Patrichia Angelica Bemey
09 Sep 2024 at 08:15


Setiap tahun pada tanggal 23 September, dunia memperingati Hari Bahasa Isyarat Internasional untuk merayakan dan mengakui pentingnya bahasa isyarat sebagai sarana komunikasi utama bagi jutaan orang Tuli di seluruh dunia. Peringatan ini menjadi platform global untuk mengadvokasi hak-hak pengguna bahasa isyarat dan mempromosikan inklusi sosial bagi mereka. Bahasa isyarat adalah bagian integral dari keragaman bahasa dunia, dan hari ini juga merupakan kesempatan untuk menyoroti tantangan serta hak-hak yang dihadapi komunitas Tuli dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk pendidikan, pekerjaan, kesehatan, dan partisipasi sosial.

Sejarah dan Signifikansi Hari Bahasa Isyarat Internasional

Hari Bahasa Isyarat Internasional resmi diadopsi oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada tahun 2017 melalui resolusi yang mengakui hak-hak orang Tuli untuk menggunakan bahasa isyarat dalam kehidupan sehari-hari. Tanggal 23 September dipilih untuk menghormati berdirinya World Federation of the Deaf (WFD) pada tahun 1951, sebuah organisasi global yang berjuang untuk melindungi hak-hak orang Tuli dan mempromosikan bahasa isyarat di seluruh dunia. WFD terus memperjuangkan hak asasi manusia orang Tuli, dengan fokus pada aksesibilitas, kesetaraan, dan pengakuan resmi terhadap bahasa isyarat di berbagai negara.

Peringatan ini juga bertepatan dengan Pekan Internasional Orang Tuli, yang pertama kali diinisiasi oleh WFD pada tahun 1958. Pekan ini mengedepankan kesadaran tentang hak-hak orang Tuli dan menyoroti pentingnya pengakuan bahasa isyarat sebagai alat komunikasi yang setara dengan bahasa lisan. Hari Bahasa Isyarat Internasional bukan hanya untuk meningkatkan kesadaran, tetapi juga untuk mendorong tindakan nyata dalam menciptakan masyarakat yang lebih inklusif bagi semua orang, tanpa terkecuali.

Pentingnya Bahasa Isyarat untuk Komunitas Tuli

Bahasa isyarat adalah sarana komunikasi yang esensial bagi banyak orang Tuli, yang memungkinkan mereka berinteraksi dengan dunia dan mengekspresikan pikiran serta perasaan mereka. Berbeda dari bahasa lisan, bahasa isyarat menggunakan gerakan tangan, ekspresi wajah, dan postur tubuh untuk menyampaikan makna. Setiap negara atau wilayah biasanya memiliki variasi bahasa isyaratnya sendiri, misalnya Bahasa Isyarat Indonesia (BISINDO), American Sign Language (ASL) di Amerika Serikat, dan British Sign Language (BSL) di Inggris.

Bahasa isyarat bukan hanya sebuah alat komunikasi, tetapi juga mencerminkan budaya, identitas, dan komunitas orang Tuli. Sama seperti bahasa lisan, bahasa isyarat memiliki tata bahasa, struktur, dan kosakata yang kaya, sehingga memungkinkan percakapan yang kompleks dan mendalam. Penggunaan bahasa isyarat memberi orang Tuli akses yang setara terhadap pendidikan, layanan kesehatan, pekerjaan, serta kesempatan berpartisipasi dalam kehidupan sosial dan politik.

Namun, meskipun pentingnya bahasa isyarat diakui, banyak negara yang belum memberikan pengakuan resmi atau tidak menyediakan dukungan yang memadai bagi pengguna bahasa isyarat. Hal ini menyebabkan terjadinya hambatan komunikasi dan diskriminasi  yang berdampak langsung pada kualitas hidup orang Tuli.

