Patrichia Angelica Bemey
16 Sep 2024 at 05:48
Hari Kesadaran
Internasional akan Pemborosan Pangan, yang diperingati setiap tanggal 29
September, menjadi salah satu agenda global yang bertujuan untuk meningkatkan
kesadaran akan pentingnya mengurangi pemborosan makanan. Dengan populasi global
yang terus bertambah, dan sumber daya alam yang semakin terbatas, pengurangan
pemborosan pangan sangat penting dalam mencapai Tujuan Pembangunan Berkelanjutan
(SDGs), khususnya tujuan ke-12 tentang produksi dan konsumsi yang
berkelanjutan.
Di seluruh dunia,
pemborosan pangan menjadi salah satu masalah yang mendesak karena berkaitan
erat dengan kelaparan, perubahan iklim, dan ekonomi. Sekitar 1,3 miliar ton
makanan terbuang setiap tahun, yang berarti hampir sepertiga dari total
produksi pangan dunia tidak pernah dikonsumsi. Sementara itu, lebih dari 820 juta orang menderita kelaparan,
menciptakan kesenjangan yang sangat besar antara ketersediaan pangan dan
kebutuhan global. Hari ini menjadi pengingat bagi setiap orang bahwa tindakan
individu dan kolektif sangat penting untuk menciptakan sistem pangan yang lebih
adil dan berkelanjutan.
Sejarah
Hari Kesadaran Internasional akan Pemborosan Pangan
Hari
Kesadaran Internasional akan Pemborosan Pangan diresmikan oleh Majelis Umum
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada tahun 2020, dengan dukungan Organisasi
Pangan dan Pertanian Dunia (FAO) dan Program Lingkungan Perserikatan
Bangsa-Bangsa (UNEP). Inisiatif ini bertujuan untuk memfokuskan perhatian
global pada pemborosan pangan yang menjadi masalah serius di semua tahapan
rantai pasokan pangan, mulai dari produksi hingga konsumsi. Hari ini
didedikasikan untuk memobilisasi tindakan global, tidak hanya untuk mengurangi
pemborosan pangan tetapi juga untuk meningkatkan efisiensi dalam penggunaan
sumber daya pangan dan mengurangi dampak lingkungan yang ditimbulkannya.
Tanggal 29
September dipilih untuk memberikan ruang bagi negara-negara di seluruh dunia
untuk mengevaluasi kemajuan dalam mengurangi pemborosan pangan dan untuk
mempromosikan inisiatif yang mendukung ketahanan pangan. Dalam konteks yang
lebih luas, Hari Kesadaran Internasional akan Pemborosan Pangan menjadi bagian
dari upaya global untuk mencapai "Zero Hunger" pada tahun 2030, yang
menjadi salah satu tujuan penting dari SDGs.
Apa Itu
Pemborosan Pangan?
Pemborosan
pangan mengacu pada semua makanan yang diproduksi tetapi tidak dikonsumsi, baik
karena hilang selama proses produksi atau terbuang pada tahap distribusi dan
konsumsi. FAO mendefinisikan pemborosan pangan dalam dua kategori utama:
1. Kehilangan
Pangan:
- Kehilangan pangan terjadi pada tahap awal
rantai pasokan, seperti selama produksi, panen, pengolahan, dan distribusi. Ini
biasanya disebabkan oleh keterbatasan teknologi, infrastruktur yang buruk, atau
kesalahan dalam penanganan hasil panen.
2. Pemborosan
Pangan:
- Pemborosan pangan terjadi di tingkat
pengecer dan konsumen, ketika makanan yang sudah diproduksi, dikirimkan, dan
tersedia di pasar atau rumah tangga akhirnya terbuang tanpa dikonsumsi. Faktor
seperti pembelian berlebihan, tanggal kedaluwarsa, atau makanan yang terbuang
di restoran merupakan beberapa penyebab utama pemborosan pangan di tingkat ini.
Pemborosan pangan
tidak hanya mengacu pada produk pangan yang tidak terpakai, tetapi juga
mencakup hilangnya sumber daya alam seperti air, tanah, energi, dan tenaga
kerja yang digunakan dalam produksi pangan tersebut. Oleh karena itu, mengatasi
pemborosan pangan memiliki dampak positif yang sangat besar terhadap ketahanan
pangan dan lingkungan.
