Riska Yuli Nurvianthi
29 Jun 2022 at 09:46


Bin Arabi, dikenal sebagai salah satu  tokoh filsafat agama islam dan  tasawwuf, yang tidak asing kita kenal sebagai pakar “Ilmu Kebatinan”. Siapa sebenarnya beliau? Mengapa namanya begitu  terkenal baik dikalangan muslim maupun barat atau orang-orang timur. 

Sahabat damai mari kita mengenal Bin Arabi dengan menyelusuri jejak rekam semasa hidupnya yuk. Muhjiddin Muhammad bin Ali bin Muhammad bin Ahmad bin Abdullah al-Hatimi adalah nama lengkap dari Bin Arabi, ia lahir pada hari Senin, tanggal 17 Ramadhan th. 560 Masehi atau  29 Juli tahun 1165 di Marseille, suatu negeri dalam wilayab Andalus, Spanyol.

Marseille dikala itu, terkenal sebagai kota yang indah, penuh dengan taman-taman bunga dan pemandangan-pemandangan alam yang selayaknya surga dunia juga penduduk asli yang beragama Islam dengan akhlak dan budi pekerti yang baik.

Marseille terkenal sebagai kota Islam yang dibangun dalam masa pemerintahan Bani Umaijah, Seorang wali besar yang dermawan. Sejak kecil Muhjiddin adalah seorang Memiliki perangai yang baik,  tumbuh menjadi pribadi yang shalih dan taat dam melakukan ibadah, setiap perbuatannya mencerminkan budi pekerti yang baik dan mulia.

Muhjiddin atau bin arabi, semasa hidupnya terkenal sebagai jiwa yang pantang menyerah dalam melakukan dan mempelajari sesuatu yang baru membuatnya sangat kritis dan teliti. Kecerdasan  otak yang dimiliki selalu mengedepankan pemahaman ilmu dengan agama islam.

Pada waktu mudanya ia sangat gigih dalam mempelajari ilmu pengetahuan, yang  nyatanya sangat berguna di hari-hari tuanya menjelang wafat.  Ilmu yang dimiliki sejak masih kecil di aplikasikan untuk mengajar dan mengarang banyak buku.

Bahasa sastra arab yang penuh makna dan hikmah, ayat demi ayat Alqur’an, hadist- hadist nabi, ucapan para fuqaha dan hukumah tertuang dengan indah di ucapan dan tulisannya yang menembus kedalam relung jiwa dan perasaan yang teramat mendalam.

Bin Arabi atau Muhjiddin mempelajari Al-Qur’an pada seorang ulama bernama Abu Bakar bin Chalaf di Seville, dan kemudian dalam usia tujuh tahun sudah mulai berkenalan dengan kitab “Al-Kahfi.  Bin Arabi juga meriwayatkan hadis dari Abu Hasan, Suryaih bin Muhammad bin Suryaih Ar-Ra’ini melalui ayahnya.

Kitab ini dibaca dengan pimpinan seorang ulama Ali Abu Qasim Asj-Sjarrath al-Qurlhubi di Seville. Seville adalah juga salah satu kota jang terkenal disebelah barat Andalus, suatu kota jang dipagari batu dengan dua belas buah pintu, jauh dari Cordova yang melakukan perjalanan selama empat hari

Muhjiddin juga mempelajari kitab “At-Taisir fil Laddani” dari Ali Abu Bakar Muhammad bin Abi jumrah, selanjutnya ia pernah berguru kepada Ihn Zarqun, Abu Muhammad Abdul Haq al-Isjbili al-Azdi, dan banjak ulama-ulama lain ditimur dan dibarat yang tidak diketahui jumlah pastinya.

Imam Syamsuddin Ibn Musadda menerangkan dalam sejarah hidupnya, bahwa  seorang yang sangat teliti, banyak mengetahui ilmu pengetahuan dalam segala bidang, cepat tangkap dalam menerima informasi di sehingga dijuluki sebagai anak termaju dan terpintar dalam negerinya.

Ibn Arabi pernah juga mengikuti pelajaran Hadis dari Aul Qasim Al-Lhazastani dan ulama-ulama lain, dan khusus mempelajari Sahih Muslim pada Abu Hasan bin Abu Nasar dalam bulan syawal Th. 605 Hijriyah.  

