Ilmal Satriani
04 Apr 2020 at 11:57
Hoax mengenai corona bertebaran lebih ganas dari penyebaran virusnya. Sehingga menimbulkan kepanikan luar biasa pada masyarakat. Sosial distancing dan physical distancing bukanlah hal yang sulit dilakukan. Tetapi, bertebarannya berita hoax mengkritiskan situasi hari. Menjadi hal yang tidak bisa ditoleransi dan harus dilawan.
Coronavirus yang melanda Indonesia dan seluruh dunia semakin mencekam. Berbagai cara dilakukan untuk memutus penyebarannya. Indonesia memilih melakukan sosial distancing. Sosial distancing adalah tindakan menjauhi segala bentuk perkumpulan, jaga jarak antar manusia, dan menghindari berbagai bentuk yang melibatkan banyak orang. Kondisi saat ini mengharuskan masyarakat dituntut untuk bisa dan terbiasa berkomunikasi menggunakan teknologi. Meskipun komunikasi seperti ini telah kita reaslisasikan. Namun, dengan wabah ini, komunikasi seperti ini menjadi keharusan yang tidak boleh dilanggar. Agar rantai penyebaran wabah ini dapat diputus.
Setelah melakukan sosial distancing menjadi istilah populer, World Health Organization (WHO) mengubah isttilah tersebut. Istilah baru yang diperkenalkan WHO adalah physical distancing. Physical distancing adalah tindakan menjaga jarak fisik anatara satu orang dengan orang lainnya. Alasan digunakannya frasa physical distancing agar setiap orang bisa saling menguatkan dan terhubung meskipun secara fisik tidak berdekatan.
Cara bijak meredam penyebaran virus corona menjadi tanggung jawab semua pihak. Seluruh masyarakat dianjurkan menjaga kondisi tubuhnya agar tetap fit. Serta dihimbau untuk memberi space saat berkomunikasi. Harus ada jarak, ataus kita sebut dengan istilah physical distancing. Namun, kondisi tubuh yang fit serta jaga jarak yang dilakukan akan kalah pada kegelisahan. Kegelisahan masyarakat pada berita-berita yang muncul tanpa filter. Berita tentang telur, bawang merah, lockdown, pencurian mayat, serta cairan disinfektan yang dapat mematikan.
Berita-berita tersebut menyebar begitu cepat dari satu jempol ke jempol lainnnya. Pemaparannya juga secepat virus corona. Sehingga masyarakat mengalami kepanikan dan ketakutan. Rasa panik dan takut mengakibatkan masyarakat melakukan kesalahan-kesalahan dalam menghadapi wabah ini. Serta berakibat pada ketidakstabilan ekonomi. Seperti isu telur yang dapat menghalau corona. Berujung dengan melonjaknya harga telur di pasaran.
HOAX Membunuh Manusia!!!
Bertebarannya berita hoax yang akhir-akhir semakin populer dengan memanfaatkan wabah coronovirus meningkat. Terhitung pada 1 April 2020 jumlah berita hoax mencapai 405 kasus. Angka ini akan terus melonjak jika tidak adanya kesadaran masyarakat. Masyarakat harus paham jiak hoax dapat membunuh. Berikut dampak hoax jika terus dibiarkan;
1. Hoax dapat membunuh karakter manusia. Pada hoax terdapat manipulasi dan kecurangan yang dapat menjatuhkan manusia.
2. Berita bohong memicu kepanikan publik. Isu lockdown yang membuat harga di pasaran meningkat.
3. Hoax merupakan penipuan publik. Jika awal 2000an kita menganal Mama minta pulsa, hari ini bentuk penipuan hoax lebih terstruktur. Seperti penggunaan nama tokoh besar yang membutuhkan uang.
4. Berita bohong menjadi pengalih isu. Seperti yang masih segar isu telur yang dapat menangkal covid-19. Hal ini membuat harga telur di masyarakat mennjadi mahal.
Banyak hal yang dapat dilakukan untuk membantu merigankan wabah ini selain menjaga kesahatan serta kebersihan pribdai, keluarga dan lingkungan. Menjaga jempol untuk tidak melakukan share sebelum sharing terhadap berita yang didapatkan. Langkah ini akan sangat membantu mengurangi segala dampak berita bohong. Kegelisahan masyarkat… kita harus percaya bahwa masyarakat cerdas bermedia sosial, itu Bisa!
Seluruh lapisan masyarakat dalam menjaga jarak adalah hal yang mudah dilakukan. Seperti pengelolah Mall yang memberikan garis merah pada lantai. Rumah sakit yang melarang pembesuk masuk. Penggunaan lift yang diatur pada lantainya. Serta rumah makan yang memberi jarak pada kursi. Tetapi, menerima berita hoax bukanlah hal yang dapat ditoleransi. Hoax atau berita bohong adalah hal yang dapat membunuh. Wajarlah jika tidak dapat diterima. Oleh karena itu marilah kita bersama-sama melawan hoax, sebelum hoax membunuh kita.
9