Jovan Brando Kuemba
09 Jul 2024 at 12:35Sulawesi Utara adalah salah satu
provinsi yang terletak di ujung utara pulau Sulawesi. Provinsi ini berbatasan
langsung dengan Filipina, sehingga menjadikan Sulawesi Utara atau sering
dikenal dengan sebutan Bumi Nyiur Melambai sebagai beranda terdepan Negara
Kesatuan Republik Indonesia.
Sulawesi Utara memegang peran
penting sebagai gerbang Indonesia di kawasan Asia Pasifik dikarenakan provinsi
ini memiliki letak geografis yang strategis , menjadikannya sebagai pintu
gerbang untuk masuk ke kawasan tersebut. Sulut memiliki potensi yang besar
dalam berbagai sektor, antara lain; perdagangan, pariwisata, sumber daya alam,
dan infrastruktur pendukung.
Selain dikenal sebagai daerah
yang kaya akan sumber daya alamnya, Sulawesi Utara adalah provinsi yang
multikultural dan multiagama. Hal ini bisa terlihat dari kehidupan masyarakat
yang rukun aman dan damai. Konflik antar suku,etnis maupun agama jarang terjadi
di kota/kabupaten di Sulawesi Utara, kalaupun ada resistensi-resistensi yang
terjadi di akar rumput pasti bisa terselesaikan sebelum menjalar dan makin
besar. Mengapa demikian? Hal ini dikarenakan kehidupan masyarakat yang
harmonis, pluralitas yang menyejarah, kearifan lokal serta sinergitas
forum-forum lintas agama yang erat sehingga menjadikan Sulawesi Utara daerah
yang toleransinya sangat tinggi.
“Sulut sulit disulut” merupakan
ungkapan yang bisa menggambarkan kerukunan, perdamaian dan toleransi masyarakat
Sulawesi utara. Pertanyaannya, bagaimana kerukunan dan perdamaian dapat terus
dijaga dan dipelihara?
Kehidupan Masyarakat Yang
Harmonis
Secara historis, kehidupan
bermasyarakat di Sulawesi Utara pada umumnya sangat harmonis dan damai. Hal ini
disebabkan oleh rasa tenggang rasa masyarakat yang tinggi serta faktor tingkat
pendidikan masyarakat pada umumnya relatif tinggi sehingga tidak mudah
terprovokasi. Contohnya, bisa dilihat dari semboyan/moto Nyiur Melambai yakni
“Torang Samua Basudara Karna Torang Samua Ciptaan Tuhan”.
Pluralitas Yang Menyejarah
Masyarakat Sulawesi Utara memiliki
nilai-nilai pluralisme yang tinggi diantara keberagaman agama dan kultur. Sikap
dan sifat saling menghargai antar agama maupun suku sudah melekat sejak dulu dalam
kehidupan orang-orang Sulut. Contohnya adalah ketika ada perayaan keagamaan,
masyarakat gotong royong atau dalam adat minahasa disebut Mapalus membantu
antar sesama. Perayaan Natal umat Muslim membantu menjaga keamanan dan
ketertiban di sekitar Gereja, begitupun sebaliknya umat Kristen bahu-membahu
menjaga Masjid atau Lokasi Salat umat Muslim pada saat Idul Fitri.
Kearifan Lokal
Multikultur adalah berkat yang
luar biasa dari Tuhan Yang Maha Kuasa bagi masyarakat Sulawesi Utara. Beragam
budaya maupun adat dari Sulawesi Utara yang mempengaruhi terciptanya perdamaian
dan toleransi di Bumi Nyiur Melambai. Contohnya adalah perayaan Pengucapan
Syukur atau thanks giving day masyarkat Sulawesi Utara yang
diselenggarakan setiap tahunnya. Tanpa melihat suku,agama maupun etnis,
masyarakat antusias untuk saling silahturami antar sesama dan berbahagia serta
berpesta bersama. Contoh berikutnya dari suku yang terletak di wilayah paling
utara Indonesia yaitu Sangihe. Masyarakat Sangihe setiap tahunnya melaksanakan upacara
adat Tulude yang merupakan ungkapan Syukur kepada sang pencipta atas berkat
yang diterima. Terdapat beberapa tahapan pada pelaksanaan upacara adat Tulude,
salah satunya tahapan Menahulending. Secara harafiah Menahulending adalah usaha untuk
mendinginkan sesuatu yang dianggap panas. Menahulending dari asal kata
Tahulending yang artinya pendingin. Yang dimaksud dengan panas di sini adalah
suatu situasi yang terjadi akibat adanya bencana alam, krisis kekuasaan,
penyakit, hama tanaman, kekacauan, dan lain-lain. Dari kedua hal tersebut
masyarakat Sulawesi Utara menjaga perdamaian lewat kekayaan budaya.
Sinergitas Forum-Forum Lintas Agama
Badan Kerja Sama Antar Umat Beragama (BKSAUA)
dan Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) serta organisasi keagamaan lainnya
memilik peranan penting dalam mempertahankan toleransi dan perdamaian di
Sulawesi Utara.Contohnya, beberapa waktu lalu terjadi konflik di kota Bitung
yang dipicu akibat perang Israel dan Palestina. Tak sampai satu minggu potensi
konflik yang lebih besar bisa dicegah bahkan didamaikan. Hal ini terjadi karena
upaya cepat para tokoh agama dan tokoh adat serta forkopimda gerak cepat mendamaikan para
pihak yang berkonflik. Selain itu juga, di kota Manado terdapat organisasi yang
menjadi wadah anak-anak muda antar agama untuk menjaga kerukunan dan toleransi.
Organisasi tersebut adalah Pemuda Cinta Kerukunan yang digagas oleh BKSAUA kota
Manado.
Dr. Gerungan Saul Samuel Jacob Ratulangi
mencetuskan filosofi “Si Tou Timou Tumou Tou” artinya “Manusia baru dapat
disebut sebagai manusia, jika sudah dapat memanusiakan manusia” merupakan jawaban
dari kutipan “Sulut sulit disulut” serta menjadi faktor yang memengaruhi terciptanya
perdamaian di Bumi Nyiur Melambai.
Penulis : Jovan Brando Kuemba (Duta Damai
Sulawesi Utara)
0