Basuki Setia Nugroho
17 Aug 2020 at 15:05Hari kemerdekaan Indonesia tentu
tidak akan lepas dari proses sejarahnya yang penting. Berbagai peristiwa yang
yang melatar belakangi adanya kemerdekaan. Indonesia yang pernah dijajah oleh
negara asing lebih dari 3,5 abad menurut catatan sejarah Indonesia menjadi
salah satu bahan ilmu pengetahuan dengan banyak nilai positif yang bisa
dipetik. Nilai-nilai kehidupan yang perlu diteladani, sikap patriotism, cita
tanah air, dan rela bekorban demi keutuhan NKRI. Meskipun cukup pahit untuk
dikenang, sejarah tetap bisa memberikan pembelajaran bagi kita semua saat ini.
Kita mengetahui, proses menjadi
negara merdeka tidak semudah yang kita bayangkan. Tokoh-tokoh proklamator dan
pahlawan kita harus berjuang melawan penjajah, menumpahkan darah, melakukan
berbagai usaha yang tak terbayangkan oleh kita demi kemerdekaan Indonesia.
Semua elemen masyarakat dari Sabang hingga Merauke bersama berjuang untuk
kemerdekaan Indonesia karena memiliki kesamaan nasib, sama-sama dijajah dan
ingin merdeka dari penjajah.
Beberapa peristiwa penting yang melatar belakangi kemerdekaan Indonesia :
Kebangkitan Nasional
Para pemuda Indonesia merupakan motor gerakan kemerdekaan dan perjuangan pembebasan dari penjajah. Terbentuknya organisasi kepemudaan Boedi Oetomo pada 20 Mei 1908 oleh Dr. Soetomo mejadi cikal bakal organisasi kepemudaan yang bersifat sosial, ekonomi dan budaya yang juga menjadi pelopor gerakan nasional. Pergerakan nasional yang lebih dikenal sebagai kebangkitan nasional adalah semangat persatuan untuk lepas dari penjajah. Semangat nasionalisme yang awalnya bergelora di kalangan pemuda mulai menular ke kelangan orang tua dari berbagai golongan sosial. Terkhusus pada kala itu, semangat nasionalisme digelorakan dikalangan priyayi yang berpendidikan, kaum ningrat, dan kaum intelegendia professional, seperti dokter, dan pakar hukum, serta kaum ulama guna mengumpulkan lebih banyak orang untuk berkontribusi dalam gerakan nasional.
Sumpah
Pemuda
Lahirnya
organisasi kepemudaan Boedi Oetomo kemudian menstimulasi lahirnya
organisasi-organisasi kepemudaan lainnya, seperti Perhimpunan Pelajar-Pelajar
Indonesia, Jong Java, Jong Sumatranen Bond, Jon Bataks Bond, Jong Islamieten
Bond, Pemuda Kaum Betawi, Rukun dan lain sebagainya untuk ikut berjuang memperjuangkan
kemerdekaan Indonesia.
Kemudian
dilakukannya kongres pemuda I pada 30 April-2 Mei 1926 di Jakarta yang
bertujuan merumuskan cita-cita Indonesia. Berselang dua tahun berikutnya dilaksanakan
Kongres Pemuda II pada 26-28 Oktober 1928 yang disini juga dihadiri oleh
perwakilan dari pemuda peranakan Tionghoa di Indonesia, seperti Oey Kay Siang,
Joh Lauw Tjoan Hol, Tjio Djien Kwie. Setelah melalui proses Panjang selama dua
hari, maka pada 28 Oktober 1928, para peserta Kongres Pemuda II bersepakat
merumuskan tiga sumpah yang kemudian disebut sebagai Sumpah Pemuda. Adapun isi
Sumpah Pemuda sebagai berikut :
Pertama, Kami
putra dan putri Indonesia, mengaku bertumpah darah yang satu, tanah air
Indonesia.
Kedua, Kami
Putra dan putri Indonesia, mengaku berbangsa yang satu, bangsa Indonesia.
Ketiga, Kami
putra dan putri Indonesia, menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia.
Pembacaan Sumpah
Pemuda ini dilakukan di rumah pondok milik keturunan Tionghoa bernama Sie Kok
Liong yang dihadiri oleh kaum muda lintas suku, agama, dan daerah.
BPUPKI
dan Piagam Jakarta
Badan Penyelidik
Usaha-Usaha Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) atau Dokuritsu Junbi Casakai
yang dibentuk pada 29 April 1945 merupakan wadah para tokoh pergerakan nasional
dari berbagai agama dan golongan yang mereka semua bertugas untuk Menyusun
persiapan kemerdekaan Indonesia. Walaupun wadah tersebut dibentuk oleh Jepang
sebagai upaya untuk menghasut Indonesia agar mau membantu Jepang melawan sekutu
tapi kebanyakan anggotanya merupakan tokoh-tokoh nasional Indonesia, seperti
Ir. Soekarno, DRs. Moh. Hatta, KRT Radjiman Wedyodiningrat, R.P. Soeroso,
Ichibangse Yoshio, Mr. Muhammad Yamin, Prof. Dr. Mr. Soepomo, dan KH. Wachid
Hasyim.
BPUPKI kemudia
secara resmi berdiri pada tanggal 28 Mei 1945, di Gedung Cuo Sangi In. BPUPKI
kemudian melakukan siding pertama pada 29 Mei 1945-1 Juni 1945 guna Menyusun
undang-undang dasar. Untuk mendapatkan rumusan dasar negara tersebut kemudian
ada tiga tokoh pergerakan yang menyampaikan gagasan mereka berkaitan dasar
negara, yakni
1.
