Adelia Septianingrum Marpaung
31 Dec 2020 at 19:47OPINI – Seperti yang kita ketahui bersama bahwa isu agama merupakan isu sensitif di hampir seluruh negara di dunia terutama Indonesia. Mengulik perihal agama perlu sikap yang ekstra hati-hati. Agama memiliki peran penting dalam kehidupan bermasyarakat guna mengatur bagaimana seorang manusia mampu dan mempunyai kekuatan penuh untuk menjalani kehidupannya. Agama sebagai integrator atau menyatu padukan, baik secara individual maupun sosial, memiliki arti bahwa agama mengintegritaskan dan menyerasikan segenap aktivitas manusia, yang mana agama sendiri merupakan pegangan atau dasar hidup manusia.
Sebagai warga negara Indonesia yang lahir dan tumbuh berdampingan dengan kebhinekaan, mentoleransi perbedaan yang ada telah menjadi nilai moral yang tertanam dalam diri, begitupula seharusnya dalam kehidupan beragama. Maka dari itu setiap dari kita sangat perlu menerapkan moderasi beragama.
Menurut Komang Heriyanti, moderasi beragama ialah cara pandang kita dalam beragama secara moderat, yaitu memahami dan mengamalkan ajaran agama dengan netral dan tidak ekstrem. Hal ini merujuk pada menjalankan agama dengan sebagaimana mestinya, dengan tetap menghargai agama lainnya.
Perlunya kita mengetahui pentingnya menerapkan moderasi beragama dalam kehidupan, maka perlu pula bagi kita mengetahui bahwa moderasi beragama secara garis besar merupakan solusi dalam mencegah dan meminimalisasi terjadinya konflik agama. Di dalam moderasi beragama terpenuhi indikator-indikator untuk mewujudkan kerukunan hidup, yaitu terkuatkannya komitmen kebangsaan, menumbuhkan rasa toleransi, gerakan anti kekerasan, dan sikap akomodatif terhadap kebudayaan lokal yang masuk dalam menjalani kehidupan beragama.
Sikap moderat pada dasarnya bersifat dinamis seiring berjalannya waktu, sebab moderasi merupakan proses pergumulan terus-menerus secara konstan yang dilakukan dalam kehidupan bermasyarakat, khususnya beragama. Melihat aspek terkuatkannya komitmen kebangsaan berkaitan dengan kesetiaan pada prinsip berbangsa, yaitu penerimaan dan pengamalan butir Pancasila sebagai ideologi negara Indonesia sesuai sila ke-2 “Kemanusiaan yang adil dan beradab” dimana dalam hal ini berkaitan dengan sikap toleransi dimana kita sebagai sesama manusia harus bersifat adil meski berbeda agama, dan tetap saling memperlakukan satu sama lain dengan adab yang santun.
Kemudian dengan moderasi beragama dapat tercapai gerakan anti kekerasan sebab dalam penerapannya yang lagi-lagi berhubungan dengan toleransi, dalam konteks ini diartikan menjadi sikap terbuka, lapang dada, sukarela, dan lembut dalam menerima perbedaan agama yang ada, serta selalu berpikir positif terhadap agama manusia lainnya.
Toleransi yang terpenuhi dengan menerapkan moderasi beragama merupakan kunci. Seperti yang telah menjadi budaya di Indonesia, misal kita berada di tempat dengan mayoritas Muslim, maka kita harus menerima tradisi tersebut, begitu pula sebaliknya. Menerima dalam konteks ini artinya menghargai dan menghormati perbedaan yang sudah ada dan apa yang diyakini orang lain. Proses penerimaan ini disebut sebagai akomodatif budaya lokal.
Dengan mengetahui bahwa indikator kerukunan bangsa tercapai dalam moderasi beragama, maka otomatis kita mengetahui bahwa moderasi beragama penting untuk kita terapkan dalam kehidupan bermasyarakat sebagai makhluk sosial yang saling membutuhkan satu sama lain. (Kel 1/Nov)
Sumber :
Heriyanti, Komang. Moderasi Beragama Melalui Penerapan Teologi Kerukunan. Sekolah Tinggi Agama Hindu Negeri Mpu Kuturan Singaraja.
Nuraini, Dwike. Konstruksi Berita Moderasi Beragama Sebagai Upaya Mencegah Radikalisme : 2020. UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta.
0