Fanisah Aprillia Putri Siahaan
01 Nov 2020 at 14:21Kehadiran teknologi yang kian pesat beriringan dengan
zaman yang semakin pelik sejalan juga pada pola kehidupan manusia baik indivdu
maupun kelompok. Saat ini teknologi yang menghasilkan berbagai macam platfrom seperti
media sosial, menjadi jalan alternatif bagi sebagian besar orang dalam
berkomunikasi karena sifatnya yang efesien.
Seperti yang dikemukakan oleh (Kotler dan
Keller 2009) bahwa media
sosial adalah media yang digunakan oleh konsumen untuk berbagi teks, gambar,
suara, dan video informasi baik dengan orang lain maupun perusahaan dan viceirn versa. Dengan
kehadiran media sosial mendatangkan perubahan yang sangat signifikan, mampuh
mengantikan peran yang dulunya untuk berkabar kita harus dengan surat menyurat
dan untuk berbicara harus dengan tatap muka bila tidak memungkinkan cukup
dengan media telephone engker, namun sekarang cukup dengan mengunakan fitur
aplikasi yang di unduh di perangkat elektronik seperti smartphone semua yang
seharusnya membutuhkan effort lebih, kini cukup dengan swipe dan touch, sangat
instan bukan?
Namun
yang sangat di sayangkan dengan kemajuan media massa di era saat ini kian
bermunculan penyebaran ujaran kebencian yang berawal dari prasangka hingga
menghasilkan narasi yang mengandung unsur hoax dan propaganda. Informasi hoax adalah sebuah narasi/berita palsu yang
di lebih atau di kurangi dengan sengaja di buat tujuan agar pembaca/konsumen percaya. Hampir
sama dengan propaganda yaitu “Usaha yg disengaja oleh beberapa
individu atau kelompok melalui pemakaian instrumen komunikasi dengan maksud
bahwa pada situasi tertentu reaksi dari mereka yg dipengaruhi adalah seperti
apa yg diinginkan oleh sang propagandis” yang di kemukaan
oleh (Terrence
qualter).
Prasangka yang muncul juga berawal dari ketidak sukaan pada satu hal
yang mendorong sesorang untuk ber aksi tanpa pertimbangan panjang, karena hal
yang mereka rasa itu adalah sebuah ancaman dan bisa juga hal itu sejalan dengan
pandangan mereka, itu ada pada salah satu bagian dari otak manusia reptilia brain cara kerjanya fight
or flight. penting nya keseimbangan dengan berpikir logis dan menganalisa
terlebih dahulu yaitu fungsi otak neocortex.
Berkaitan dengan penyebaran hoax membuat seseorang bertindak atau bisa di sebut
dengan haters siber dengan cara flaming yaitu lebih menekankan pada
ekspresi emosi yang akan memancing para pembaca merasakan emosional negatif, terlebih
para pembuat ujaran kebencian di media massa tidak akan berfokus pada perasaan sesorang
dalam berkomunikasi di dunia nyata dan mereka akan dengan sengaja framing sebuah berita dengan
melebih-lebih kan ataupun menghilangkan bagian fakta yang terjadi.
Namun mengapa orang lebih
cendrung percaya dengan hoax? karena
narasi atau informasi yang di dapatkan sesuai dengan pandangan yang ia miliki,
berpengaruh kepada sesorang dalam
menerima dan bertindak. Dengan itu prasangka muncul dari cara kita merespon
terhadap suatu hal dengan mengabungkan subyektif dengan obyektif pada dasarnya
kedua hal itu berbeda. Dominan manusia menerima sebuah berita dengan mengunakan
emosional (perasaan, identitas,
kehormatan) ketimbang rasional (
kebenaran dan keadilan). Menurut Ahmadi (2009; 194-196) ada beberapa faktor
yang menyebabkan timbulnya prasangka:
1. Orang prasangka dalam rangka mencari
kambing hitam dari kesalahan ataupun kegagalan
dirinya dan menjadikan orang lain sebagai kambing hitamnya
2. Orang berprasangka karena dia sudah
dipersiapkan di lingkungan yang berprasangka.
3. Prasangka timbul karena adanya
perbedaan yang meliputi perbedaan (fisiki, bilogis, ras, lingkungan, kekayaan
atau status sosial dan juga kepercayaan)
4. Prasangka timbul karena kesan yang tidak
menyenangkan pada suatu hal.
5. Prasangka timbul kerena adanya pandangan
yang sudah menajdi kebiasaan dalam lingkungan tertentu.
Maka
dari itu narasi yang mengandug hoax dan
propaganda yang ada di media sosial bermula dari prasangka dan menjadi ujaran kebencian. Ada beberapa kasus yang sempat menjadi viral
di media sosial salah satunya platfrom instagram berupa video yang dimana pada
saat itu sedang berlangsungnya demo menolak omnibus
law UU Cipta Kerja di DPRD Sumut, Kamis (8/10), yang berujung ricuh karena
polisi menembakan gas air mata ke arah massa
“Polisi memastikan
tak ada penjarahan di Plaza Medan Fair saat kericuhan terjadi. Polisi
mengatakan kabar adanya penjarahan di salah satu ritel mal tersebut tidak benar
alias hoax. “ Nggak ada penjarahan. Hoax , “kata Kabid Humas Polda Sumut
Kombes Tatan Dirsan Atmaja saat dimintai
konfirmasi, Jumat (9/10/2020). Dia mengatakan memang ada massa yang mencoba masuk
ke plaza Medan Fair di Jalan Gatot Subroto, Medan, saat demo ricuh terjadi,
Kamis (8/10). Namun polisi menghalau massa sehingga tak terjadi keributan ataupun
penjarahan di mal tersebut”. Detiknews
1. Cek sumbernya apakah
ada sumber yang dapat dipertanggug jawabkan? Jika tidak ada sumber yang jelas jangan sebar! Jika web
atau media masa, cek kredibilitas medianya. Bukan web atau blog abal-abal.
2. Cek tanggal
pembuatannya. Seringkali berita yang sudah tidak relevan disebar ulang padahal
sudah beda konteksnya. Jika tidak ada keterangan waktu, jangan sebar!
3. Cek
kredibilitas penulis, narasumber, referensi datanya.
4. Cek
berita/ informasi pembanding
Kta
juga perlu tahu perbedaan dalam setiap berita yang mengandung unsur ujaran
kebencian seperti hoax informasi yang
kebenarannya dipelintir, propaganda informasi yang ditunjukan untuk menggiring
opini dan berita palsu ialah yang jelas-jelas tidak ada beritanya dan tidak
jelas sumber informasinya. Bila di lihat sekilas memang terlihat hampir sama
tapi tetap narasi-narasi yang mengandung ujaran kebencian juga memiliki
perbedaan, kembali kepada diri kita masing-masing bagaimana dalam menyikapi
sebuah hal yang kita dapatkan. Dengan perkembangan media sosial memberikan
dampak perubahan yang besar pada pola komunikasi baik sesama individu maupun
kelompok, yang seharusnya menjadi ruang untuk menyatukan perbedaan akan tetapi
justru meningkatnya prasangka yang bermuara kepada narasi yang mengandung
ujaran kebencian. Denga itu kita diminta untuk meningkatkan literasi sehingga
dapat menilai mana berita ataupun narasi yang baik dan tidak.
0