Sidang 29 Mei 1945 ; Moh. Yamin menyampaikan 5
azas dasar kebangsaan Republik Indonesia, yaitu : Peri kebangsaan, Peri
kemanusiaan, Peri ketuhanan, Peri kerakyatan, Peri kesejahteraan.
2.
Sidang 31 Mei 1945; Dr.Soepomo mengemukakan lima
prinsip dasar negara yang dinamakan Dasar Negera Indonesia Merdeka, yaitu :
Persatuan, Kekeluargaan, Mufakat dan Demokrasi, Musyawarah, dan Keadilan
Sosial.
3.
Siding 1 Juni 1945; Ir. Soekarno mengemukakan
lima dasar negara Indonesia yang diberi nama Pancasila, yaitu : Kebangsaan
Indonesia, Internasional/Peri Kemanusiaan, Mufakat/Demokrasi, Kesejahteraan
sosial, Ketuhanan Yang Maha Esa. Kemudian pada hari ini juga, pada tanggal 1
Juni 1945 diperingati sebagai Hari Lahir Pancasila.
Konsep Ir.
Soekarno dalam pidato siding BPUPKI tentang Pancasila yang kemudian disebut
sebagai philosofische Gronslag (dasar, filsafat, atau jiwa) menjelaskan
konsepnya berisikan tentang kebangsaan. Dirinya menegaskan setiap masyarakat
Indonesia harus memiliki rasa satu tanah air dan bangsa yang satu, yakni
Indonesia. tentang sila kedua, Ia menekankan bahwa Indonesia merupakan bagian
dari komponen kemanusiaan dunia. Ketiga, mufakat/demokrasi adalah bagian dari
kumpulan ide-ide rakyat yang di sampaikan kepada wakil rakyatnya untuk dikompromikan
demi kemajuan bangsa. Keempat, kesahteraan sosial ini berprinsip kepada seluruh
usaha Indonesia dalam memajukan bangsanya untuk kesejahteraan seluruh
rakyatnya. Kelima, Indonesia mengakui seluruh agama dan setiap warganya boleh
menganut agama apapun dan menjunjung nilai toleransi dalam beribadah dan saling
menghargai antar pemeluk agama lain. Pidato Ir. Soekarno tersebut sekaligus
mengakhiri sidang. Sebelum memasuki masa istirahat BPUPKI kemudian dibentulah
panitia Sembilan yang tugasnya menampung semua konsep dasar negara Indonesia
dari tokoh-tokoh pergerakan.
Pada tanggal 22
Juni 1945, Ir Soekarno melaporkan hasil kerja Panitia Sembilan yang dikenal
sebagai Piagam Jakarta atau Jakarta Charter. Piagam Jakarta dasar negara yang berisi
berikut :
1.
Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat
Islam bagi para pemeluknya.
2.
Kemanusiaan yang adil dan beradab
3.
Persatuan Indonesia
4.
Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebjaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan
5.
Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Dasar negara yang disampaikan tersebut kemudian masih mendapat perubahan pada 18 Agustus 1945 karena pada sila pertama “Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi para pemeluknya” kurang melambangkan kemajemukan Indonesia yang mana memiliki banyak agama lainnya, sehingga pada sila tersebut kemudian diganti menjadi “Ketuhanan Yang Maha Esa” yang bisa mewakili setiap agama dan kepercayaan yang ada di Indonesia.
Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI)
Pada tanggal 7 Agustus 1945, BPUPKI dibubarkan karena dianggap sudah menyelesaikan tugasnya dengan baik, yakni menetapkan dasar negara dan Menyusun undang-undang dasar untuk Indonesia. kemudian Lembaga ini diganti dengan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) yang tugasnya meresmikan pembukaan dan batang tubuh undang-undang dasar 1945. Tugas lainnya, PPKI melanjutkan tugas BPUPKI, mempersiapkan pemindahan kekuasaan dari pihak pemerintah Jepang kepada Indonesia, dan mempersiapkan segala sesuatu yang menyangkut masalah ketatanegaraan bagi negara Indonesia.
Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
14 Agustus 1945
secara resmi Jepang menyerah kepada sekutu setelah Hiroshima dan Nagasaki dibom
atom oleh sekutu. Kemudian berita menyerahnya Jepang atas sekutu terdengar oleh
kalangan pemuda Indonesia yang kemudian mendesak golongan tua untuk segera
memproklamasikan kemerdekaan dimana Ir. Soekarno sebagai proklamatornya. Namun,
golongan tua tidak ingin terburu-buru karena tidak ingin ada pertumpahan darah
saat proklamasi kemerdekaan. Lalu, golongan tua melakukan rapat konsultasi
dengan PPKI, akan tetapi golongan muda tidak menyetujuinya karena PPKI
merupakan bentukan Jepan, mereka ingin merdeka atas usaha bangsa sendiri bukan
pemberian Jepang.
Pada tanggal 16
Agustus 1945 malam hari terjadilah penculikan Soekarno dan Hatta oleh tokoh
pemuda ke Rengasdengklok. Mereka berdalih untuk melindungi mereka dari
pemberontak PETA dan Heiho, meskipun hal itu tidak pernah terjadi. Insiden
penculikan itu bertujuan untuk menekan Ir. Soekarno dan Moh. Hatta untuk segera
memprokalimirkan kemerdekaan Indonesia di luar wewenang penjajah Jepang. Malam
itu juga, Ir. Soekarno dan Moh. Hatta mengunjungi rumah Admiral Tadashi Maeda
di Jl. Imam Bonjol. Disana kemudian disusun teks proklamasi yang ditanda
tangani oleh Ir. Soekarno dan Moh. Hatta dan telah dibacakan pada keesokan
harinya di rumah Ir. Soekarno yang menandakan bahwa Indonesia pada 17 Agustus
1945 merdeka.
0