I Putu Dicky Merta Pratama
22 Dec 2024 at 07:36


Hari Bela Negara merupakan momentum yang tidak hanya mengingatkan kita pada pentingnya peran setiap individu dalam menjaga kedaulatan bangsa, tetapi juga mengundang refleksi mendalam. Di tengah perayaan yang penuh semangat, penting bagi kita untuk melakukan otokritik : apakah bangsa ini telah berada di jalur yang benar dalam mengimplementasikan semangat bela negara? Dari isu lokal hingga tantangan global, mari kita bahas bersama langkah-langkah yang dapat diambil untuk memperkuat nilai-nilai kebangsaan.

Bela negara bukanlah sekadar slogan apalagi sekedar seremoni belaka, tetapi sebuah panggilan moral bagi setiap anak bangsa untuk menjaga dan memperjuangkan kedaulatan, martabat, dan kepribadian Indonesia. Dalam era globalisasi yang serba dinamis ini, tantangan yang dihadapi bangsa kita semakin kompleks. Dari ancaman terhadap kedaulatan wilayah, degradasi nilai-nilai budaya lokal, hingga meningkatnya intoleransi dan radikalisme, semuanya memerlukan kesadaran kolektif untuk merespons dengan bijak dan tegas.

Hari Bela Negara, yang diperingati setiap tahun, bukan hanya menjadi momen mengenang perjuangan pahlawan di masa lalu, tetapi juga menjadi waktu refleksi. Sejauh mana kita telah mewujudkan semangat bela negara dalam kehidupan sehari-hari? Apakah kita sudah cukup sadar akan peran kita sebagai bagian dari bangsa yang besar? Apakah tindakan kita sudah mencerminkan komitmen untuk menjaga kehormatan dan identitas bangsa?

Kesadaran bela negara tidak hanya terbatas pada aspek pertahanan fisik semata. Di tengah arus globalisasi yang semakin deras, menjaga kepribadian bangsa menjadi tantangan besar. Ketika budaya asing mendominasi dan nilai-nilai lokal kian tersisih, bagaimana kita memastikan bahwa Indonesia tetap berdiri dengan identitasnya yang unik? Lebih dari itu, bagaimana kita menghadapi ketimpangan sosial, melemahnya supremasi hukum, dan krisis kepemimpinan yang dapat menggoyahkan fondasi persatuan bangsa?

Oleh karenanya marilah kita semua untuk melihat bela negara dari perspektif yang lebih luas. Bela negara adalah soal kesadaran, tindakan nyata, dan keberlanjutan. Dengan membangun kesadaran yang kokoh, kita tidak hanya menjaga kedaulatan wilayah, tetapi juga martabat bangsa. Bersama-sama, kita harus menjawab tantangan kepribadian bangsa dengan tetap berpegang pada nilai-nilai luhur Pancasila dan budaya lokal sebagai jati diri bangsa.

Mari kita refleksikan dan hidupkan kembali semangat bela negara, tidak hanya untuk melindungi Indonesia dari ancaman luar, tetapi juga untuk memastikan bahwa Indonesia yang berdaulat, bermartabat, dan berkepribadian tetap menjadi rumah bagi generasi masa depan.


Minimnya Kesadaran Kolektif dalam Bela Negara

Bela negara sering kali dipahami secara sempit sebagai tugas aparat keamanan. Padahal, bela negara adalah tanggung jawab bersama seluruh elemen masyarakat. Sudahkah kita, sebagai individu, mengambil peran aktif? Kesadaran hukum, toleransi, penghormatan terhadap nilai-nilai Pancasila, serta kepedulian terhadap lingkungan dan budaya lokal adalah bagian dari upaya bela negara.

Soekarno pernah berkata “Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghormati jasa pahlawannya.”

Namun, apakah penghormatan ini hanya diwujudkan melalui upacara seremonial, ataukah melalui tindakan nyata? Refleksi ini menuntut kita untuk bertanya: bagaimana kita bisa memperkuat kesadaran kolektif untuk bela negara?


Lemahnya Pendidikan Nilai-Nilai Kebangsaan

Pendidikan bela negara belum menjadi prioritas utama dalam sistem pendidikan nasional. Nilai-nilai kebangsaan sering dianggap sekadar pelengkap, bukan inti pembentukan karakter generasi muda. Tantangan semakin besar dengan berkembangnya era digital, yang memungkinkan penyebaran hoaks, intoleransi, dan radikalisme. Apakah kurikulum kita telah cukup mengakomodasi pendidikan kebangsaan? Bagaimana mungkin kita berharap pada generasi muda jika mereka tidak memiliki pemahaman mendalam tentang nilai-nilai Pancasila?


