Riska Yuli Nurvianthi
29 Jun 2022 at 09:28


Agama Islam menjadi titik awal mendamaikan bumi nusantara, Kemuliaan dan keagungannya tidak dapat disembunyikan, ditutup-tutupi bahkan dibendung maupun diingkari. 

Hadirnya Islam sebagai agama penuh kasih dan  sayang menjadi sebuah awal perubahan hidup umat manusia lebih baik, dapat dibuktikan dengan gilang-gemilang dalam waktu yang paling singkat. Kekuatan dahsyat yang dimiliki setiap individu muslim mampu menghancurkan kebiadaban kafir Quraisy yang berusaha terus membendung, menyiksa dan menumpas kaum Muslimin semenjak kehadiran Nabi Isa.

Hanya dalam waktu seperempat, kurang lebih sebagian besar dari para musuh berbalik menjadi muslim, bahkan menjadi generasi pejuang menyebarluaskan Islam ke seluruh belahan bumi. Generasi tersebut disebut “Khairah Ummah” . 

Khairah ummah adalah sebutan umat Rasulullah SAW yang mengamalkan ilmu dan Agama Islam dengan sebaik-baiknya sesuai dengan firman Allah SWT dalam surat Al- Imron ayat 110 yakni;

“Kalian adalah umat terbaik yang ditampilkan untuk manusia, menyuruh kepada  ma`ruf  dan mencegah dari munkar dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik.”

Asbabun nuzul ayat ini diriwayatkan bahwa dua orang keturunan yahudi berkata kepada Ibnu Mas’ud dan Mu`adz bin Jabal dengan perkataan : “Agama kami lebih baik dari agama yang kalian da’wahkan, bangsa kami lebih unggul dibanding kalian. ” Kemudian turunlah ayat ini sebagai bantahan terhadap mereka. Umat yang terbaik, setelah diutusnya Nabi Muhammad SAW sebagai rasul, adalah umat Islam.

Selanjutnya Ibn al-Jauzi berpendapat diantaranya yang dimaksud ayat di atas adalah seluruh umat Nabi Muhammad yang beriman. Jadi, umat islam adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, karena eksistensinya nampak di hadapan manusia, selalu menyuruh kepada ma`ruf, dan mencegah dari munkar, dan beriman kepada Allah.

Sebagian generasi umat islam zaman sekarang sering memahami bahwa umat Islam apapun kondisinya dan bagaimanapun perilakunya tetap saja menjadi satu-satunya penyandang predikat umat terbaik di muka bumi, tidak dapat tergantikan oleh umat lain, dan tidak terkalahkan umat lain. Predikat khaira ummah adalah hak milik mutlak umat islam, bukan umat lain. Pemahaman semacam ini adalah benar, namun rawan dihinggapi keterlenaan karena terlalu sibuk diliputi perasaan membanggakan diri. Tanpa disadari ternyata masih terbelakang karena kurang mampu mengimplementasikan prestasi ibadah yang menjadi syarat pokok memperoleh predikat khaira ummah yaitu eksis sesama  manusia dalam makna memiliki kepekaan jiwa sosial yang tinggi, selalu menyuruh kepada ma`ruf, mencegah dari munkar, dilandasi keimanan dalam pergaulan dunia masa modern ini.

Dulu pada masa nabi Muhammad dan kekhalifahan sahabat serta kerajaan islam (daulah) di asia, afrika maupun di eropa, memang umat islam menjadi umat yang terbaik. Umat Islam saat itu menjadi kiblat dunia dan umat paling berperan serta berpengaruh dalam pergaulan regional maupun internasional. Namun disebabkan perpecahan, kemudian umat islam menjadi bangsa yang diceraiberaikan, direndahkan, terbelakang dan terjajah hingga abad 19 masehi.

Dan realitanya hingga sekarangpun, meski sudah merdeka fisik dari penjajahan namun umat islam dapat dibilang masih “belum merdeka” sepenuhnya termasuk mentalitasnya, sehingga masih belum nampak eksistensinya dalam pergaulan dunia. Bahkan masih banyak direndahkan dan dinomorduakan atau bahkan dinomorsekiankan.

Sementara ini umat islam tertinggal di belakang negara-negara berpenduduk mayoritas beragama yahudi, atau nasrani atau bahkan tanpa beragama. Tertinggal dalam berbagai hal positif seperti perihal teknologi, etos kerja, birokrasi pemerintahan yang bersih, pendidikan, ekonomi, politik, pertahanan, transportasi, olahraga, dan lain lain.

