Patrichia Angelica Bemey
12 Sep 2024 at 07:36


 

Hari Rabies Sedunia diperingati setiap tahun pada tanggal 28 September sebagai upaya global untuk meningkatkan kesadaran tentang rabies dan langkah-langkah yang perlu diambil untuk mencegah penyebarannya. Rabies, sebuah penyakit virus yang menular dari hewan ke manusia melalui gigitan, cakaran, atau air liur hewan yang terinfeksi, telah menjadi ancaman bagi kesehatan masyarakat di berbagai negara, terutama di wilayah yang kurang memiliki akses terhadap layanan kesehatan dan vaksinasi.

Hari ini menjadi momen penting untuk menyoroti upaya internasional dalam mencegah dan mengendalikan rabies serta memastikan bahwa setiap individu memahami bagaimana cara melindungi diri dan komunitas dari bahaya penyakit ini. Dengan tema-tema yang berubah setiap tahun, Hari Rabies Sedunia bertujuan untuk menggalang aksi bersama menuju dunia yang bebas rabies.

Sejarah Hari Rabies Sedunia

 

Hari Rabies Sedunia pertama kali diperingati pada tahun 2007 oleh Global Alliance for Rabies Control (GARC) dan didukung oleh organisasi internasional seperti World Health Organization (WHO) dan World Organization for Animal Health (OIE). Tanggal 28 September dipilih untuk menghormati Louis Pasteur, ilmuwan terkenal yang menemukan vaksin rabies pertama di dunia. Vaksin ini menjadi terobosan besar dalam upaya pencegahan rabies yang hingga kini masih digunakan secara luas.

Sejak saat itu, Hari Rabies Sedunia menjadi platform global untuk menyebarkan kesadaran tentang ancaman rabies, pentingnya vaksinasi, serta peran penting kolaborasi antara manusia, hewan, dan lingkungan untuk menghilangkan rabies. Setiap tahun, kampanye ini menyatukan organisasi kesehatan, pemerintah, lembaga pendidikan, dan masyarakat untuk berpartisipasi dalam berbagai kegiatan yang mendukung upaya pemberantasan rabies.

Apa Itu Rabies?

Rabies adalah penyakit virus mematikan yang menyerang sistem saraf pusat. Virus ini biasanya menyebar melalui gigitan hewan yang terinfeksi, terutama anjing. Meski penyakit ini dapat mempengaruhi berbagai mamalia, anjing tetap menjadi sumber infeksi rabies bagi sebagian besar kasus yang melibatkan manusia. Rabies tergolong sebagai zoonosis, yaitu penyakit yang dapat ditularkan dari hewan ke manusia.

Setelah seseorang terinfeksi virus rabies, gejalanya biasanya tidak muncul segera. Masa inkubasi rabies berkisar antara beberapa minggu hingga beberapa bulan, tergantung pada lokasi gigitan dan jumlah virus yang masuk ke dalam tubuh. Gejala awal rabies sering kali mirip dengan flu, seperti demam, sakit kepala, dan kelelahan. Namun, seiring berkembangnya penyakit, gejala-gejala parah mulai muncul, termasuk kebingungan, kecemasan, halusinasi, hidrofobia (ketakutan terhadap air), hingga akhirnya koma dan kematian.

Kabar baiknya, rabies dapat dicegah hampir sepenuhnya melalui vaksinasi sebelum timbulnya gejala. Namun, setelah gejala klinis muncul, rabies hampir selalu berujung pada kematian, menjadikannya salah satu penyakit yang paling mematikan di dunia.

Dampak Rabies di Dunia

Rabies tetap menjadi masalah kesehatan serius di banyak negara, terutama di wilayah pedesaan di Asia dan Afrika, di mana sekitar 95% kematian manusia akibat rabies terjadi. Setiap tahun, rabies diperkirakan menyebabkan sekitar 59.000 kematian di seluruh dunia, yang sebagian besar melibatkan anak-anak di bawah usia 15 tahun. Kematian akibat rabies sering kali terjadi karena kurangnya akses terhadap vaksin pasca-paparan dan penanganan medis yang tepat.

Selain itu, rabies tidak hanya membahayakan nyawa manusia, tetapi juga hewan. Hewan peliharaan dan hewan liar, seperti anjing, kucing, rubah, dan kelelawar, merupakan reservoir utama virus ini. Di beberapa wilayah, upaya pengendalian rabies pada hewan masih kurang memadai, sehingga memperbesar risiko penularan kepada manusia.