Ketimpangan Sosial dan Ekonomi

Bela negara juga berarti memperjuangkan keadilan sosial. Ketimpangan sosial dan ekonomi yang masih tinggi adalah tantangan serius. Bagaimana mungkin kita mengharapkan semangat bela negara dari mereka yang merasa terpinggirkan? Apakah keadilan sosial, sebagaimana diamanatkan dalam Pancasila, benar-benar telah diwujudkan?

Ingatlah Mohammad Hatta pernah berkata "Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia bukan hanya slogan, tetapi tanggung jawab kita bersama."


Kurangnya Keteladanan dari Pemimpin Bangsa

Bela negara membutuhkan pemimpin yang mampu menjadi teladan. Sayangnya, kasus korupsi dan penyalahgunaan kekuasaan masih sering terjadi, merusak kepercayaan masyarakat terhadap institusi negara. Bagaimana mungkin rakyat dapat bersatu jika pemimpinnya gagal menunjukkan integritas? Kepemimpinan yang transparan dan antikorupsi harus menjadi fondasi bela negara di ranah politik.


Ancaman Globalisasi terhadap Identitas Bangsa

Globalisasi membawa tantangan besar, terutama dalam menjaga identitas budaya. Budaya asing yang tidak selalu sesuai dengan kepribadian bangsa semakin mendominasi, sementara nilai-nilai lokal perlahan terpinggirkan. sebagaimana perkataan dari Ki Hadjar Dewantara  "Jika kita kehilangan budaya, kita kehilangan jiwa bangsa." Lantas apakah pemerintah dan masyarakat cukup serius melestarikan budaya lokal? Bagaimana kita bisa menjadikan nilai-nilai seperti misalnya Tri Hita Karana atau gotong royong sebagai inti dari bela negara?


Intoleransi dan Radikalisme: Ancaman bagi Perdamaian

Intoleransi, radikalisme, dan kekerasan berbasis ideologi merupakan ancaman nyata bagi persatuan bangsa. Untuk mengatasinya, nilai-nilai luhur seperti Tat Twam Asi (“Aku adalah kamu, kamu adalah aku”) perlu dihidupkan kembali sebagai fondasi membangun harmoni sosial. Prinsip ini menekankan empati dan penghormatan terhadap keberagaman.

Namun, tantangannya adalah bagaimana menciptakan masyarakat yang menghargai perbedaan secara mendalam. Apakah dialog antarbudaya dan antaragama yang dilakukan selama ini sudah cukup efektif? Selain dialog, diperlukan aksi nyata berupa pendidikan toleransi sejak dini, penguatan komunitas yang inklusif, serta kebijakan pemerintah yang tegas melawan ideologi yang memecah belah. Dengan upaya kolaboratif, kita dapat meredam konflik dan menciptakan masyarakat yang hidup dalam harmoni.


Kesadaran Hukum sebagai Pilar Bela Negara

Kesadaran hukum merupakan fondasi utama dalam bela negara yang kerap diabaikan. Fenomena pelanggaran hukum di berbagai tingkatan menjadi cerminan minimnya penghormatan terhadap aturan yang seharusnya menjadi pedoman kehidupan berbangsa. Seperti yang diungkapkan Mahfud MD, “Hukum adalah panglima. Tanpa hukum, tidak ada keadilan.” Oleh karena itu, pendidikan hukum sejak usia dini serta reformasi sistem hukum yang berorientasi pada keadilan menjadi langkah mendesak untuk membangun bangsa yang berdaulat, bermartabat, dan menjunjung tinggi nilai-nilai hukum.


Arah Perbaikan : Dari Refleksi Menuju Aksi

Hari Bela Negara harus menjadi titik balik untuk mewujudkan Indonesia yang berdaulat, mandiri, dan berkepribadian. Berikut adalah langkah-langkah konkret yang dapat dilakukan:

  1. Menguatkan pendidikan bela negara, melalui integrasi nilai-nilai Pancasila, budaya lokal, dan toleransi dalam kurikulum pendidikan.
  2. Meningkatkan partisipasi masyarakat, dalam program ketahanan nasional, baik di bidang ekonomi, budaya, maupun lingkungan.
  3. Memperjuangkan keadilan sosial, melalui kebijakan yang inklusif dan berpihak pada rakyat kecil.
  4. Melestarikan nilai-nilai lokal, sebagai bagian dari identitas bangsa di tengah arus globalisasi.
  5. Membangun budaya, memperbaiki literasi, narasi dan komunikasi/dialog serta toleransi yang positif, untuk mengatasi polarisasi dan konflik horizontal.

Mari jadikan Hari Bela Negara ini sebagai momentum untuk memperkuat semangat bela negara dalam arti yang lebih luas : menjaga kedaulatan wilayah, melindungi martabat bangsa, dan memperjuangkan kesejahteraan rakyat. Dirgahayu Hari Bela Negara! Bersama kita bangun Indonesia yang santih, jaya, dan jagadhita.

0