A Sofyan N
08 Sep 2020 at 19:28
Dalam Adat Bugis di Sulawesi Selatan terkenal akan Budaya Siri’ yang diartikan sebagai nilai pada seseorang. Siri’ berarti menjaga kehormatan diri atau martabat dengan menjaga rasa malu, kemudian mengaplikasikannya sebagai dasar pendorong untuk berbuat baik atau tidak melanggar norma dan aturan umum yang diberlakukan di lingkungan masyarakat.
Masyarakat di Sulawesi Selatan biasa membawa budaya ini ke dalam kehidupan sehari-hari mereka. Mengkonversikannya ke dalam dua bentuk, Siri’ sebagai kehormatan pribadi dan Siri’ sebagai kehormatan masyarakat setempat. Keduanya sama-sama memberlakukan konsep kerja keras untuk menjaga harkat martabat sebagai suku Bugis di mata masyarakat dari suku lain serta memperkuat integritas individual dan komunitas.
Siri’ dalam Komunitas Masyarakat
Seringkali, budaya Siri’ ini membuat orang Bugis rela mengorbankan nyawanya untuk mempertahankan kehormatannya di depan masyarakat. Hal ini serupa dengan budaya Harakiri yang dilakukan oleh orang Jepang, sebagai bentuk penyesalan karena malu akibat tidak mampu memenuhi peraturan dan hukum yang ada di lingkungan keluarga ataupun di lingkungan masyarakat luas.
Dalam banyak kasus Siri’ sering dihubungkan dengan tindak kekerasan atau bahkan anarki yang sampai menghilangkan nyawa seseorang. Namun, sebenarnya filosofi Siri’ pada suku Bugis tidaklah sesederhana itu. Siri’ yang ditegakkan oleh masyarakat Bugis ialah suatu keadaan dimana jiwa dan raga menjadi satu untuk mencari cara bagaimana menegakkan dan menjaga Siri’ tetap berlaku di kehidupan bermasyarakat.
Dalam praktiknya, budaya Siri’ dapat diterapkan di berbagai situasi dan kondisi. Tidak terkecuali dalam menciptakan lingkungan kemasyarakatan yang harmonis tertata sesuai dengan norma serta aturan yang ada. Setiap orang yang memiliki Siri’ pasti memiliki kesadaran diri untuk berbuat sesuai dengan aturan yang telah dibuat.
Sebaliknya, jika masyarakat tidak patuh akan nilai Siri’ maka akan menyebabkan kekacauan. Oleh sebab itu, peran utama Siri’ di dalam masyarakat ialah untuk menjaga seluruh anggota komunitas sehingga tercipta kehidupan yang harmonis serta mencapai suatu titik yang mampu membawa masyarakat ke dalam lingkungan yang memungkinkan untuk hidup lebih aman.
Lebih lanjut lagi, jika semua anggota masyarakat mengapresiasikan Siri’ sebagai sumber utama dalam menjaga serta mengatur tindakan yang baik dan buruk, maka seluruh komunitas akan menikmati hasilnya dan hidup dalam suatu situasi yang damai. Berdasarkan konsep ini, sangatlah jelas bahwa inti dari nilai budaya Bugis sejalan dengan nilai keagamaan, yaitu menciptakan dan membawa kebaikan bagi seluruh makhluk hidup yang ada.
Siri’ sebagai Sistem Nilai dalam Masyarakat
Siri’ bagi masyarakat Bugis adalah dirinya sendiri, adalah jiwa dan raga manusia itu sendiri, sesuatu yang menjadi dasar dalam tatanan kehidupan masyarakat. Pola kehidupan yang diterapkan oleh masyarakat Bugis dalam realitas duniawi, selalu menampakkan perwujudan dari unsur segala budaya yang mereka miliki. Termasuk penerapan budaya Siri’ dan nilai-nilai yang diperoleh masyarakat di segala elemen kehidupan bermasyarakat.
Nilai merupakan suatu tambahan dalam tatanan sosial masyarakat. Nilai dapat menjadikan sebuah aturan sosial berjalan dengan baik, namun nilai juga dapat menghalangai perubahan yang dapat memengaruhi suatu budaya dalam kelompok. Secara garis besar, nilai bukanlah sifat individual yang sederhana, namun merupakan suatu penerimaan masyarakat sosial mengenai hal baik dan buruk.
