raundoh tul jannah
24 Jul 2020 at 18:53Generasi muda atau orang muda,
siapa yang tidak kenal dengan mereka? Dikenal dengan semangat yang menggebu, ide
yang cemerlang hingga trobosan yang gemilang namun, terkadang syarat pula
dengan dinamika permasalahan kehidupan. Menurut World Health Organization (WHO),
mereka adalah remaja usia 10 sampai 24 tahun. Namun, ada pula Civil Society
Organization (CSO) di Asia Pasific yang menggunakan batasan usia remaja
hingga usia 35 tahun. Mimin mengetahui informasi tersebut secara langsung ketika
mengikuti salah satu forum CSO di tingkat Asia Pasifik.
Nah, orang dengan rentan usia
inilah yang secara pskilogis sedang mengalami tingkat emosional yang belum
stabil, sedang gencar-gencarnya mencari jati diri, berinovasi hingga tidak
sedikit pula yang dimaanfaatkan oknum tidak bertanggungjawab untuk menebar paham
intoleransi. Misalnya saja, pelaku bom bunuh diri yang dilakukan oleh seorang
remaja di JW Lounge Hotel JW Marriott, 17 Juli 2009 silam. Yang mana, berdasarkan
hasil sketsa wajah tim Disaster Victim Identification Markas Besar Polri diperkirakan
pelaku berusia 16-17 tahun. Miris bukan, dan secara sadar ia bahkan membuat
video sebelum melakukan peledakan.
Tidak hanya itu, rentetan kasus
peledakan bom yang melibatkan orang muda usia belia juga terjadi di Sukoharjo dan
Polrestabes Medan 2019 lalu. Pelaku berusia 22 tahun dan 24 tahun. Kasus
tersebut adalah salah tiga contoh tindakan teror akibat pencucian otak terhadap
remaja. Masih banyak kasus merugikan lain, yang melibatkan orang muda di
dalamnya. Amat disayangkan, dan peristiwa akibat paham intoleran tersebut tidak
boleh terjadi lagi apalagi menimpa orang terdekat kita.
Lalu, apakah orang muda memiliki
kaitan dengan urusan mengamalkan toleransi dan menjaga perdamaian bangsa? Tentu
saja. Sahabat Damai, dalam urusan menjaga perdamaian, ini menjadi pekerjaan
rumah besar kita bersama. Sebuah bangsa
yang besar seperti Indonesia saat ini, untuk mewujudkan cita-cita kehidupan
manusia yang bahagia dimasa depan tidak bisa dilakukan oleh pemerintah atau
lembaga sosial pergerakan secara sendiri-sendiri tanpa aksi dari orang muda
pada zamannya. Waktu akan terus dinamis, pemangku kebijakan akan terus
berganti namun nilai-nilai luhur bangsa harus ditanamkan agar tidak sirna tertelan
arus modernisasi. Peran generasi milenial dan generasi Z sangat dibutukan
karena mereka adalah pemberi pengaruh terbesar terhadap sesama penerus bangsa
bahkan orang dewasa, terutama yang berkaitan aktifitasnya di sosial media.
Ajarkan dan berikan contoh kepada
orang muda baik disekolah atau di rumah untuk bijak bersosial di dunia maya
sebagai rumah kedua mereka. Selain memberikan contoh kepada generasi muda yang
kreatif cara mengidentifikasi dan mengkounter hal-hal yang mengandung nilai disinformasi.
Berikan pula contoh dampak sosial dan hukum apabila mempertunjukkan argumen
atau hal-hal yang tidak pantas. Ujaran kebencian yang dapat menimbulkan
kebencian dan berdampak terhadap situasi yang tidak damai bagi orang lain.
Dengan memberikan pemahaman yang baik, kita akan mempersempit ruang gerak
orang-orang yang memiliki pemikiran dan memanfat fasilitas media sosial untuk
hal-hal yang tidak positif di tengah-tengah masyarakat.
Secara sederhananya, kebahagian
bangsa ini dapat dicapai dengan kerjasama antara orang muda dan orang dewasa
yang dapat mengaplikasikan teori MYP-YAP (Meaning Youth Participation- Youth
Adult Partnership). Sinergitas antar
lembaga sangat diperlukan, tidak hanya tugas sektor pendidikan. Terus
mensosialisasikan dan menanamkan pola pendidikan yang tepat terutama amalan
nilai-nilai Sila 1-5 Pancasila sebagai ideologi identitas bangsa Indonesia di
aspek kehidupan sosial sangat diperlukan. Menjadikan anak-anak muda sebagai role
model sebaya, agen perdamaian dan
keberagaman tanpa mendiskriminasi orientasi seksual atau latar belakangnya.
Sangat dianjurkan pula mensosialisasi hal tersebut kepada orangtua atau
pasangan muda yang hendak menikah untuk mengikuti kelas pranikah melek
toleransi. Karena berbicara toleransi itu penting yang akan menyambungkan banyak
hal di kehidupan kita.
Sahabat Damai. Menghadirkan
kebahagian adala sebuah hal yang mulia bagi semua. Sebagai masyarakat modern
mari mengupayakan kebahagian tersebut dan melek toleransi. Ketika kita sebagai
anak bangsa diberikan kesempatan untuk berpartisipasi untuk melakukan hal-hal
baik tersebut, mari kita lakukan dengan memulai dari lingkungan terkecil diri
kita.
Maka, tugas orang muda saat ini. Bangunlah jejaring sebanyak-banyaknya dengan masyarakat dan berkolaborasi untuk menyebarluaskan pesan-pesan damai serta bisa sampai ke seluruh pelosok negeri dari ribuan bahkan jutaan penduduk Indonesia. Memanfaatkan pengikut medi sosial untuk hal-hal positif. Maka yakinlah semua yang kita lakukan adalah proses ibadah kita sebagai sesama umat manusia dan akan dicatat sebagai amal kebaikan dan, sebaliknya, apabila kita melakukan hal negatif dengan menyebarkan hal buruk tentu akan kembali ke diri kita. Karena pesan-pesan yang kita bagikan akan kembali memberikan ke manfaat ke diri kita, keluarga, masyarakat, agama, bangsa, dan negara, tercinta INDONESIA. Jadilah pembidik bukan dibidik.
Oleh: Raundoh Tul Jannah (R.T.J)
0