Novy Listiana
31 Jul 2020 at 20:01Media Sosial kini memang tidak hanya menjadi sarana untuk perkenalan diri, ataupun menjaring pertemanan. Media sosial telah merambah bahkan menjadi sarana untuk menyebarkan ilmu agama melalui digital karena cakupan masanya yang luas. Media sosial dianggap ampuh dan efektif untuk menjadi sarana dakwah. Semakin lama pun Pendakwah di Media Sosial terbilang semakin banyak, dari golongan usia tua maupun golongan usia muda atau kerap disebut anak-anak zaman milenial. Menjadi Pendakwah di Media Sosial sebenarnya sah-sah saja agar menambah khazanah wawasan dan keilmuan tentang aktivis dakwah dan efektivitas komunikasi dakwah dalam mengimbangi perkembangan zaman dan tuntutan kebutuhan masyarakat, namun dengan catatan tetap memperhatikan beberapa hal. Apa sajakah itu? Berikut hal-hal yang harus diperhatikan Pendakwah Digital yang kami rangkum :
Pertama, Pendakwah Harus Selektif.
Pendakwah sebelum berdakwah mesti memilah betul, apakah konten yang hendak dibawakannya tepat untuk disampaikan pada disaat itu. Pendakwah harus mampu berfikir secara ilmiah dan juga situasi politik yang ada di lapangan. Jangan sampai Pendakwah membawakan dakwah yang isinya seakan berpihak pada suatu isu di lapangan sehingga menimbulkan ketidakpercayaan di masyarakat karena dianggap Pendakwah tersebut tidak netral alias ada maksud lain dalam dakwahnya tersebut.
Dalam hal ini selain menguasai ilmu agama, Pendakwah sebaiknya membaca berbagai penelitian, buku sejarah tentang Indonesia dan dunia. Pendakwah dengan rasa toleransinya wajib memahami kemajemukan NKRI yang di dalamnya hidup 6 agama, 187 kelompok penghayat kepercayaan, 1331 suku, 652 bahasa daerah, 431.465 organisasi kemasyarakatan. Karena dakwah yang disampaikan oleh Pendakwah sebenarnya juga merupakan alat pertahanan sebuah bangsa di antaranya kerukunan dan kekompakan masyarakat. Sehingga seminimal mungkin, isi dakwah dari seorang Pendakwah hendaknya bersifat memberikan wawasan dan menjawab dengan solusi.
Kedua, Membaca Konten Dari Banyak Sumber.
Jika kamu adalah Pendakwah Digital pemula, maka hindari mengkonsumsi konten yang hanya diterbitkan oleh satu golongan saja dalam mencari referensi, karena akan menimbulkan subjektivitas terhadap konten yang lain akibat adanya rasa membandingkan. Jika ragu, gunakanlah referensi lain dengan situs dan jejak rekam Pendakwah yang memang terpercaya. Setiap media sosial pasti memiliki fasilitas untuk menyaring informasi, termasuk menyaring kata kunci. Kita bisa menyaringnya dengan cara misalnya membuat list akun yang layak dibaca informasinya tapi batasi jumlahnya, missal paling banyak 100 akun, agar informasi yang mengalir ke otak kita bersih dari informasi yang malah membuat kita simpang siur.
Ketiga, Memiliki Akun Resmi.
Sebagai Pendakwah, milikilah akun resmi yang mengunggah konten secara utuh. Sehingga jika ada potongan video yang dirasa kurang pas, masyarakat bisa merujuk ke akun resmi tersebut. Jadi, pisahkan antara akun pribadi dan akun dakwahmu.
Keempat, Mengutamakan Kepentingan Nasional di Atas Kepentingan Golongan Apalagi Pribadi.
Pendakwah harus dapat memaknai tujuan dakwah adalah untuk berbagi ilmu namun tetap menjunjung tinggi kerukunan bersama. Sebagaimana istilahnya, dakwah artinya menyeru atau mengajak orang lain untuk berbuat kebaikan artinya tidak ada unsur pemaksaan apalagi menggiring pada suatu perpecahan.
Kelima, Kerja Tim.
Dakwah di era digital itu kerja tim. Pendakwah Digital di belakang mereka harus ada litbang, tim teknis, dan lain-lain. Produksi konten berdasarkan riset, dan sebarkan sesuai target. Resapi respons masyarakat di kolom komentar medsos, pemberitaan media, masukan para pakar, dll. Tim ini juga harus mampu membedakan hater, lover dan yang objektif. Medsos itu intinya; produksi, distribusi dan interaksi. Konten Dakwah akan abadi di internet, karenanya produksi harus benar-benar serius, sebagaimana media mainstream memproduksi konten. Waspadai juga akun palsu yang dapat mengadudomba antarumat beragama di internet.