Dampak
Pemborosan Pangan Terhadap Dunia
Pemborosan
pangan tidak hanya berdampak pada ketersediaan makanan, tetapi juga memiliki
konsekuensi yang lebih luas dalam hal sumber daya, lingkungan, dan ekonomi.
Berikut adalah beberapa dampak utama dari pemborosan pangan:
1. Pengurasan
Sumber Daya Alam:
- Setiap makanan yang terbuang sia-sia juga
berarti hilangnya sumber daya yang digunakan untuk memproduksi makanan
tersebut. FAO memperkirakan bahwa sekitar 250 kmĀ³ air digunakan setiap tahun
untuk menghasilkan makanan yang akhirnya dibuang. Selain itu, lahan yang
digunakan untuk menanam tanaman pangan yang tidak dikonsumsi bisa mencapai luas
sebesar 1,4 miliar hektar, yang setara dengan hampir 30% dari total lahan
pertanian di dunia.
2. Kontribusi
Terhadap Perubahan Iklim:
- Pemborosan pangan berkontribusi terhadap
emisi gas rumah kaca. Makanan yang berakhir di tempat pembuangan sampah
menghasilkan metana, gas yang 25 kali lebih kuat dari karbon dioksida dalam
menyebabkan pemanasan global. FAO melaporkan bahwa limbah makanan menyumbang
8-10% dari total emisi gas rumah kaca global, yang mempercepat perubahan iklim.
3. Kerugian
Ekonomi:
- Pemborosan pangan menyebabkan kerugian
ekonomi yang sangat besar di seluruh dunia. Nilai makanan yang terbuang setiap
tahun diperkirakan mencapai 940 miliar dolar AS. Kerugian ini tidak hanya
mempengaruhi ekonomi negara, tetapi juga berdampak pada rumah tangga yang
menghabiskan lebih banyak uang untuk makanan yang tidak dikonsumsi.
4. Kesenjangan
Sosial:
- Sementara miliaran ton makanan terbuang
setiap tahun, lebih dari 820 juta orang di dunia masih kelaparan. Ini
mencerminkan ketidakadilan dalam distribusi pangan, di mana negara-negara kaya
dan sektor rumah tangga di kota-kota besar menghasilkan limbah makanan dalam
jumlah besar, sementara negara-negara miskin dan daerah pedesaan mengalami
kekurangan pangan. Mengurangi pemborosan pangan adalah kunci untuk mengatasi
kesenjangan ini dan meningkatkan akses pangan bagi mereka yang membutuhkan.
Penyebab
Utama Pemborosan Pangan
Pemborosan pangan
terjadi di semua tahap rantai pasokan, mulai dari produksi hingga konsumsi.
Beberapa penyebab utama pemborosan pangan di seluruh dunia antara lain:
1. Kehilangan Pasca
Panen:
- Di banyak negara berkembang, pemborosan
pangan sering terjadi di tahap produksi dan pasca-panen. Kurangnya teknologi
penyimpanan yang memadai, infrastruktur yang buruk, serta cuaca ekstrem
berkontribusi pada kerusakan produk pangan sebelum sampai ke konsumen.
2. Distribusi yang
Tidak Efisien:
- Sistem distribusi yang tidak efisien
menyebabkan pemborosan pangan, terutama di negara-negara berkembang di mana
fasilitas transportasi dan penyimpanan tidak selalu mendukung. Keterlambatan
dalam pengiriman, penanganan yang buruk, dan kurangnya pendinginan yang tepat
dapat menyebabkan pembusukan pangan, terutama pada buah-buahan dan sayuran.
3. Pemborosan di
Pengecer dan Restoran:
- Di negara maju, sebagian besar pemborosan
pangan terjadi di tingkat pengecer dan restoran. Makanan sering kali dibuang
karena tampilan yang tidak sesuai dengan standar pasar, meskipun masih layak
untuk dikonsumsi. Restoran dan toko makanan juga sering kali membuang makanan
yang mendekati tanggal kedaluwarsa atau yang tidak terjual.
4. Kebiasaan
Konsumen:
- Di tingkat rumah tangga, banyak makanan
terbuang akibat kebiasaan pembelian berlebihan, penyimpanan yang tidak tepat,
atau ketidakmampuan memanfaatkan sisa makanan. Konsumen sering
kali tidak menyadari dampak dari pemborosan makanan ini terhadap lingkungan dan
ekonomi.
