raundoh tul jannah
27 Jul 2020 at 22:21


Hai Sahabat Damai,

Sudah lima bulan lamanya kita melakukan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Hampir semua sektor berdampak, termasuk semua rutinitas kita sehari-hari. Tidak hanya orang tua, namun anak-anak yang masih mengeyam pendidikan belajar formal maupun non-formal pun berdampak. Sehingga kegiatan mereka dialihkan menjadi metode pembelajaran berbasis jaringan atau daring. Sayangnya, proses pembelajaran daring ini sangat berbeda dengan metode pembelajaran konvensional. Apabila pembelajaran biasanya dilakukan pada pagi hari dan tatap muka dengan durasi waktu ynag sudah diatur, pembelajaran daring dilakukan secara kondisional, sewaktu-waktu bahkan ada penugasan saat malam hari. Di sisi lain ada banyak anak-anak pula yang harus berjuang untuk mengikuti proses pembelajaran tersebut.

Hal-hal tersebut mengakibatkan psikis anak menjadi mudah cemas dan selalu ketergantungan dengan gawainya. Mereka akan menanti kapan guru atau dosen akan memberikan tugas. Ketika tenggang menanti secara tidak sadar intensitas anak untuk mengakses gawai lebih meningkat dibanding hari biasanya dan bahkan justru dimanfaatkan untuk bermain game daring. Selain membuat pengeluaran paket data meningkat, banyak efek samping yang ditimbulkan seperti anak mudah cemas, stress, insomia, kesehatan mata menurun, anak lebih individual bahkan kecanduan bermain dan bingung ketika tidak berada di dekat gawainya.

Lalu, apakah yang perlu kita lakukan dengan kondisi tersebut.

  1. Buatlah jadwal rutinitas di hari aktif dan hari libur dengan fleksibel. Sekilas seperti monoton, sebagai pelaku atau orangtua harus mengatur jadwal kegiatan untuk keluarga. Namun apabila kita dapat menjalankan panduan rutinitas dan membagi waktu secara tepat, memprioritaskan waktu belajar, waktu bermain serta waktu untuk keluarga. Maka ketergantungan dan kecanduan media sosial selama di rumah saja dapat diatasi. Sehingga kehidupan di media daring seperti sosial media dan luring atau kehidupan nyata akan seimbang. Resiko stress pun dapat ditekan dengan baik dan hasil produktifitas kerja akan maksimal. Mimin sudah pernah mengaplikasikannya hingga saat ini dan kita dapat menghasilkan kerja yang menyenangkan nan optimal.
  2. Berkebun. Aktifitas satu ini dapat menjadi alternatif untuk mengurangi ketergantungan kita atau anak-anak dengan media sosial. Dengan berkebun kita dapat lebih banyak bergerak dan melatih beberapa otot lengan hingga kaki. Kegiatan ini dapat dilakukan di lahan ataupun media tanam seperti sayuran hidroponik dan lainnya. Selain membanggakan diri sendiri dan dapat mengapresiasi anak karena dapat menghasilkan tanaman yang dapat dikonsumsi hingga menjadi hiasan cantik, kegiatan ini dapat membuat anak lebih rileks karena menghirup lebih banyak oksigen. Kegiatan menanam juga menganjarkan kita tentang persatuan dan kekompakan untuk saling bahu membahu mencapai tujuan utama yaitu menanam dan menghasilkan tanaman yang baik.
  3. Segala kegiatan yang menguras pemikiran dapat kita rilekskan dengan berolah raga. Selain mendukung kebugaran tubuh, kesadaran untuk mencintai diri sendiri akan lebih meningkat. Dengan berolahraga dan mengimbanginya dengan asupan makanan bergizi seimbang dapat mencegah berbagai penyakit yang dapat timbul seperti gangguan penglihatan, obesitas dan stress. Pola hidup sehat perlu diterapkan kepada anak-anak sejak dini mungkin, dengan membiasakan bangun pagi kemudian berolahraga bersama keluarga tentu akan menambah kekompakan antara  anggota keluarga. Pastinya anak akan merasa terlindungi dan orangtua hadir dengan mereka.
  4. Menonton bersama keluarga. Kegiatan ini dapat dilakukan ketika malam hari seusai pekerjaan dan aktifitas anak mengerjakan tugas sekolah selesai. Namun, jangan terlalu larut karena akan membuat tubuh tidak maksimal dalam beristirahat. Kegiatan menonton di hari libur akhir pekan tentu akan menambah intensitas anak berinteraksi dengan orangtua dan orang terdekat dibanding memilih bersahabat dengan gawainya atau dunia maya sebagai rumah kedua generasi milenial serta Gen Z. Ketika menonton, orangtua pun dapat melatih pola pemikiran kritis anak-anak ketika menyikapi suatu hal di dalam tanyanagn tersebut sehingga nanti diskusi tersebut akan tercipta. Bagaimana, sempatkan ya mom dan Sahabt Damai. Keluarga adalah rumah ternyaman di dalam hidup ini.
  5. Melakukan hobi. Banyak aktifitas yang tidak sempat kita lakukan karena terlalu sibuk dengan rutinitas konvensional yang dilaakukan secara tatap muka. Namun, kesempatan melakukan kegiatan daring dpat dimanfaatkan oleh kita dan anak-anak untuk lebih mengekplorasi hobi atau aktifitas lain yang berdampak positif terhadap psikologis mereka. Misalkan dengan membaca buku fiksi, berlatih musik atau menonton film.
  6. Anak kecanduan dengan media sosial salah satunya diakibaatkan karena mereka merasa tidak memiliki kawan yang dapat diajak berinteraksi secara maksimal di lingkungannya. Oleh karena itu, kita sebagai orang dewasa atau orangtua harus pandai memanfaatkan waktu tersebut untuk menjadi pendengar yang baik dan mengetahu apa saja keinginan anak kita atau saudara kita. Apabila anak diperhatikan dan sering diajak komunikasi maka mereka pun akan menjadi komunikator yang baik dan akan mudah mungkin menyampaikan apa yang mereka alami. Keuntungan besar bagi orang dewasa atau orang tua karena hal tersebut dapat menjadi kontroler otomatis, apa saja aktifitas yang mereka lakukan. Baik di mesia sosial dan dunia sosialnya, guna menekan terjadi pengaruh negatif dan melatih keselektifan dalam bersosial.

Nah itu tadi SahabAt Damai, beberapa hal yang mimin sudah coba dan dapat dilakukan untuk tetep menjaga anak-anak dan diri kita sendiri untuk tidak terhanyut dengan candunya media sosial. Apa saja yang dilakuka secara berlebih tentunya berdampak kurang positif. Semangat dan optimis selalu Sahabat. Salam Tetap Aman Hati, Pikiran dan Jiwanya Ya.




Oleh: Raundoh Tul jannah (R.T.J.)

0