Ilmal Satriani
01 Jun 2020 at 22:06


“…Indonesia jangan terserah, biarkan corona yang menyerah. Mari melanjutkan kegiatan sosial disatancing dan physical distancing namun tidak hanya #dirumahaja tetapi keluar rumah, pada lingkup yang lebih luas. Kita hanya perlu beradaptasi pada kebiasaan baru ‘New normal’…”

Masyarakat di seluruh dunia harus terbiasa hidup berdampingan dengan Covid-19, dengan catatan mengikuti protocol Kesehatan agar tidak tertular. Kita tidak akan mungkin terus rebahan di rumah. Kita butuh dunia luar dan bersosiaisasi satu sama lain. Namun, tidak sama lagi seperti yang lalu, sebelum pendemi ini menyerang. Ada protocol Kesehatan yang menjadi ‘rambu-rambu baru’ untuk ditaati oleh kita semua.

‘Rambu-rambu baru’ yang kemudian kita kenal dengan new normal. New Normal sebagai scenario untuk melawan covid-19 yang cocok untuk kaum rebahan. New Normal adalah adapatasi pada kebiasaan-kebiasaan baru. Kebiasaan yang belum familiar yang kini harus jadi alternative. Seperti menggunakan masker saat berbelanja. Atau bekerja dan belajar secara online. Menggunakan masker dan berinternet bukankah merupakan hal yang mengasyikan untuk kaum rebahan?

New normal memang tidaklah sulit. Sebab kita telah melaksanakannya, namun lingkup sederhana. Pada era New Normal kita akan melanjutkan social distancing dan physical distancing namun dilingkup yang lebih luas. Kita akan keluar rumah, beradapatasi dan melakukan rutinitas yang ditinggalkan saat Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Dengan penegasan merealisasikan Protokol Kesehatan.

Keluar rumah pada new normal ini bukan berarti bebas. Kita diharuskan menjaga jarak minimal satu meter dan harus lebih rajin mencuci tangan. Serta tentunya menggunakan masker. Ketidakpastian Covid-19 akan berakhir yang mengharuskan kita hidup pada pola baru. Pola yang akan memberikan dua dampak, seperti pada umumnya. Positif dan negatif.

Pola baru ini bisa menjadi positif, tetapi juga dapat menjadi gelombang kedua atau second wave yang akan meningkatkan kurva positif corona virus. Tentu saja kita tidak mau menjadi ‘pelaku peningkat’ maka kita harus menaati segala aturan yang telah ada pada era new normal ini. Kita harus percaya, bahwa Indoensia Bisa. PENDEMI INI PASTI AKAN BERAKHIR. Indonesia jangan terserah, biarkan corona yang menyerah. Mari melanjutkan kegiatan sosial distancing dan physical distancing namun tidak hanya #dirumahaja tetapi keluar rumah, pada lingkup yang lebih luas. Kita hanya perlu beradaptasi pada kebiasaan baru ‘New normal’

PSBB telah menghruskan kita berada di rumah selama 24 jam, dalam tujuh hari. Melakukan segala aktivitas di rumah aja. Pekerjaan kantor, arisan keluarga, belajar semua dillalui dengan video conference. Anak-anak kehilangan waktu bermain dengan teman sekolahnya. Ibu-ibu tidak menikmati bersua dengan kelompok arisannya. Serta tidak ada cengrama dengan teman di kantor oleh Si Ayah.

Seperti yang telah dijelaskan pada paragraf sebelumnya, bahwa bebas pada new normal bukan bebas dengan sebebas-bebasnya. Ada protocol Kesehatan yang menjadi keharusan untuk kita taati. New normal hadir agar kita tidak terus mengisolasikan diri di rumah aja. New normal adalah cara kita untuk tidak tunduk pada Si Corona Virus. Kita bangkit dan melawannya, agar dia menyerah dan meningglkan bumi ini segera mungkin.

New normal merupakan skenario mantap yang telah dipirkan matang-matang oleh pemerintah. Tak bisa dipungkiri PSBB telah menggelisahkan ekonomi kita semua. New normal diharapkan mampu menggairahkan kembali ekonomi Indonesia yang mulai merangkak naik, semakin Mantap. Starup tidak harus gulung tikar. Tetapi, harus memanfaatkan teknologi yang penggunaanya meningkat di new normal ini

0