A Sofyan N
13 Feb 2022 at 16:40


Awal tahun merupakan hari pembuka dan penyegar bagi seluruh kisah serta cerita kehidupan. Tahukah kamu, 75 tahun yang lalu di tanggal yang sama pernah terjadi peristiwa yang menambah sebuah sejarah baru bagi rakyat Indonesia. Yaitu, Pertempuran di Palembang selama Lima Hari Lima Malam.

Pertempuran Lima Hari Lima Malam yang terjadi di Palembang merupakan bentuk perlawanan Tentara Indonesia terhadap pasukan Tentara Belanda atau yang dikenal dengan nama NICA. Berlangsung selama lima hari, sejak tanggal 1 hingga 5 Januari 1947.

Konflik ini diawali oleh keinginan Belanda yang meminta Palembang untuk mengosongkan kotanya. Namun, keinginan tersebut ditolak oleh hampir seluruh rakyat Palembang. Akibat penolakan tersebut, baku tembak pun pecah pada tanggal 1 Januari 1947. Setelah lima hari berlalu, pertempuran pun berhenti.

Kedua belah pihak memutuskan untuk melakukan gencatan senjata dan diberlakukan mulai tanggal 6 Januari 1947.

Latar Belakang Pertempuran

Pasca Perang Dunia II, tentara Sekutu melakukan sebuah ekpansi hampir ke seluruh wilayah bekas jajahan Jepang yang ada di Indonesia dan salah satunya ialah Palembang. Lalu, pada 12 Oktober 1945 dipimpin oleh Letnal Jenderal Carmichael bersama dengan tentara Belanda (NICA) berhasil masuk ke wilayah kota Palembang.

Menurut catatan, semakin hari jumlah pasukan NICa semakin bertambah dan menyebar di seluruh wilayah kota Palembang. Selang beberapa waktu, sekutu pun meninggalkan Palembang pada tahun 1946 dan memberikan wewenang pada tentara Belanda untuk menduduki penuh kota Palembang.

Konflik pun dimulai, keinginan Belanda untuk mengosongkan Palembang ditolak mentah-mentah oleh rakyat Palembang. Tujuan belanda ialah menguasai wilayah Palembang yang dianggap sebagai daerah strategis dan juga memiliki sumber daya alam yang sangat melimpah.

Palembang juga memiliki potensi untuk dijadikan sebagai pusat pemerintahan, kekuatan militer dan kegiatan-kegiatan perekonomian maupun sosial politik.

Jalan Pertempuran

Konflik bermula di Palembang Ilir pada tanggal 1 Januari 1947 dan Belanda mulai menyerang markas Barisan Pemberontak Republik Indonesia (BPRI) di Jalan Tengkuruk, Kota Palembang.

Beberapa tokoh yang terlibat pada peristiwa ini ialah Kolonel Maludin Simbolon, Letkol Bambang utoyo, Mayor Rasyad Nawawi dan Kapten Alamsyah. Dikutip dari kompas.com, pada 4 Agustus 2021.

Pada hari pertama, setelah penyerangan di markas BPRI, para pejuang dan tokoh penting Palembang mulai menyerbu dan mengepung seluruh sektor kekuasaan Belanda. Pusat pertahanan Belanda berada di Benteng Kuto Besak, RS Charitsa dan Bagus Kuning (Plaju).

Rakyat Palembang diuntungkan dengan menyebarnya pada pejuang di setiap tempat pertahanan Belanda. Pertempuran hari pertama berakhir hingga pukul 5 sore.

Pada hari kedua dan ketiga, Belanda kembali melakukan penyerbuan di pusat pertahanan tentara Indonesia di sekitar area Masjid Agung Palembang. Namun, serangan Belanda kali ini berhasil digagalkan oleh Pasukan Batalyon Geni yang dibantu oleh tokoh masyarakat.

Di sisi lain kota, pasukan bantuan Belanda dari arah Talang Betutu yang berusaha masuk ke area Masjid Agung berhasil disergap oleh pejuang Palembang yang dipimpin oleh Lettu Wahid Luddien.

Pada hari keempat pertempuran, bala bantuan dari Lampung datang membantu para pejuang Palembang. Pasukan ini dipimpin oleh komando Mayor Noerdin Pandji serta bantuan dari Lahat oleh Letnal Jenderal Harun Sohar.

Tengah malam 4 Januari 1947, semua pihak mulai kehabisan amunisi dan pasokan logistik selama peperangan. Kemudian, kedua belah pihak memutuskan untuk bertemu dan berencana melakukan gencatan senjata.

Perjanjian Pasca Pertempuran

Indonesia mengirimkan Dr. Adnan Kapau Gani sebagai utusan pemerintah Indonesia untuk melakukan pertemuan serta berunding dengan pihak Belanda.

Pada pertemuan ini, disepakati pihak Indonesia oleh pasukan TRI dan pejuang lainnya akan mundur sejauh 20 km dari pusat kota Palembang dan hanya akan menyisakan ALRI. Polisi dan juga pemerintahan sipil tetap berada di Palembang.

Kemudian, pihak Belanda diminta untuk mendirikan pos sejauh 14 km dari pusat kota. Gencatan senjata ini dimulai sejak tanggal 6 Januari 1947.


Referensi : Berbagai Sumber

0