Riska Yuli Nurvianthi
08 Apr 2022 at 14:10


Saat ini Indonesia terlilit berbagai problema besar yang menggerogoti setiap sendi kehidupan  masyarakat. Problematika yang  melanda semua sektor dan linisasi kehidupan bermasyarakat, baik masyarakat biasa maupun para kaum elit dan pemangku kebijakan bangsa.

Sejak Indonesia dikatakan merdeka 17 Agustus 1945 atau 76 tahun yang lalu, Bangsa Indonesia belum sejatinya merdeka dari segala aspek, salah satunya terkait dengan kebijakan dan implementasinya. Beragam problem menggerogoti bangsa sejak dulu dan tidak dapat di pastikan berapa persentatif penyelesaian dan juga peningkatannya. Hal demikian bisa di presepsikan akibat penyakit kronis yang dari tahun ke tahun tidak terselesaikan secara tuntas dan bersih.

Penyakit kronis bangsa ini tidak hanya korupsi, melainkan ketidakdisiplinan, ketidakjujuran, pelanggaran norma, intoleransi, hilangnya rasa saling menghargai dan menghormati, individualisme antar kelompok, rasisme hingga memudarnya rasa nasionalisme yang seharusnya menjadi bagian penting melekat dalam raga sebagai ciri mentalitas bangsa yang merdeka bukan sebagai mentalitas bangsa yang lemah.

Indonesia detik ini tidak dapat di sembunyikan bahwa memang sedang mengalami krisis mental yang cukup parah sehingga solusi gerakan revolusi mental yang dituangkan dalam pidato Presiden pertama RI (Soekarno) sangat perlu di terapkan  agar dapat  membentuk mentalitas manusia baru yang lebih baik dan lebih tangguh dari sebelumnya, dengan membuang hal-hal negatif yang ada di dalam diri manusia Indonesia, selain itu lebih siap untuk menjadi bangsa yang maju dari berbagai sektor kehidupan.

Revolusi mental merupakan satu gerakan untuk menggembleng manusia Indonesia agar menjadi manusia baru, yang berhati putih, berkemauan baja, bersemangat elang rajawali, berjiwa api yang menyala-nyala,” kata Soekarno dalam salah satu pidatonya. Selain itu, Presiden Joko Widodo menterjemahkan revolusi mental sebagai gerakan untuk lebih memperkukuh kedaulatan, mandiri dan berkepribadian berlandaskan 5 sila pancasila

Meningkatkan daya saing dan mempererat persatuan bangsa sebab masa kini tidak dapat dipungkiri poin-poin tersebutlah yang kian hari makin meredup dan menjadi penyakit yang kronis sehingga sangat perlu disuntikkan obat penyembuh yang bersifat konstan sebab dasar fundamental untuk menjadi bangsa besar dimulai dari pembangunan karakter manusianya.

Revolusi Mental menjadi gerakan kolektif yang melibatkan seluruh anak bangsa dengan memperkuat peran semua institusi pemerintah dan pranata sosial-budaya yang ada di masyarakat dilaksanakan melalui internalisasi nilai-nilai esensial pada individu, keluarga, institusi sosial, masyarakat sampai dengan lembaga-lembaga negara.

Hasil yang ingin dicapai dari revolusi mental adalah upaya membangun budaya bangsa yang bermartabat, modern, maju, makmur, dan sejahtera berdasarkan Pancasila. Untuk mencapai hasil tersebut, telah disusun Inpres Gerakan Nasional Revolusi Mental (GNRM) dan Peta Jalan Gerakan Nasional Revolusi Mental.

Bagi pemerintah, hadirnya revolusi mental adalah bagian dari kesungguhan untuk memperbaiki standar pelayanan publik, meningkatkan kepuasan warga terhadap pelayanan publik, meningkatkan daya saing produk dan konsumsi dalam negeri, meningkatkan kerukunan warga, meningkatkan kerjasama dan partisipasi dalam pembangunan, meningkatkan kualitas hidup dan kepercayaan di masyarakat, penyederhanaan prosedur pelayanan publik, keterbukaan informasi, meningkatkan kepastian pelayanan dan efesiensi biaya pelayanan. Semua itu sudah saatnya dan sudah seharusnya terlaksana dari saat ini.

Dengan demikian Indonesia akan hidup menjadi bangsa yang bermental kuat, mengedepankan kemandirian dan pribadi masyarakat yang menerapkan 5 dasar negara yaitu pancasila dan semua sektor harus terlibat  tanpa terkecuali terutama generasi muda sebagai calon pemimpin di masa yang akan datang.

Referensi : Berbagai Sumber

0