Nurul Muthmainnah
04 Apr 2020 at 11:49
Memasuki minggu ke 6 merebaknya wabah Covid-19 di Indonesia, jumlah kasus masih semakin bertambah setiap harinya. Sampai hari ini upaya maksimal yang bisa dilakukan setiap orang yakni physical distancing, menjaga jarak dari orang lain dan tetap tinggal di rumah. Penggunaan istilah physical distancing ini sebagai bentuk interpretasi yang lebih tepat, mengingat kita hanya perlu menjaga jarak secara fisik dan masih tetap terhubung secara sosial satu sama lainnya. Kontak fisik perlu dihindari tetapi interaksi sosial masih bisa dilakukan melalui berbagai cara. Tetap tinggal di rumah tanpa bertemu kawan banyak ataupun relasi, namun komunikasi masih tetap terjalin di sosial media.
Social media menjadi salah satu opsi untuk tetap terhubung dengan siapapun darimanapun. Aktivitas berselancar di dunia maya ini sepertinya menjadi salah satu cara mengusir rasa bosan di rumah selama beberapa minggu belakangan. Tidak heran, aktivitas di dunia maya menjadi lebih ramai dibandingkan sebelumnya. Hal ini perlu pula disertai dengan kapabilitas pengguna dunia maya untuk tetap bijak dalam memilah informasi yang ada.
Indonesia merupakan salah satu negara pengguna internet terbesar di dunia. Hal ini berdasarkan data yang dihimpun Hootsuite dan We Are Social per Januari 2020 lalu, 64% dari jumlah penduduk Indonesia aktif berselancar di dunia maya. Data tersebut menandakan sekitar 174 juta warga Indonesia merupakan pengguna internet aktif. Dari sumber yang sama juga diketahui rata-rata pengguna internet ini menghabiskan waktu selama 07.59 jam atau hampir 8 jam sehari. Waktu 8 jam ini tidak sedikit jika dibandingkan dengan rata-rata waktu sadar/produktif masyarakat Indonesia (16 jam sehari). Data-data ini diambil berdasarkan hasil survei di Januari 2020 lalu. Bisa dibayangkan betapa ramainya dunia maya hari ini, dipenuhi dengan beragam informasi yang tiada henti terlebih selama himbauan #dirumahaja diberlakukan.
Informasi yang beredar di dunia maya sangat beragam. Semua orang bebas membagikan informasi apapun, tanpa batasan. Sayangnya kebebasan ini yang mengakibatkan dunia maya rentan dengan banyak informasi yang tidak jelas kebenarannya, tidak dapat dipertanggungjawabkan, serta menggiring opini negatif publik dan menyebabkan kepanikan. Jika pengguna internet tidak bijak dalam menyikapi informasi yang ada, maka bisa dipastikan rantai informasi negatif ini tidak putus dan terus menyebar semakin meluas.
Di tengah pandemi Covid-19 ini, kita dutuntut untuk lebih positif dalam bersikap. Membagikan informasi yang tepat dan benar serta memberi energi positif bagi banyak orang di dunia maya. Orang-orang yang berselancar di dunia maya belakangan ini umumnya mencari informasi terkini mengenai pandemi Covid-19 walau tidak banyak juga yang sekadar mengisi waktu kosong dan mencari informasi lain agar lebih produktif selama #dirumah aja. Sehingga wajar saja jika umumnya timeline dunia maya dipenuhi dengan informasi terkait pandemi yang tidak sedikit menghadirkan pemikiran negatif serta kepanikan dan kekhawatiran bagi banyak orang.
