Riska Yuli Nurvianthi
10 Apr 2020 at 09:25


Sejak Corona mengubah wajah dunia, tidak ada satupun negara yang terbebas  ‘steril’ dari wabah ini. Virus yang bermula dari Wuhan, Tiongkok, pada Desember 2019 menjadi topik pembahasan yang sangat serius. Bagamana tidak, virus yang tidak terlihat, berukuran nano (sangat kecil) tapi sungguh menggenaskan. Corona kecil-kecil mematikan dalam waktu sekejap  atau monster dunia, lebih tepatnya seperti itu.

Badan dunia World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa virus corona telah menjadi pandemic global yang sangat berbahaya sehingga seluruh negara perlu cepat tanggap bertindak untuk mengamankan keselamatan warganya. Beberapa Negara pun telah melakukan tindakan super kilat dengan mengadakan karantina wilayah atau istilahnya Lockdown. Karantina wilayah adalah tidak melakukan pembatasan aktifitas dan penerapan physical distancing (jaga jarak),amun tindakan tersebut menjadi multi dimensi yang berdampak terhadap konteks sosial ekonomi masyarakat terlebih terhadap para sektor ekonomi kelas menengah kebawah.

Penyebaran corona yang menyeruak begitu cepat termasuk Negara Indonesia masuk dalam kategori darurat menyebabkan pemerintah harus menerapkan karantina parsial dibeberapa daerah yang beresiko (Zona Merah) dan Work From House (WFH) 14 hari atau biasa disebut stay dirumah saja. Secara sekilas penerapan kebijakan ini akan menjadi sangat berdampak baik karena semakin sedikit kontak fisik/keremunan yang terjadi di luar maka semakin kecil kemungkinan penyebaran moster dunia berbentuk nano ini mereplikasi diri ke tubuh orang lain. Namun disisi sektor ekonomi menjadi bahan pembincangan yang belum ada titik terangnya.

Data informasi gugus tugas memperlihatkan semakin hari Corona memasuki masa kritis karena semakin hari peningkatan kasus terjangkit semakin banyak. Meskipun penerapan WFH 14 hari seluruh masyarakat, tetap saja ada segelintir orang yang harus keluar rumah untuk berjuang mencari sesuap nasi untuk menghidupi keluarga dirumah meskipun pendapatan yang seret. Selain itu ada beberapa pekerja yang kena PHK, Restoran dan beberapa toko harus tutup, buruh harian harus memutar otak untuk tetap mendapatkan upah harian, Komunitas lokal juga ikut penerapan lokdown.

Corona dalam dimensi kemanusiaan seharusnya satu titik yang dapat dilakukan baik komunitas lokal maupun global dengan cara mempererat kolaborasi dan solidaritas sosial sebagai wujud empati dan moral antar sesama manusia. Solidaritas sosial dibangun dengan kesadaran kemanusiaan tanpa memandang perbedaan agar masa kritis karena corona ini dapat teratasi dengan baik dan segara semuanya segera membaik.

0