Jumarni
10 Jul 2024 at 17:36


Pernah dengar kasus Marwa el-Sherbini? pada 1 juli 2009 dibunuh dengan sangat kejam oleh seorang nonmuslim di Pengadilan Dresden Jerman. Hal itu adalah tragedi yang memilukan di mana seorang wanita Muslim Mesir yang sedang hamil dibunuh di pengadilan[1]. Kejadian ini merupakan salah satu kasus yang berkaitan dengan toleransi beragama, yang memang di Barat, rasisme terhadap ras, strata sosial yang berbeda dan agama yang sangat tidak toleran.

Merujuk ke Indonesia, ada kasus kejadian pendeta Kristen HKBP di Ciketing, Bekasi, 2020 yang terluka dalam bentrok dengan massa Muslim, memang menimbulkan keprihatinan dan perhatian luas di masyarakat. Ini merupakan contoh konkret dari bagaimana insiden kecil bisa diangkat menjadi isu yang lebih besar terkait dengan toleransi dan kerukunan antaragama.  Media-media luar Negeri menanggapi dalam situs www.reformata.com, pada 20 september 2010, merilis berita tanggapan Menteri Luar Negeri AS, Hillary Clinton, “Menlu AS prihatin soal HKBP CIketing” . Disusul oleh situs www.crisisgroup.org, Internasional Crisis Group (ICG),  menggambarkan betapa buruknya toleransi beragama di Indonesia “religious tolerance in Indonesia has come under increasing strain in recent years, particularly where hardline islamists and Christian evangelicals compete for the same ground”.

Lantas, benarkah kerukunan umat beragama hancur di Indonesia, setelah kasus Ciketing tersebut? Hemat saya, itu adalah citra yang tengah dibentuk dengan sudut pandang yang tidak proposional. Padahal kasus Ciketing adalah satu kasus yang muncul ditengah kondisi toleransi beragama yang berjalan dengan sangat baik dalam kenyataannya. 2022 SETARA Institute merilis daftar kota paling toleran se-Indonesia dalam laporan Indeks Kota Toleran (IKT) 2022, dan Bekasi berada diurutan ketiga kota yang paling toleran.

Opini yang beredar didudukkan dengan opini pula. Tentu opini dan fakta bisa saja sangat berbeda. Kasus-kasus yang terjadi di Indonesia, bai kantar atau internal umat beragama seyogyanya tetap dilihat sebagai kasus. Kasus-kasus itu memang mencoreng wajah toleransi umat beragama tetapi kasus tersebut sampai saat ini tidak menghancurkan gambar besar kerukunan umat beragama itu sendiri.

Penting untuk dicatat bahwa Indonesia memang dikenal dengan keberagaman agama yang kuat, dan dalam banyak kasus, hubungan antaragama berjalan harmonis. Namun, seperti yang terjadi di mana saja di dunia, terdapat juga insiden-insiden kecil atau provokasi yang bisa memicu ketegangan antar kelompok. Ketika media menanggapi insiden semacam ini, sering kali mereka menyoroti isu intoleransi atau kekerasan antaragama untuk menarik perhatian publik dan mendorong respons yang lebih baik dari pihak berwenang serta masyarakat. Terkadang, pemberitaan ini dapat membuat situasi terlihat lebih buruk dari yang sebenarnya, terutama jika insiden tersebut merupakan kejadian yang tidak umum.

Di Indonesia, toleransi antaragama dan antarkelompok merupakan nilai yang sangat penting. Meskipun tidak terlepas dari tantangan dan masalah, Indonesia dikenal dengan keragaman budaya, suku, dan agama yang hidup berdampingan secara relatif damai. Berbagai agama besar seperti Islam, Kristen, Hindu, Buddha, dan Konghucu berdamping dengan aman, dan memiliki tempat mereka dalam masyarakat Indonesia. Negara ini juga memiliki prinsip Bhinneka Tunggal Ika yang berarti "berbeda-beda tetapi tetap satu" sebagai semangat keragaman yang dijunjung tinggi.

Pada tingkat sosial, meskipun tidak selalu sempurna, masyarakat Indonesia umumnya hidup berdampingan dengan damai tanpa terlalu banyak konflik agama yang serius. Praktik ibadah umumnya dihormati, dan acara keagamaan dari berbagai agama sering kali dihadiri oleh orang-orang dari berbagai latar belakang agama. Secara politik, meskipun ada tantangan dalam menjaga keseimbangan antara agama mayoritas dan minoritas, Indonesia secara resmi menganut prinsip negara berdasarkan Pancasila yang menghormati keragaman.

Sejak lama dan hingga kini, masing-masing umat beragama di Indonesia dalam kesehariannya masih bebas untuk menjalankan kepercayaan agamanya masing-masing. Bahkan di saat terjadi konflik antar komunitas muslim di Maluku, konflik itu tidak menjalar ke wilayah-wilayah Indonesia lainnya. Ini menunjukkan bahwa masyarakat Indonesia pada umumnya memiliki daya resistensi yang tinggi untuk memelihara toleransi dan kerukunan umat beragama.

Secara umum, perwajahan toleransi keberagaman di Indonesia tetap indah nan cantik. Kasus-kasus yang muncul diibaratkan jerawat yang muncul diwajah indah dan cantik, ia tidak menghilangkan esensi keindahan dan kecantikannya. Pandanglah wajah cantik itu, secara keseluruhan; jangan memandang dan membesar-besarkan jerawat yang muncul dibeberapa sisi saja. Tentu jerawat itu menggangu jika tidak diobati dan bias menimbulkan infeksi yang dapat merusak wajah indah secara keseluruhan.

0