Fiskal Purbawan
01 Sep 2020 at 15:26


Di masa pandemi seperti saat ini, pembelajaran daring mulai menjadi opsi utama. Selain dapat membantu pencegahan penyebaran virus corona, pembelajaran daring dapat memberikan waktu luang kepada anak agar waktu dalam satu harinya tidak digunakan hanya untuk belajar saja.

Salah satu cara atau channel yang digunakan dalam pembuatan pembelajaran daring adalah dalam bentuk video. Media ini selain membutuhkan penyimpanan yang besar, juga memerlukan bandwidth atau gampangnya koneksi yang cepat.

Namun, menurut Irfan Amalee, pemerhati pendidikan dan perdamaian ada tiga kesalahpahaman umum yang sering terjadi dalam pembuatan video pembelajaran. Apa sajakah itu?

Memindahkan Semua Materi Pembelajaran ke Video

Media pembelajaran video tentu sangat berbeda dengan buku. Video menurut Irfan Amalee memiliki keterbatasan atensi. Makanya ketika seorang pengajar membuat video pembelajaran, ia meminta agar yang disampaikan dalam video hanya hal-hal penting saja. Tidak semua materi dalam buku dijejalkan dalam satu video.

Seolah-olah Merekam Proses Pembelajaran di Kelas

Saat kondisi sebelum pandemi, biasanya seorang pengajar akan memberikan pembelajaran di kelas salah satunya menggunakan metode ceramah. Dimana ada audiens atau pendengar dan presenter atau penyaji materi. Kesalahan umum yang kedua ini adalah ‘memindahkan’ cara ini ke dalam bentuk video. 

Padahal dalam bentuk video ini, hanya terjadi interaksi satu arah antara guru dengan murid. Konsep video yang dimaksud disini tentu berbeda dengan live meeting seperti menggunakan aplikasi Zoom yang mana guru dan murid bisa saling berinteraksi.

Dalam hal ini, Irfan kemudian berpendapat bahwa dalam video pembelajaran ini pengajar harus memberikan pertanyaan yang tajam, memberikan kisah yang menarik sehingga mampu memberikan atensi pada peserta didik. Selain itu, ia juga memberikan tips bahwa video pembelajaran yang dibuat harus mengandung human interest

Co-Founder Peace Generation ini kemudian memberikan tips agar dalam membuat video pembelajaran ini digunakan banyak ilustrasi atau ornamen desain grafis. Hal ini membuat video pembelajaran akan semakin menarik untuk dilihat. “Penggunaan ornamen grafis ini jarang atau bahkan tidak bisa dilakukan di pembelajaran biasa seperti di kelas” tandas irfan.

Durasi

Banyak yang beranggapan bahwa pembelajaran satu jam di kelas, berarti dalam video pembelajaran itu juga harus berdurasi satu jam. Padahal tidak harus begitu. Durasi atensi peserta didik dalam melihat video menurut Irfan Amalee sesuai dengan usianya. Misal usianya 12 tahun, kemungkinan anak memiliki waktu atensi sebanyak 12 menit. Menurutnya juga menit-menit awal video menjadi penentu apakah sebuah video pembelajaran mampu mempertahankan atensi peserta didik dalam memahami isi video.

Ketiga hal ini Irfan sampaikan dalam video Youtube berjudul 3 Kesalahan Membuat Video Pembelajaran dari Rumah – Belajar Cara Belajar Eps 2. Video ini dipublikasikan oleh Peace Generation Indonesia pada Selasa, (04/08/20).

0