Fiskal Purbawan
26 Jun 2020 at 08:45


Lembaga Bank Dunia menyampaikan data bahwa 53% anak-anak di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah sedang mengalami learning poverty. Situasi ini membuat kondisi pendidikan di Indonesia, berada di lampu kuning atau masuk dalam kondisi warning. Bila hal ini dibiarkan terus-menerus, akan mengancam kemampuan siswa bahkan tenaga kerja di masa nanti. Eits bentar, learning poverty itu apa ya? Kok bisa jadi bahaya bagi negara-negara berkembang?

Secara harfiah, Learning Poverty berarti suatu kondisi ketidakmampuan anak dalam membaca dan memahami cerita sederhana. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) juga mengakui temuan ini. Berdasarkan hasil riset dari Indonesian National Assesment Programme, dinyatakan bahwa ada 6% siswa di Tanah Air yang memiliki kemampuan membaca yang baik. Perlahan namun pasti, Indonesia mulai memperbaiki kondisi ini. Sejak tahun 2000, sudah terjadi peningkatan angka partisipasi anak sekolah sebesar 10 juta siswa. Kondisi ini juga disertai dengan peningkatan skor rata-rata matematika dalam Programme for International Student Assessment (PISA) antara tahun 2003 sampai 2015. Tentu itu saja masih cukup. Diperlukan peran aktif dari kita sebagai pemuda untuk mengurangi hal ini terjadi. Apa saja yang bisa kita lakukan?

1. Rutin membaca dan diskusi

Apa yang kamu lakukan kalau ada waktu senggang? Saya jamin semua jawabannya pasti main HP. Mulai deh main hp-nya diubah jadi membaca, paling gak sekali seminggu. Cari buku-buku dengan topik yang bisa menarik perhatianmu. Kemudian, coba cari di antara teman-temanmu yang suka jenis bacaan dengan topik yang sama. Gak harus buku, bisa aja artikel ilmiah atau artikel santai. Nah habis itu dilanjut diskusiin bareng. Karena, ternyata orang lain bisa memberi sudut pandang berbeda dan menarik. Coba aja dulu!

 2. Baca hati-hati dan ulanglah jika kurang dimengerti

Kamu baca buku bukan lagi latihan Ujian jadi PNS. Jadi, masih ada waktu banyak buat baca santai. Ngapain harus baca dengan cepat coba? Kalau kamu mau benar-benar paham sama keseluruhan inti wacana, ya santai aja. Dipahami, dimaknai, Dicintai, ehh~ Ketika kamu nemu bagian-bagian paragraf yang sulit dipahami, jangan nyerah terus berhenti baca buku. Kamu bisa tanya ke keluarga atau teman supaya bisa jadi lebih paham. Kalau lagi sendirian? Ciee Jomblo. Coba diulang lagi aja bacanya dengan tempo yang lebih pelan.

 3. Mengingat yang telah dipelajari

Hasil penelitian di atas, dapat kamu jadikan sebagai referensi supaya ketika kamu belajar dapat lebih mudah diserap dan juga bisa tetap diingat dengan baik. Seorang psikolog dari Universitas Sussex, Inggris bernama Dr. Jane Oakhill juga mengonfirmasi hal ini melalui sejumlah eksperimen yang telah dilakukannya. Ada dua tipe memori, deklaratif dan semantik. Pada pagi hari, kita cenderung lebih baik untuk pekerjaan yang menggunakan memori deklaratif seperti mengingat sesuatu yang mendetail. Sementara pada siang dan sore hari, kemampuan otak kita lebih baik untuk pekerjaan yang berhubungan memori semantik. Contohnya, adalah menggabungkan antara informasi yang dipunya dengan yang baru, agar kita dapat mengetahui maknanya lebih mendalam.

4. Mempelajari isu baru

Jangan pernah takut belajar hal baru. Masih ada banyak sekali ilmu yang bisa kamu pahami, diluar hal yang kamu sukai. Misalnya, memperkaya softskill (seperti public speaking, atau skill negosiasi), berkomunitas, atau berdiskusi dengan para pakar di bidangnya. Deretan kegiatan di atas bisa membuat cara berpikirmu semakin terbuka, lho. Hal-hal tersebut juga membuatmu lebih update dengan kondisi lingkungan sekitar. Nah itu tadi 4 hal yang bisa mencegah anak muda seperti kita memiliki kualitas membaca yang baik. Harapannya hal ini bisa kita terapkan untuk meningkatkan kualitas membaca kita yang semakin baik. Ciao~

0