Salah satu yang menjadi dasar kuat pada Siri’ ialah penanaman nilainya. Nilai tersebut menjadi konsep dasar yang baik pada tingkatan individu maupun pada tingkat kelompok. Pada tingkat individu, nilai yang ada diartikan sebagai kebiasaan dan aturan-aturan untuk mencapai sebuah tatanan kecil yang dapat menghidupkan kepercayaan moral dan tercapainya suatu tindakan secara rasional. Lalu, pada tingkat kelompok, merupakan keadaan dimana seorang individu dapat menjadi perekat di kehidupan sosial dalam kelompok.
Sebagai sebuah tatanan di kebudayaan masyarakat Bugis, Siri’ menjelma menjadi sebuah alat kontrol bagi masyarakat dalam menjalani kehidupannya. Masyarakat Bugis yang telah menjadikan Siri’ sebagai alat kontrol dalam berperilaku, senantiasa berpikir, bahwa jika dirinya memiliki Siri’, maka orang lain pun pasti memilikinya. Hal inilah yang menjadi penggerak dasar bagi individu untuk berperilaku, begitu juga jika ia tetap membawa budaya ini ke dalam kelompok. Maka nilai kebajikan yang ingin dicapai, akan dapat dengan mudah terlaksana oleh komunitas masyarakat.
Resolusi Siri’ dalam Konteks Perdamaian
Perdamaian seringkali diartikan secara sempit, bahwa peperangan tidak terjadi. Konsep budaya mengenai damai pun memiliki beragam istilah. Perdamaian yang merupakan aplikator dalam menciptakan tatanan yang bebas dari kekerasan terhadap makhluk hidup dan menciptakan kebebasan terhadap akses individu dalam mencapai eksistensinya sebagai nilai dalam kehidupan.
Damai tidak hanya sebatas hilangnya peperangan di muka bumi, namun juga mencakup pemahaman positif mengenai kebebasan dan harmoni secara menyeluruh. Bagi orang Bugis, Siri’ diartikan sebagai sikap idividu untuk menjaga dan mengontrol kepribadiannya dalam menjaga harkat martabat. Dalam budaya lain pun dikenal dengan nama yang berbeda, namun secara garis besar keseluruhannya mengajarkan satu hal yang sama, yaitu menegakkan kebajikan di kehidupan.
Siri’ menganggap, bahwa setiap manusia harus dapat saling menghargai serta menghormati. Sistem nilai yang dibentuk adalah bagaimana seorang individu dengan Siri’ di dalam dirinya dengan dukungan individu lain dalam membenarkan penegakkan sikap Siri´ yang diberlakukan di masyarakat. Nilai inilah yang menjadi alasan rasional dalam bertindak agar seseorang tidak mengganggu dan melanggar norma serta hak individu lain atau dengan kata lain bersikap saling menghargai.
Peran utama siri’ dalam masyarakat adalah untuk menjaga seluruh anggota masyarakat sehingga mereka dapat hidup dalam keharmonisan. Sebagai sebuah nilai yang paling mendasar dalam kehidupan masyarakat Bugis, Siri’ menjadi unsur yang terpenting dalam diri mereka. Siri’ dianggap sebagai jiwa masyarakat Bugis yang menghidupkan dan memanusiakan. Jika dilihat dari sifatnya, Siri’ merupakan nilai utama yang mendasari nilai-nilai utama lainnya dalam kebudayaan Bugis.
Sebagai
nilai dasar dalam suatu budaya, Siri’ di kehidupan masyarakat Bugis dapat dijadikan
sebagai sebuah model untuk membangun dan memperkuat nilai kebangsaan di negeri
ini, tentu saja berbasis pada nilai-nilai kearifan lokal suku dan budaya di
Indonesia.
Sumber :
Badewi, Muhammad Hadis. 2019. Nilai Siri’ dan Pesse dalam Kebudayaan Bugis-Makassar, dan Relevansinya terhadap Penguatan Nilai Kebangsaan. Jurnal Sosiologi Walisongo. Vol 3, No 1 (79-96).
KOMPASIANA, (2019, 9 April). Siri’ dalam Kehidupan Masyarakat Bugis. Diakses pada 1 Agustus 2020, dari https://kompasiana.com/amp/muing/5cacb55a95760e5e3a2e0362/siri-dalam-kehidupan- masyarakat -bugis
SAHABAT KELUARGA, (2018, 26 Maret). Mengenai Konsep Siri’ dalam Pola Asuh Budaya Bugis. Diakses pada 1 Agustus 2020, dari https://sahabatkeluarga.kemdikbud.go.id
0