Onriza Putra
16 Apr 2020 at 19:27


Ada yang menarik dari artikel yang ditulis oleh Pak DI (sapaan akrab Dahlan Iskan) di situs Disway.id. Artikel yang di upload tanggal 8 April ini diberi judul Covid Apalagi. Dahlan Iskan memulai artikel dengan kalimat tanya, masih ada lagikah yang perlu Anda ketahui tentang Covid-19?

Menurutnya, tidak ada lagi yang perlu kita ketahui dari Covid-19. Kita sudah ahli, bahkan sudah ahli dari dokter. Dokter hanya mau membaca yang masuk akal saja, sedangkan kita membaca apapun dari medsos, asal dikait-kaitkan dengan Covid-19. Dahlan Iskan menawarkan kepada kita agar move on dari kepanikan akibat Covid-19 dengan aman, cerdik dan kreatif.

Bentuk move on sederhana yang ditawarkan tidak lain adalah berbagi semangat dan optimisme. Tukang sayur, tukang cukur, pengusaha hotel, pemilik restoran, pedagang asongan, petani atau siapa dan apapun profesi kita, mulailah untuk mencoba  alternatif baru dengan cara yang aman dan kreatif. Untuk yang #dirumahaja, kurangi membaca berita negatif terkait Covid-19. Usaha ini dapat kita lakukan agar tetap menjalani kehidupan dengan cara baru dan terhindar dari kebanjiran informasi yang salah.

Sepatutnya kita bisa belajar dari Taiwan. Negara yang sepelemparan batu dari Tiongkok ini, sejak tahun 2013 membentuk lembaga khusus penanganan wabah, nama lembaga itu adalah Taiwan Centers for Disease Control (Weisheng Fuii Bu Jibing Guanzhi Shu). Salah satu tugas lembaga tersebut adalah memonitor pergerakan sosmed terkait penyebaran informasi yang salah, termasuk hoax. Melalui departemen klarifikasi informasi, misinformasi tersebut langsung diklarifikasi dan dijelaskan secara resmi. Taiwan termasuk negara yang cepat tanggap dalam penanganan Covid-19. Data saat ini, jumlah kasus di Taiwan adalah positif 388 orang, sehat 109 orang dan meninggal 6 orang (cdc.gov.tw/en per tanggal 13 April 2020).

Di Indonesia, selain mengkhawatirkan penyebaran Covid-19, kita juga patut khawatir terhadap distribusi informasi hoax. Saat ini banyak beredar informasi-informasi hoax dan keliru yang membingungkan dan menambah kepanikan masyarakat. Kominfo merilis sebanyak 242 hoax (data bulan Februari) dan disinformasi terkait penyebaran virus ini. Simpang siurnya informasi yang bertebaran di media sosial membuat masyarakat tidak mendapatkan kepastian informasi dan malah menambah kepanikan.

Dalam tulisan Solidaritas, Harapan dan Koordinasi Global Melawan Covid-19, beragam cara yang dilakukan masyarakat dunia untuk berbagi semangat dalam masa-masa kritis ini seperti menjadi relawan, melalukan konser gratis untuk masyarakat yang diisolasi, menyediakan alat pelindung diri gratis, membuka toko/supermarket untuk kebutuhan stok makanan. Di Indonesia, beredar foto-foto petugas medis yang berjibaku di rumah-rumah sakit sambil mengkampanyekan "kami disini untuk kalian, kalian dirumah untuk Indonesia" dan beragam kalimat optimisme lainnya.

Di lini masa saat ini juga dibanjiri postingan-postingan semangat dan optimisme. Semangat dan optimisme tersebut dibuat dalam beragam bentuk seperti kompilasi lagu, video lucu, komik, meme dan media lainnya. Baru-baru ini, akun instagram Eka Agustina membuat lagu #dirumahaja dengan 42 bahasa daerah. Selain mengkampanyekan #dirumahaja, lagu ini juga menggambarkan keberagaman kita sebagai sebuah bangsa.

Penulis menilai saat ini yang kita butuhkan adalah semangat dan optimisme. Mari kita hindari membaca dan menyebarkan berita-berita yang tidak jelas sumber dan kevalidan datanya. Mengikuti arahan pemerintah dan para ahli akan membuat kita terhindar dari penyebaran Covid-19. Keadaan saat ini menuntut kita untuk beradaptasi dengan perubahan dan lebih meningkatkan kerjasama sebagai sebuah bangsa. Semangat kebersamaan inilah yang harus kita masifkan ditengah masyarakat layaknya virus.

Ayo, semangat gotong royong melawan Covid-19.

0