemi ini, maka stres dan ketakutan pun berkurang atau bahkan berangsur hilang dalam diri kita. Pasalnya kita lebih fokus pada hal-hal yang kita senangi, dibandingkan dengan memikirkan hal-hal yang membuat kita stres, sehingga bisa saja kita pun akan mengalami masa zona ketakutan, sebagaimana yang disebutkan diatas.

Dengan lebih sering berkreativitas dirumah, tidak menutup kemungkinan kita pun akan expert (ahli) di bidang yang kita gemari dan bahkan tidak hanya sebatas bermanfaat untuk diri sendiri. Atau jika dikaitkan dengan zona emosi diera COVID-19, kita tidak perlu melalui zona ketakutan, lalu zona belajar kemudian baru ke zona bertumbuh. Dengan rutin menjalani hobi, bisa jadi kita melompat langsung pada zona bertumbuh disebabkan kita bisa lebih mengendalikan emosi dalam kondisi dan situasi seperti sekarang ini.

Sebab dalam beberapa sumber disebutkan, menurut psikolog, zona emosi diera COVID-19 tesebut tidak  bersifat linier. Sehingga bisa saja orang melompat langsung ke zona bertumbuh tanpa harus melalui zona ketakutan dan zona belajar terlebih dahulu, tergantung dengan kondisi situasi yang sedang di hadapi seseorang.

Jadi bagaimana? Sudahkah Sahabat Damai rutin menyalurkan hobi selama pandemi? Kalau belum, yuk mulai dari sekarang, mulai dari hari ini. Supaya tetap sehat, imun tetap kuat, dan selalu bahagia. Dengan menjadi pribadi bahagia, kita pun sudah berperan dalam memberikan ketenangan dan kedamaian di muka bumi ini loh. Sehingga kemudian, bumi pun akan lekas membaik. Segera.

Dan jangan lupa, tetap sebarkan optimisme dibumi pertiwi ya! Salam Damai!

0