Langkah-Langkah
Mengatasi Pemborosan Pangan
Untuk mengurangi
pemborosan pangan, diperlukan upaya kolektif dari berbagai pihak, termasuk
pemerintah, industri pangan, petani, pengecer, dan konsumen. Beberapa langkah
yang bisa diambil untuk mengatasi masalah ini antara lain:
1. Meningkatkan
Teknologi Pasca-Panen:
- Investasi dalam teknologi penyimpanan,
pengolahan, dan pengemasan yang lebih baik dapat membantu mengurangi pemborosan
pangan, terutama di negara berkembang. Sistem pendinginan yang tepat dan teknik
penyimpanan yang efisien dapat memperpanjang umur simpan produk pangan,
sehingga mengurangi kerugian pasca-panen.
2. Mengoptimalkan
Distribusi Pangan:
- Meningkatkan infrastruktur transportasi
dan distribusi pangan dapat mengurangi pemborosan pangan di seluruh rantai
pasokan. Pengelolaan yang lebih baik dari sisi logistik dan penyimpanan dapat
memastikan bahwa makanan mencapai konsumen dalam kondisi yang baik.
3. Inovasi dalam
Pengecer dan Restoran:
- Pengecer dan restoran dapat mengambil
langkah-langkah untuk mengurangi pemborosan pangan dengan mengadopsi strategi
pengelolaan stok yang lebih efisien, mendonasikan makanan yang tidak terjual
kepada bank makanan, serta mendidik konsumen tentang pentingnya membeli sesuai
kebutuhan.
4. Edukasi
Konsumen:
- Mendidik masyarakat tentang dampak
pemborosan pangan dan pentingnya perubahan gaya hidup adalah kunci dalam
mengurangi limbah makanan di rumah tangga. Masyarakat dapat didorong untuk
membeli makanan secara bijak, menyimpan dengan benar, dan memanfaatkan sisa
makanan.
5. Pengelolaan
Limbah Pangan:
- Jika limbah pangan tidak dapat dihindari,
maka pengolahan sampah makanan menjadi kompos atau energi biogas adalah solusi
yang lebih baik daripada membuangnya ke tempat pembuangan akhir. Ini membantu
mengurangi emisi gas rumah kaca dan memberikan manfaat bagi pertanian serta
energi terbarukan.
Kolaborasi
Global untuk Mengatasi Pemborosan Pangan
Salah satu
elemen kunci dari Hari Kesadaran Internasional akan Pemborosan Pangan adalah
dorongan untuk kolaborasi global. Pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat
sipil harus bekerja sama untuk mengurangi limbah pangan dan meningkatkan
ketahanan pangan global. Inisiatif seperti Zero Hunger Challenge dan Food Loss and Waste
Protocol yang diusulkan oleh PBB mendorong negara-negara untuk menerapkan
kebijakan yang lebih baik dalam mengelola sumber daya pangan.
Melalui kerja sama
ini, kita dapat menciptakan sistem pangan yang lebih berkelanjutan dan adil, di
mana tidak ada satu pun makanan yang terbuang sia-sia. Ini juga memerlukan
dukungan dari masyarakat umum, yang dapat berkontribusi melalui perubahan kecil
dalam kehidupan sehari-hari mereka untuk mengurangi limbah pangan.
Kesimpulan
Hari
Kesadaran Internasional akan Pemborosan Pangan adalah momen yang sangat penting
untuk memikirkan kembali cara kita memproduksi, mendistribusikan, dan
mengonsumsi makanan. Pemborosan pangan memiliki dampak besar terhadap ketahanan
pangan, perubahan iklim, dan kesejahteraan ekonomi. Dengan tindakan kolektif
dari pemerintah, industri, dan masyarakat, kita dapat mengurangi limbah pangan,
melindungi lingkungan, serta memastikan bahwa setiap orang di dunia memiliki
akses yang cukup terhadap makanan.
Mengurangi
pemborosan pangan bukan hanya tentang menghemat sumber daya, tetapi juga
tentang menciptakan masa depan yang lebih adil dan berkelanjutan bagi generasi
mendatang.
0