Andi Windra Sandi
10 Apr 2020 at 09:13
Sekarang Dunia dihadapkan oleh situasi yang sangat genting. Pada mulanya di bulan Desember 2019 lalu, telah terdiagnosis peningkatan jumlah kasus Novel Coronavirus Pneumonia (NCP) di Wuhan, Provinsi Hubei. Dengan penyebaran virus yang sangat cepat, membuat virus ini tersebar di seluruh belahan dunia, dan tercatat 938.565 kasus di 203 Negara (Laporan Kompas 2 April 2020) tak terkecuali negara kita sendiri, Indonesia. Kini virus tersebut secara resmi diberi nama Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) oleh WHO (World Health Organization).
Di negara kita sendiri, upaya strategis yang telah dilakukan Pemerintah Indonesia saat ini yaitu dengan terbentuknya Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 yang diketuai oleh Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dan juga terbitnya Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 4 Tahun, tanggal 22 Maret 2020, tentang Refocusing Kegiatan, Relokasi Anggaran serta Pengadaan Barang dan Jasa dalam rangka Percepatan Penanganan Covid-19.
Kebijakan Pemerintah di atas secara operasional sudah dalam pelaksanaan, namun peran seluruh elemen masyarakat juga tak kalah pentingnya di sini. Seperti melaksanakan karantina mandiri di rumah, menerapkan Physical Distancing atau menjaga jarak kontak fisik untuk menekan angka penyebaran Covid-19. Dengan kecanggihan teknologi, maka kita masih bisa terhubung dan mampu berkomunikasi tanpa berada dalam ruangan yang sama dengan orang lain secara fisik. Anjuran tersebut terbilang efektif hampir seluruh negara yang mengonfirmasi Covid-19 di negaranya, kini anjuran tersebut berkembang menjadi berbagai istilah yang selalu dikampanyekan di berbagai lapisan masyarakat, seperti Work From Home (WFH) atau #dirumahaja dan juga Study From Home (SFH).
Selain menjaga jarak fisik, penting juga untuk menjaga jarak dari berita-berita hoaks dan pemberitaan di media sosial yang menimbulkan kepanikan. Menjaga jarak dari berita dan informasi ini dalam bahasa terminologinya bisa disebut Media Distancing. Dengan Media Distancing tersebut, kita dianjurkan untuk lebih banyak menyebarkan berita-berita terpecaya yang bisa dikonfirmasi sumbernya serta berita yang bersifat infomatif dalam mendukung dan menerapkan gaya hidup sehat dan bersih agar terhindar dari COVID-19 ini. Selain itu, berita-berita ataupun informasi positif dapat meningkatkan semangat dan meredam kepanikan selama melaksanakan karantina mandiri.
Disinilah kerjasama seluruh masyarakat sangat dibutuhkan, dimanapun ia berada. terutama dalam menangkal segala kesenjangan informasi yang memungkinkan penyebaran sebagai langkah bagi sekelompok oknum untuk memanfaatkan situasi dan kondisi dalam mencapai tujuannya. Dalam fenomena Dunia Mengecil (Shrinking World Theory) dalam penelitian Milgram (1967) menjelaskan bahwa manusia, dimanapun ia berada, terhubung tidak lebih dari 6 derajat keterpisahan (6 degrees separation), dan diperkuat oleh Facebook Research (2016) bahwa dimanapun manusia berada akan terhubung melalui 2-4 orang/3,57 orang (three-and a half degree separation). Artinya bahwa seluruh informasi, ide dan gagasan mampu menyebar melalui rangkaian hubungan/relasi diadik (sepasang) ataupun triadik (3-aktor sebagai unit sosial) yang secara serempak dapat mengalirkan kepanikan, ketakutan, kebohongan/hoaks, ataupun sebuah harapan yang melintasi batas-batas negara, territorial geografis, kelas sosial, dan atribut-atribut sosial lainnya. Lebih bahayanya lagi jika jaringan hoaks menggunakan data yang benar dan disampaikan secara lebih meyakinkan sehingga terbentuk kebenaran palsu untuk mempersepsikan suatu realita.
Untuk itu, dalam arus informasi di media sosial juga sangat butuh perhatian lebih selain menjaga jarak secara fisik. Dengan sinergitas antara pemerintah dan masyarakat sangat diharapkan dapat berdampak bagi tujuan bersama kita yaitu melawan Covid-19 di seluruh Wilayah Negara Indonesia.
Sebagai penutup, mari kita
memanjatkan do’a, menebarkan semangat, memberi apresiasi serta penghormatan
setinggi-tingginya kepada garda terdepan terutama para Dokter dan Petugas Medis.
Hormat kita bagi Para Medis khususnya tigabelas dokter yang gugur sebagai
pahlawan Kusuma Bangsa untuk mencegah penyebaran Covid-19 serta seluruh pihak
yang telah turun tangan, langsung maupun tidak langsung, dalam upaya memutus
mata rantai penyebaran Covid-19. Tak satupun upaya kemanusiaan bagi semua pihak,
sebagai abdi negara, bangsa dan masyarakat yang disia-siakan oleh Sang Maha
Kuasa, karena Dia Maha Melihat, Mendengar dan Maha Pelindung, sekaligus Maha
Penguji kepada kita semua.
Daftar Referensi :
Stanley Milgram (1967) “Small World Experiment” diakses https://en.wikipedia.org/wiki/Small-world_experiment pada pukul 19.45 WITA, 2 April 2020 dalam terjemahan Bahasa Indonesia.
Setyvani Putri (2020) “Update Corona 2 April: 938.565 kasus di 203 Negara, 195.397 sembuh” diakses Kompas.com pada pukul 19.12 WITA, 2 April 2020
Smriti Bhagat Dkk “Three and a half Degrees of Separation” diakses https://research.fb.com/blog/2016/02/three-and-a-half-degrees-of-separation/ pada pukul 19.57 WITA, 2 April 2020
0