Keenam, Lakukan Sesuai Kompetensi.
Pendakwah harus jujur menyampaikan latar belakang pendidikannya, disiplin ilmu yang dikuasai. Tidak memposting dakwah yang isinya sebenarnya tidak dikuasainya. Tidak memaksakan menjawab pertanyaan yang belum diketahui maupun dikuasai. Karena dapat menimbulkan potensi menyimpang dari ajaran agama yang sebenarnya. Masyarakat juga harus diberikan cara belajar agama, direkomendasikan buku, maupun kitab yang perlu dibaca.
Ketujuh, Kelola Data.
Dakwah yang bentuknya Video sebaiknya disimpan di website yang dibuat tersendiri, karena media sosial rentan terjadinya hilang akun akibat perbuatan orang yang tidak bertanggung jawab, seperti misalnya dihack, atau media sosialnya bermasalah sehingga dilarang beroperasi. Selain disimpan di website tersendiri, konten dakwah bisa juga di back-up di hardisk atau sarana penyimpanan online lainnya yang terpercaya.
Kedelapan, Menjaga Sikap.
Banyak sorotan masyarakat terkait kesesuaian perkataan dan perbuatan pendakwah. Pendakwah terhadap dirinya sendiri maupun antarpendakwah sebaiknya menjaga etika dalam berdakwah salah satunya saat mengkritik individu, masyarakat, ataupun sesama pendakwah.
Kesembilan, Tidak Memaksakan Konten.
Ada masanya pendakwah harus melakukan aktivitas lainnya selain berdakwah, waktu itu dapat digunakan untuk memperdalam ilmu, evaluasi, meningkatkan pemahaman terhadap karakter dan perilaku audience, membaca berbagai hasil penelitian, perkembangan ekonomi, sosial budaya, dsb untuk menambah wawasan dari pendakwah terkait dengan keadaan di dalam masyarakat maupun selera masyarakat yang dapat dipahami oleh Pendakwah. Tidak masalah konten yang dihasilkan sedikit asalkan sudah berdasarkan ulasan yang kuat.
Kesepuluh, Kuasai Digital dan Aturannya.
Dalam membuat konten gambar dakwah, gunakanlah ilustrasi yang ringan dan tidak menimbulkan sensasi di kalangan masyarakat, karena inti dari konten gambar Pendakwah sebenarnya adalah isi dakwahnya. Selain itu dalam melakukan siaran, pertimbangkanlah melakukan siaran langsung, sebaiknya siaran tunda. Ingatkan jamaah yang hadir agar menggunakan alat perekam suara dan HP dengan bijaksana. Nah tak kalah pentingnya, baca dan pahamilah Undang-Undangg Nomor 32 Tahun 2002 tentang Penyiaran, pahamilah Undang-Undangg Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta, Kode Etik Jurnalistik, pahamilah Nomor 11 Tahun 2008 Tentang. Informasi Dan Transaksi Elektronik, pahamilah Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999 tentang Pers, Pedoman Perilaku Penyiaran dan Standar Program Siaran (P3SPS), Peraturan penggunaan setiap media sosial, serta peraturan relevan yang lainnya.
Kesebelas, Menguasai Ilmu Agama.
Bagi siapapun yang ingin menjadi Pendakwah terutama di sosial media harus menguasai baik secara lahir maupun batin terhadap ajaran agama. Seperti memahami bahasa asli dari kitab suci. Layaknya agama Islam yang harus paham bahasa arab, ilmu hadist, dan sebagainya. Selain itu, jangan lupa baca juga riwayat hidup para Pendakwah terdahulu, di sana akan terlihat betapa lamanya mereka belajar, menghafal, hingga mampu menyampaikan pesan sesuai dengan ajaran agama. Tidak ada jalur cepat menjadi pendakwah. Menyampaikan firman Tuhan itu perlu ilmu, penalaran, metodologi, dll.
Bagaimana? Sudah mengenali kan beberapa hal yang harus diperhatikan sebelum berdakwah di Media Sosial, bukan? Jangan lupa terus gali ilmu agama, ilmu lainnya dan keadaan lingkungan sekitar, ya. Agar dakwah kita benar tersampaikan ke masyarakat sesuai dengan tujuan mulianya. (Nov/)
Sumber :
0