Tantangan yang Dihadapi Komunitas Tuli

Komunitas Tuli di seluruh dunia menghadapi tantangan yang signifikan dalam hal aksesibilitas dan pengakuan. Salah satu tantangan terbesar adalah kurangnya akses terhadap pendidikan yang inklusif. Di banyak negara, pendidikan bagi anak-anak Tuli sering kali diabaikan, dengan sedikit sekolah yang menyediakan pengajaran dalam bahasa isyarat. Banyak anak Tuli yang terpaksa bersekolah di lingkungan yang tidak mendukung kebutuhan mereka, tanpa adanya guru atau staf yang dapat berkomunikasi dalam bahasa isyarat. Hal ini menghambat perkembangan akademis dan sosial mereka, serta memperparah ketidaksetaraan pendidikan.

Tantangan lain yang signifikan adalah akses terbatas terhadap layanan publik, termasuk layanan kesehatan, peradilan, dan pekerjaan. Kurangnya penerjemah bahasa isyarat di rumah sakit atau pengadilan, misalnya, sering kali menghalangi orang Tuli untuk mendapatkan layanan yang mereka butuhkan. Di tempat kerja, kurangnya aksesibilitas dan pemahaman tentang kebutuhan orang Tuli dapat menyebabkan diskriminasi, ketidakadilan, dan kesenjangan ekonomi.

Di samping itu, stigma sosial masih menjadi hambatan besar. Banyak orang Tuli masih mengalami diskriminasi dan pengucilan dalam kehidupan sehari-hari, sering kali karena kesalahpahaman atau kurangnya edukasi masyarakat tentang komunitas Tuli dan pentingnya bahasa isyarat. Ini dapat menyebabkan isolasi sosial dan mengurangi kesempatan bagi orang Tuli untuk berpartisipasi penuh dalam masyarakat.

Upaya Global dalam Meningkatkan Kesadaran dan Aksesibilitas

Hari Bahasa Isyarat Internasional berfungsi sebagai ajang untuk mengedukasi masyarakat tentang pentingnya bahasa isyarat dan hak-hak orang Tuli. Sejumlah negara dan organisasi internasional telah berupaya untuk meningkatkan aksesibilitas bagi pengguna bahasa isyarat, termasuk dengan memberikan pengakuan resmi terhadap bahasa isyarat dan menyediakan penerjemah di layanan publik.

1. Pengakuan Bahasa Isyarat Secara Resmi

Banyak negara yang kini mengakui bahasa isyarat sebagai salah satu bahasa resmi, seperti Selandia Baru, Afrika Selatan, dan Meksiko. Pengakuan ini memberikan perlindungan hukum bagi pengguna bahasa isyarat dan memastikan bahwa mereka dapat menggunakan bahasa isyarat dalam layanan pemerintah, pendidikan, dan pengadilan. Di Indonesia, Bahasa Isyarat Indonesia (BISINDO) telah mendapatkan perhatian lebih besar dalam beberapa tahun terakhir, meskipun masih banyak yang perlu dilakukan untuk memastikan akses yang merata.

2. Pendidikan Inklusif

Banyak negara kini mulai memasukkan bahasa isyarat dalam kurikulum sekolah dan melatih guru untuk mengajar menggunakan bahasa isyarat. Pendidikan yang inklusif dan aksesibel sangat penting untuk memastikan bahwa anak-anak Tuli dapat belajar dalam lingkungan yang mendukung dan sesuai dengan kebutuhan mereka. Beberapa sekolah juga menyediakan kelas khusus atau sekolah Tuli yang sepenuhnya menggunakan bahasa isyarat sebagai medium pengajaran.

3. Penerjemah Bahasa Isyarat di Ruang Publik

              Penyediaan penerjemah bahasa isyarat di ruang publik, seperti rumah sakit, pengadilan, dan acara resmi, semakin banyak diterapkan di berbagai negara. Banyak siaran berita kini juga menyediakan penerjemah bahasa isyarat, memungkinkan orang Tuli untuk mendapatkan informasi penting. Beberapa negara bahkan menerapkan undang-undang yang mewajibkan penggunaan penerjemah bahasa isyarat dalam acara-acara kenegaraan dan program televisi.