Upaya Global untuk Mengendalikan Rabies

Pada tahun 2015, WHO, OIE, dan Food and Agriculture Organization (FAO) meluncurkan kampanye global bertajuk “Zero by 30: Global Strategic Plan to End Human Deaths from Dog-Mediated Rabies by 2030." Inisiatif ini bertujuan untuk mengurangi kematian manusia akibat rabies yang ditularkan oleh anjing hingga nol pada tahun 2030. Beberapa langkah utama yang diambil dalam kampanye ini meliputi:

1. Vaksinasi Massal Anjing:

   - Anjing menjadi sumber utama penularan rabies kepada manusia. Oleh karena itu, salah satu cara paling efektif untuk mengendalikan rabies adalah dengan melakukan vaksinasi massal pada anjing. Vaksinasi ini tidak hanya melindungi anjing, tetapi juga mengurangi risiko penularan kepada manusia.

2. Edukasi dan Penyuluhan:

   - Peningkatan kesadaran masyarakat tentang rabies dan cara pencegahannya sangat penting. Edukasi di tingkat komunitas tentang pentingnya memvaksinasi hewan peliharaan, menghindari kontak dengan hewan liar, serta segera mencari perawatan medis jika terkena gigitan, dapat menyelamatkan banyak nyawa.

3.Akses ke Vaksin Pasca-Paparan:

   - Setelah terkena gigitan hewan yang terinfeksi rabies, segera menerima vaksin pasca-paparan adalah langkah yang dapat mencegah perkembangan penyakit. Meningkatkan akses terhadap vaksin rabies di daerah-daerah yang berisiko tinggi dapat mengurangi angka kematian akibat rabies.

4. Kolaborasi Sektor Kesehatan dan Lingkungan:

   - Pendekatan One Health, yang melibatkan kerja sama antara sektor kesehatan manusia, kesehatan hewan, dan lingkungan, menjadi strategi penting dalam mengendalikan rabies. Kolaborasi ini memastikan bahwa semua pihak yang terkait dalam pencegahan rabies dapat bekerja bersama untuk mengurangi penyebaran penyakit.

Cara Melindungi Diri dan Komunitas dari Rabies

Mencegah rabies memerlukan tindakan proaktif dari individu dan komunitas. Berikut beberapa langkah penting yang bisa diambil untuk melindungi diri dan komunitas dari rabies:

1. Vaksinasi Hewan Peliharaan:

   - Pastikan anjing, kucing, dan hewan peliharaan lainnya divaksinasi secara rutin. Ini adalah langkah utama dalam mencegah rabies pada hewan dan melindungi manusia dari penularan.

2. Hindari Kontak dengan Hewan Liar:

   - Hindari menyentuh hewan liar, terutama anjing dan kucing liar, rubah, rakun, kelelawar, dan hewan lainnya yang berpotensi menularkan rabies. Jika melihat hewan dengan perilaku yang aneh atau agresif, laporkan kepada otoritas setempat.

3. Segera Mencari Pertolongan Medis:

   - Jika Anda atau seseorang digigit oleh hewan, segera cuci luka dengan sabun dan air bersih selama 15 menit, lalu cari bantuan medis. Pemberian vaksin pasca-paparan dalam waktu singkat setelah gigitan dapat mencegah infeksi rabies.

4. Edukasi Komunitas:

   - Berbagi informasi tentang bahaya rabies dan cara pencegahannya kepada teman, keluarga, dan komunitas dapat meningkatkan kesadaran dan mendorong tindakan pencegahan yang lebih luas.

Hari Rabies Sedunia: Sebuah Momen untuk Bertindak

Hari Rabies Sedunia bukan hanya tentang meningkatkan kesadaran, tetapi juga merupakan ajakan untuk bertindak. Kolaborasi antara pemerintah, organisasi kesehatan, lembaga pendidikan, dan masyarakat sangat penting untuk mencapai tujuan dunia bebas rabies. Setiap tahun, kampanye Hari Rabies Sedunia mencakup berbagai kegiatan seperti vaksinasi massal, seminar edukasi, dan penyuluhan kesehatan untuk mendukung upaya global dalam memerangi rabies.

Dengan komitmen bersama dan tindakan nyata, kematian akibat rabies dapat dicegah sepenuhnya. Hari Rabies Sedunia mengingatkan kita bahwa melalui vaksinasi, edukasi, dan kolaborasi global, dunia bebas rabies bukanlah impian yang mustahil, melainkan target yang dapat kita capai bersama.

Kesimpulan

Hari Rabies Sedunia memberikan kesempatan bagi kita untuk merenungkan dampak rabies di seluruh dunia dan menyatukan kekuatan untuk mengatasi penyakit ini. Rabies adalah penyakit yang dapat dicegah, dan melalui tindakan pencegahan yang tepat, seperti vaksinasi hewan, edukasi masyarakat, dan peningkatan akses terhadap perawatan medis, ribuan nyawa dapat diselamatkan setiap tahunnya. Dengan semangat solidaritas global, kita dapat bergerak menuju dunia yang bebas rabies pada tahun 2030.

0