Konon ia mendapat juga ijazah umum dari Abu Thahir As-Salafi. Dalam ilmu tasawwuf pengetahuan Ibn Arabi sangat mendalam, sehingga banyak kitab karangan-karangan dalam bentuk kalimat prosa yang indah.

Salah satu kitab yang dibuat yaitu kitab “Futuhal” ,yang menjadi sejarah awal kitab Ada dua kitab “Futuhat ” karangan Ibn Arabi, yaitu “Futuhatul Makkijah dan Futuhatul Madinah”.

Futuhatul Madinah terdiri hanya 10 lembar ditulis pada saat Ia ziarah ke Madinah sebagai tjurahan Ilham, sedangkan Kitab Futuhatul Makkijah sangat tebal merupakan kitab karya utama Ibn Arabi.

Kitab lain  disebut “Al-Ahadisul Qudsijah” ditulis di Mekkah Th. 599 Hijriyah, ia tidak merasa puas dengan hadis riwayat Jibril Fadlufuil Arba’in, sehingga menyelidiki hadist tersebut yang langsung dari Allah SWT melalui Nabi Muhammad SAW yang sering kali kita sebut sebagai hadist Qudsi.

Hadist Qudsi dikumpulkan dan dipelajari untuk mengetahui terkait hakikat dan ma’rifat karena didalam hadist tersebut banyak membahas tentang Allah SWT dengan Rasulullah SAW.

Keberangkatan Ibn Arabi dari kampung halaman  Marseille ke Seville sekitar 598 Hijriyah,  melakukan perjalanan ke timur dan naik haji di tanah suci Mekkah hingga tidak kembali lagi kenegara Andalus.  Di Mekkah banyak ulama memberikan ijazah kepadanya, diantaranya hafiz  As-Salafi, Abu Farad ibnal Djauzi. Mereka sangat mengangumi Ibn Arabi.

Ia diterima disana dengan penuh kehormatan karena dikagumi ilmunya mengenai ma’rifat, jalan-jalan hakikat dan pengetahuannya mengenai ridho dan mukjizat serta kefasihan dalam menyampaikan ilmu tasawwuf begitu lancar dan baik.

Sahabat damai, para ulama-ulama Syam, Hedjaz dan murid-murid pernah mendapat ilmu dari beliau dan melihat Nabi Rasulullah SAW datang dalam mimpi memuji Ibn Arabi. Dalam angan Ibnal Djauzi mengatakan “Ibn Arabi menghafal Ismul A’-zam dan ia mendapatkan ilmu itu bukan dengan belajar melainkan ilham langsung dari Tuhan”.

Ibn Nadjar menerangkan, bahwa Ibn Arabi termasuk orang Sufi, ahli penyakit hati, ahli tharikat dan banyak berteman dengan para orang miskin, ia melakukan haji berulang-ulang kali dan keahlian lainnya menulis kitab yang berfaedah bagi golongan tasawwuf. Selain itu ia juga sangat ahli dalam syair-syair makna mendalam, halus dan begitu mendalam hingga relung sukma.

Ibn Nadjar dekat dengan Ibn Arabi ketika melakukan perjalanan ke Damaskus serta bercerita tentang pengalaman Ibn Arabi masuk ke kota Bagdad pada Th.  601 Hijriyah. Mereka tinggal selama dua belas hari, kemudian menunaikan haji pada tahun 607 hijriyah.  

Ia menulis untuk Ibn Nadjar sebuah syair yakni “Selama engkau terkatung-katung, Diantara ilmu dan syahwat, Engkau tidak akan beruntung, berhubungan langsung tadjilat.”

Ibn Arabi wafat di Damaskus pada malam jumat,tepat  dua puluh delapan rabiul akhir, tahun 638 Hijriyah, dan dikuburkan di damaskun bersebelahan dengan seseorang yang terkenal yaitu Safah Oasijun.  

Ia mempunyai dua orang anak, anak pertamanya adalah Sa’ad Sa’duddin Muhammad, lahir di Mauqijah atau Malta dalam bulan Ramadhan tahun 618 Hijriyah, seorang ahli hadis dan syair yang terkenal, meninggal di Damaskus tahun 656 Hijriyah.

Nah, sahabat damai, demikianlah kisah Ibn Arabi yang masih banyak tidak diketahui padahal mungkin saja kita sering membaca dan mempelajari ilmu tasawwuf yang menjadi hasil pemikiran dan gagasan kreatif darinya.

0