4. Kampanye Kesadaran Publik 

            Organisasi seperti World Federation of the Deaf (WFD), Perserikatan Bangsa-Bangsa, dan berbagai organisasi lokal di seluruh dunia secara aktif terlibat dalam kampanye untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang bahasa isyarat. Melalui kampanye media sosial, program pendidikan, serta acara-acara peringatan, mereka bekerja untuk menghilangkan stigma, meningkatkan inklusi, dan mengadvokasi pengakuan resmi bahasa isyarat.

Peran Teknologi dalam Mendukung Komunitas Tuli

Teknologi juga memainkan peran penting dalam memfasilitasi komunikasi dan aksesibilitas bagi komunitas Tuli. Beberapa inovasi yang telah membantu pengguna bahasa isyarat antara lain:

- Aplikasi Penerjemah Bahasa Isyarat 

             Teknologi digital memungkinkan orang Tuli untuk menggunakan aplikasi penerjemah bahasa isyarat, yang dapat membantu mereka berkomunikasi dengan orang yang tidak memahami bahasa isyarat. Aplikasi ini bisa menerjemahkan percakapan bahasa lisan ke dalam bahasa isyarat secara real-time, memberikan solusi praktis untuk berkomunikasi dalam situasi sehari-hari.

- Platform Video Call dengan Penerjemah

 Layanan video call yang menyediakan penerjemah bahasa isyarat kini semakin banyak digunakan. Ini memungkinkan orang Tuli untuk terhubung dengan layanan publik, keluarga, atau rekan kerja dengan bantuan penerjemah yang berada di lokasi jarak jauh.

- Konten Media Inklusif

  Banyak konten digital, termasuk video, film, dan acara televisi, kini mulai menyediakan subtitle atau penerjemah bahasa isyarat untuk memastikan bahwa orang Tuli dapat menikmati hiburan dan mendapatkan informasi penting secara setara.

Masa Depan yang Lebih Inklusif bagi Pengguna Bahasa Isyarat

Hari Bahasa Isyarat Internasional memberikan harapan bahwa dengan semakin banyaknya negara yang mengakui dan mendukung bahasa isyarat, kita akan menuju masa depan yang lebih inklusif bagi pengguna bahasa isyarat. Namun, masih banyak tantangan yang harus diatasi, termasuk memastikan aksesibilitas yang merata di semua sektor dan menghapus stigma sosial yang melekat pada komunitas Tuli.

Dengan kerja sama antara pemerintah, organisasi, komunitas Tuli, dan masyarakat luas, kita dapat menciptakan dunia yang lebih adil dan setara, di mana setiap orang, tanpa memandang kemampuan fisiknya, memiliki hak yang sama untuk berkomunikasi dan berpartisipasi dalam kehidupan sosial. Mari kita terus mendukung pengakuan bahasa isyarat sebagai hak asasi dan memastikan akses yang setara bagi semua orang.

Kesimpulan

Hari Bahasa Isyarat Internasional adalah peringatan penting yang merayakan bahasa isyarat sebagai sarana komunikasi utama bagi jutaan orang Tuli di seluruh dunia. Melalui peringatan ini, kita diajak untuk menghargai keragaman bahasa, mengadvokasi hak-hak orang Tuli, dan bekerja menuju dunia yang lebih inklusif. Dengan mendukung pengakuan resmi bahasa isyarat, memperluas akses pendidikan dan layanan publik, serta menghilangkan stigma, kita dapat membantu memastikan bahwa semua orang, termasuk komunitas Tuli, memiliki hak yang sama dalam berkomunikasi dan berpartisipasi dalam kehidupan sosial.

0