Kita saksikan sekarang negara-negara penduduk mayoritas muslim misalnya Indonesia masih bermasalah dengan korupsi, kolusi, nepotisme, money politic, pengangguran, kesenjangan sosial, ketidakmerataan kesejahteraan, dan dekadensi moral serta memudarnya karakter bangsa. Begitu juga dengan negara-negara islam di timur tengah, masih banyak bergantung kepada negara-negara barat untuk mengolah kekayaan alamnya. Begitu juga mereka belum mampu berbuat banyak ketika menyaksikan Palestina diserang oleh Israil maupun negara berpenduduk muslim yang dilanda bencana.

Organisasi internasional semacam PBB pun lebih banyak dikuasai oleh negara-negara berpenduduk non muslim sehingga Predikat khaira ummah  bisa saja “nyaris tercabut” dari kaum muslimin dan hanya tinggal kenangan masa lalu. Naudzubillahi min dzalik, semoga kondisi memilukan tersebut tidak terjadi di belahan muka bumi ini.

Sahabat damai, kita berharap agar melalui pemahaman spirit yang terkandung dalan surat Ali Imron ayat 110 diatas, kita sebagai generasi umat Muhammad SAW sekiranya berjuang dengam sungguh-sungguh menggapai predikat “Khirah Ummah” Baik  di masa sekarang dan masa mendatang. Amiiin allahuma amiiin,

Sebagai generasi keberlanjutan, saatnya kita terus  berupaya menjadikan diri kita sebagai umat terbaik Rasulullah SAW,  dengan senantiasa (present continius) untuk mempropagandakan dan meneladani perilaku ma`ruf  serta mencegah dari munkar dengan dilandasi ketuhanan yang maha esa (yaitu keimanan kepada Allah).

Sejak Nabi Muhammad SAW diutus sebagai rasul maka derajat manusia tidak dibedakan oleh ras atau keturunan mana, melainkan ditentukan oleh derajat keimanan dan ketaqwaannya. Derajat keimanan seseorang tidak dapat di ukur oleh tangan dan buah pemikiran manusia, sebabnya itu menjadi rahasia Ilahi yang tidak mesti kita ikut campuri.

Namun, sebagai bangda yang mayoritas muslim kita tidak boleh terlena dengan keadaan yang ada, misalkan hadirnya Ulama maupun kelompok berpengaruh (semacam kaum haji, kyai) belum mampu memaksimalkan, memberdayakan peran agama untuk kemajuan umat dan bangsa.

Kendati, Banyak dijumpai disekitaran kita yang dalam kartu identitasnya (semisal KTP) tercatat beragama Islam, namun perilakunya di masyarakat jauh dari nilai/ajaran Islam. Sebab tidak jarang “Muslim KTP” ini menganggap bahwa ajaran islam hanyalah ketika sedang beribadah (mahdhah) di masjid/mushala, sehingga Nilai ibadah mahdhah yang ditunaikan tidak berpengaruh terhadap perilaku sehari-hari di masyarakat.

Jika seandainya yang demikian, diberi kesempatan untuk berinteraksi dengan manusia yang mengadopsi budaya asing yang merupakan bukan budaya islam, ternyata hanya sedikit menyerap budaya baiknya, namun lebih banyak menyerap dan meniru budaya buruknya. Kondisi semacam ini tentunya semakin menjauhkan generasi tersebut menjadi generasi  “Khaira ummah”

Sudah saatnya menyiapkan diri menjadi generasi Khairah ummah dalam setiap langkah gerak kehidupan kita, perlu kesiapsiagaan mutlak agar tidak terjerumus dan terlena kehal yang buruk, terlebih didalam bulan suci Ramadhan ini, momentum meraih pahala dan permohonan ampun sebanyak-banyaknya.

Sahabat damai, mari mempercepat laju pembangunan jiwa raga kita  dan berlari ke depan mengejar cita serta meninggalkan dari ketertinggalan. Kita harus bisa mengambil spirit yang terkandung pada ayat Al-Imron ayat 110 tersebut.

Menjadi umat terbaik (khaira ummah) merupakan kebutuhan bagi kaum muslimin yang tidak bisa ditawar-tawar lagi. Berprestasi baik dengan menyeru kepada kebajikan dan mencegah dari kemungkaran yang didasari keimanan kepada Allah SWT merupakan pekerjaan yang tidak dapat ditunda-tunda lagi, terlebih menyadari segala kekhilafan dan kelengahan di masa lalu. Bulan ini, Bulan Suci Ramadhan menjadi momentum mengkhusyukkan diri memperbaiki segalanya dan meningkatkan ketaqwaan kepada Sang pencipta agar semoga kita dapat menjadi generasi “Khaira Ummah (Generasi terbaik) “. Amiiin allahuma amiin.

0