Riska Yuli Nurvianthi
12 Mar 2020 at 13:24


Media Sosial merupakan alat virtual jejaring komunikasi yang dapat menghubungkan individu satu sama lain melalui jaringan digital. Keberadaan media sosial sebagai wadah menyatukan kiprah sosial secara online menjadi tranding dan bukan sesuatu yang baru lagi. hampir setiap orang memiliki jejak di sosial media sehingga untuk menemukan private data bukanlah sesuatu yang sulit. Kebebasan tersebut tidak dipungkiri sebagai pergesaran global yang bersifat modernisasi menjadi post-modernisasi. Kebebasan berselancar secara online selain dilihat dari sisi positif yakni memudahkan komunikasi satu sama lain, dan kebebasan berselancar menemukan berbagai ide dan pemahaman yang baru secara luas dengan menghilangkan batasan-batasan dalam berkespresi, juga perlu dipahami akan berbagai sisi negatif yang dapat ditemukan misalnya perilaku kecanduan akan bermedia sosial (behaover addiction).

Kecanduan bermedia sosial merupakan gangguan mental secara psikologi yang meningkatkan hormon dopamine (pemicu rasa bahagia) yang tidak sewajarnya dan hormon adrenalin (emosi yang meningkat) yang dapat mengakibatkan kecemasan yang berlebihan sehingga mengganggu perubahan mood seseorang, serta adanya gangguan afeksi (merasa depresi dan sulit menyesaikan diri meyebabkan terganggunya kehidupan sosial secara langsung baik secara kualitas maupun kuantitas komunikasi terhadap sesama).

Media sosial yang biasa disebut dengan jendela dunia, bukan cuman memudahkan seseorang dalam membangun relasi namun digunakan sebagai sarana menemukan informasi ter-update yang marak dibicarakan oleh orang lain melalui jejaring akun sosial media seperti facebook, instagram, twitter, dll. Kecanduan untuk update status, meneruskan/membagikan berbagai konten sebagai people power merupakan nilai positif dalam bermedia sosial namun hal tersebut harus di jadikan sebagai titik fokus utama dalam menggunakan akun sosial media.

Komunikasi dengan media sosial dengan sangat mudah dapat menyebabkan kesalahpahaman pemaknaan. Kebebasan mengekspresikan diri dalam bentuk updating status di beranda sosial media terkadang kebablasan menciptakan berbagai hal yang bersifat negatif, yakni membuat/menulis konten yang dapat menyebabkan keresahan, meneruskan informasi tanpa bukti konkrit yang jelas dan kredibel dapat menyebarkan kebohongan massal (hoaks), propaganda dan Isu SARA.

Hal tersebut menjadi permasalahan yang sangat fatal sehingga behaover addiction (perilaku kecanduan) yang terjadi terhadap seseorang tersebut dapat mengakibatkan dirinya meresakan ketidaknyamanan yang berlebihan. Selain itu menebarkan berbagai konten tanpa melakukan riset adalah pelanggaran komunikasi sehingga jelas bahwa tindakan tersebut bukanlah sebuah tindakan yang dianjurkan.

Bukan hanya itu, kecanduan sosial media juga dapat mengakibatkan diri lebih egois dalam bersikap, terkadang rasa kemalasan dalam menuntaskan hak dan kewajiban lebih tinggi diakibatkan penggunaan waktu yang dihabiskan dalam bermedia sosial lebih banyak dibanding melakukan pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya, rasa hormat dan sopan santun tidak lagi menjadi bagian penting dan malas berkomunikasi dengan seseorang dalam dunia nyata yang menyebabkan ketidakpekaan yang dapat menurunnya keterampilan sosialisasi offline sehingga adiksi sosial media tidak boleh disepelekan begitu saja.

0