Siti Resa Mutoharoh
13 Apr 2020 at 09:54Sejak dinyatakan
sebagai pandemi (Skala
penyebaran penyakit yang terjadi secara global di seluruh dunia) oleh
World Healt Organization (WHO) pada bulan Maret 2020, hingga saat ini kasus
infeksi Corona Virus Disease (COVID-19) masih terus bertambah. Melansir dari data Worldometers, hingga
Minggu (05/04/2020) pagi, tercatat sudah sebanyak 1.196.944 kasus di dunia dengan
korban meninggal dunia 64.580 orang. Sedangkan di Indonesia, tercatat sebanyak 2.273 kasus yang
terkonfirmasi positif terjangkit COVID-19 dengan jumlah korban meninggal dunia
sebanyak 198 orang.
Meski virus
terus menyabar, sebanyak
246.110 orang di dunia dinyatakan sembuh (Recovered), termasuk di Indonesia,
sudah terdapat 164 orang berhasil sembuh dari virus yang bermula dari kota Wuhan, Provinsi Hubei, China tersebut.
Sembuhnya para pasien terinfeksi virus, tentu berkat jerih payah pahlawan yang berada
digaris terdepan, yang bekerja dengan ketulusan membantu melawan virus corona,
yaitu tim medis.
Ketika pandemi
ini terus menyebar dengan ganas,
terdapat tim medis (Para dokter, perawat, paramedis dan semua tenaga
medis di rumah sakit) yang berada di garda terdepan, menolong pasien dengan
bertaruh nyawa. Pasalnya, sebagai orang yang bersentuhan langsung dengan para
pasien terinfeksi virus corona, mengakibatkan tim medis menjadi orang yang sangat rentan
menjadi korban. Bahkan, pada 1 April silam, tim gugus
COVID-19 DKI Jakarta mengumumkan, sudah terdapat 84 tenaga medis positif terjangkit
dan tiga orang meninggal dunia.
Ditengah pandemi
ini, tim medis harus bekerja ekstra hati-hati. Dalam menangani pasien, mereka
harus menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) hingga berjam-jam lamanya, yang
tidak jarang mengakibatkan sesak karena APD yang dipakai tidak mempunyai
sirkulasi udara yang baik. Mereka juga harus menahan diri untuk tidak pergi ke kamar mandi, karena
proses lepas pasang APD yang cukup menyulitkan. Selain melindungi diri, tim
medis masih harus melindungi keluarga tercinta agar tidak tertular. Tidak
jarang, mereka rela tidak pulang kerumah dan tidak bertemu keluarga karena
khawatir menularkan virus. Setelah bertaruh nyawa, masih harus juga menahan
diri untuk tidak bertemu sanak keluarga dirumah. Dedikasi penuh terus mereka berikan, demi
kemanusiaan.
Maka dari itu,
mari kita yakinkan bahwa mereka, tim medis, tidak sendirian. Ada aku, kamu dan
kita semua yang siap
diam dirumah, demi diri sendiri dan untuk tenaga medis yang sedang berjuang di
garda terdepan agar tidak kewalahan.
Menegaskan
Kembali Peran Khalifah di Tengah Pandemi COVID-19
Ditengah pandemi
ini pun, kita mesti terus tersadar bahwa manusia diamanahi sebagai khalifah
yang memiliki tanggung jawab untuk memelihara, menjaga, merawat dari berbagai
macam hal yang akan merusak bumi dan seisinya, termasuk ketika hadirnya virus
corona seperti saat ini.
Dengan
bermodalkan akal yang
Tuhan berikan, sudah sepatutnya manusia mesti melakukan apapun, mengambil peran
sekecil apapun, sebisa yang dilakukan, agar bumi dan seisinya tetap baik-baik
saja. Terlebih, sebagai pembuktian bahwa manusia memang benar-benar bisa
menjalankan amanahnya sebagai khalifatan fil ardl.
Jika tim medis
saat ini sudah menjadi panglima putih dalam memerangi COVID-19, maka sebagai salah
satu bukti tanda terima kasih kita kepada mereka yang telah menaruhkan nyawa, salah
satunya dengan #dirumahaja. Sebab untuk saat ini, opsi #dirumahaja adalah salah
satu bentuk kontribusi yang harus dilakukan agar bumi dan seisinya lekas
membaik, kembali pulih, menjadi bumi yang menyenangkan dan menenangkan.
Namun tentunya, bagi para tim
medis yang masih tetap harus berjuang hingga virus ini usai, maka do’a terbaik
dan dukungan, baik moril maupun materil harus terus kita berikan.
Terima kasih tim medis! Telah menjadi panglima putih dalam memerangi COVID-19. Kami salut dan bangga kepadamu! Semoga Tuhan memberikan kekuatan lahir batin, sehingga menjadi jalan kesembuhan bagi orang-orang yang sedang di uji.
Mari sama-sama bahu membahu menyembuhkan Indonesia, menyembuhkan dunia.
0