Salah satu contoh bentuk kepanikan yang muncul adalah adanya gangguan psikosomatik yang dialami. Psikosomatik merupakan salah satu gangguan ketika tubuh bereaksi karena adanya pengaruh dari pikiran. Reaksi tubuh ini menyebabkan adanya keluhan fisik pada penderitanya. Psikosomatik berkaitan dengan jiwa dan raga serta merupakan gangguan psikologis karena pengaruh pikiran yang tak terkontrol dengan baik sehingga berakhir cemas, stress, depresi, bahkan takut. Gangguan psikosomatik banyak terjadi selama masa pandemi Covid-19 ini. Beberapa orang merasakan gejala yang dirasa sama dengan gejala penderita Covid-19 setelah membaca berita atau tulisan mengenai gejala-gejala Covid-19 tersebut. Penderita psikosomatik akan merasakan gejala yang sama karena adanya rasa cemas pada diri sendiri, padahal sebenarnya si penderita masih baik-baik saja. Hanya saja rasa cemas yang dirasakan setelah membaca gejala Covid-19 ini menjadi sangat berlebihan dan memberikan reaksi pada tubuh hingga merasakan gejala yang serupa. Tidak sedikit yang merasakan gejala psikosomatik ini dan jika terus berlanjut hal ini justru akan menimbulkan kepanikan berlebih sehingga perlu segera diatasi.
Psikosomatik bisa dihindari dengan mengurangi konsumsi berita yang berlebihan, membatasi social media, serta tidak mudah percaya pada berita yang belum valid (hoax). Oleh karena itu, sebagai pengguna internet yang hampir tiap waktu mengakses internet, social media dan roomchat, sebaiknya lebih bijak dalam menyikapi informasi yang diterima. Kita perlu memenuhi social media dengan narasi positif dan menghindari narasi negatif atau informasi yang bersifat menimbulkan kecemasan. Selain menghindari gangguan cemas hingga psikosomatik, narasi positif justru akan menghadirkan semangat bagi pembaca dan juga menjauhkan kita dari depresi yang berujung melemahkan sistem imun kita sendiri.
Belajar dari media luar yang cenderung mengabarkan berita positif dan kesembuhan selama masa Covid-19 ini, masyarakatnya memiliki semangat dan pikiran positif tanpa kecemasan berlebih untuk melalui masa masa sulit tersebut. Hal baik ini juga bisa kita terapkan di Indonesia agar pandemi ini bisa dilalui bersama tanpa rasa cemas berlebihan. Menggunakan sosial media sebijak mungkin, membagikan informasi positif, membangun solidaritas sesama, dan saling peduli satu sama lain walau hanya melalui sosial media merupakan bentuk tindakan positif yang bisa dilakukan. Tindakan positif ini akan melahirkan energi-energi positif yang juga berefek pada kesehatan jiwa dan raga. Hal-hal positif ini akhirnya bisa berlipat ganda dan menular ke banyak orang. Pada akhirnya kita semua memiliki satu tujuan untuk melewati masa-masa sulit ini dengan baik dan seminimal mungkin korban.
Keberadaan Indonesia sebagai salah satu negara dengan pengguna internet terbesar bukanlah hal yang perlu dicemaskan. Jumlah pengguna yang cukup besar tidak akan mengkhawatirkan jika informasi yang dibagikan merupakan informasi positif. Walau tidak dapat dipungkiri mungkin akan ada saja orang-orang tidak bertanggung jawab yang memberikan informasi negatif. Hal ini tidak menutup kemungkinan jika kita, keluarga, kawan-kawan terdekat saling mengajak dan mengingatkan untuk berbagi informasi positif maka kita bisa meredam informasi negatif yang tersebar di dunia maya. Mari memperbanyak informasi-informasi baik, jika menemukan informasi negatif sebaiknya menahan diri untuk membagikan. Selama masa pandemi Covid-19 ini kita hanya butuh informasi dari pemerintah, paramedik, dan lembaga kesehatan untuk mengetahui kondisi terkini Covid-19. Selebihnya kita bisa berselancar di dunia maya dengan menjelajah informasi positif yang bisa membantu menghindari rasa bosan atau sekedar menambah wawasan dan hiburan, bisa pula melakukan komunikasi dengan kawan dekat melalui internet. Agar semua ini berlalu dengan mudah, kurangi kecemasan tanpa mengurangi kewaspadaan.11