Ratna Lindawati
06 Jul 2024 at 15:55


"Ki Hadjar Dewantara, seorang tokoh pendidikan nasional yang memiliki filosofi sejalan dengan konsep pendidikan multikultural, yaitu Ing Ngarso Sung Tulodo, Ing Madya Mangun Karsa, dan Tut Wuri Handayani yang bertujuan menciptakan masyarakat harmonis dan saling menghargai.”


Apa itu pendidikan multikultural? Bagaimana implementasi pendidikan multikultural dapat diselaraskan dengan filosofi Ki Hadjar Dewantara untuk menciptakan harmoni dalam keberagaman? Pendidikan multikultural adalah pendekatan pembelajaran dalam pendidikan yang bertujuan membangun pemahaman mendalam tentang keberagaman dengan menciptakan lingkungan belajar yang inklusif yang bertujuan untuk mempersiapkan peserta didik untuk hidup dalam masyarakat yang beragam.


Prinsip pendidikan multikultural adalah :

1. Mengembangkan pemahaman menghargai keberagaman.

2. Menanamkan nilai-nilai toleransi, kesetaraan, dan keadilan.

3. Mempersiapkan peserta didik untuk berinteraksi dalam masyarakat yang beragam.


Keselarasan antara prinsip pendidikan multikultural dengan filosofi Ki Hadjar Dewantara adalah :

1. Ing Ngarso Sung Tulodo, yaitu guru sebagai pendidik harus menjadi teladan dalam menghargai keberagaman dan menunjukkan sikap inklusif (penerimaan terhadap perbedaan individu).

2. Ing Madya Mangun Karsa, yaitu di tengah peserta didik, guru harus membangun semangat saling menghargai, kolaborasi, dan menghormati perbedaan.

3. Tut Wuri Handayani, peserta didik didorong untuk berkembang dengan memahami dan menghargai beragam perbedaan yang ada.

Implementasi Keselarasan Pendidikan Multikultural dengan Filosofi Ki Hadjar Dewantara sebagai Kunci Terciptanya Harmoni dalam Keberagaman :

1. Pembelajaran yang berpusat pada murid, yaitu murid dilibatkan secara aktif dalam proses pembelajaran, seperti kegiatan proyek membuat kliping secara berkelompok. Melalui kegiatan proyek membuat kliping tema keberagaman budaya, murid tidak hanya belajar mengumpulkan informasi tentang berbagai budaya di Indonesia melainkan juga memperoleh pengalaman langsung bekerja sama dengan orang lain yang berbeda sebagai dasar kuat untuk membangun harmoni dalam keberagaman.

2. Pendidikan karakter, yaitu pembentukan karakter murid seperti kegiatan shalat dhuha berjamaah dan literasi. Melalui kombinasi kegiatan tersebut, anak akan memahami nilai-nilai moral dan spiritual serta keterampilan berpikir kritis dan komunikasi sehingga tercipta individu yang toleran, pengertian, dan mampu hidup dalam lingkungan masyarakat dari berbagai latar belakang.

3. Inklusi dan penghargaan terhadap kebudayaan, yaitu murid diajarkan untuk menghargai keberagaman latar belakang dan budaya melalui kegiatan membuat buket budaya tentang kebudayaan daerah asal secara berkelompok. Kegiatan ini selai mempromosikan inklusi dan penghargaan terhadap budaya, juga mengajarkan murid untuk bekerja sama, saling menghargai perbedaan, dan mengenal serta memahami kekayaan budaya di sekitar mereka. Sehingga ternanam sikap untuk selalu menghargai dan menghormati setiap individu.

4. Pembelajaran holistik, yaitu pembelajaran yang memberikan pengalaman secara menyeluruh bagi murid melalui kegiatan market day. Kegiatan tersebut merupakan kunci harmoni dalam keberagaman karena mengajarkan murid berbagai keterampilan praktis dan nilai- nilai sosial, seperti toleransi, empati, dan kolaborasi. Dari kegiatan market day, murid dapat belajar untuk saling menghargai dan merayakan keberagaman budaya, mengembangkan keterampilan wirausaha, serta menguatkan karakter mereka.

5. Pemberdayaan murid, yaitu murid diberikan ruang untuk berperan aktif mengambil keputusan terkait pembelajaran dan kegiatan di kelas melalui kegiatan membuat kesepakatan kelas. Selain mengembangkan keterampilan sosial dan emosional, menumbuhkan rasa tanggung jawab, serta pola berpikir kritis murid, kegiatan tersebut juga menciptakan harmoni dalam kelas yang beragam karena setiap suara murid didengar dan dihargai

Keselarasan pendidikan multikultural dan filosofi Ki Hadjar Dewantara merupakan kunci mencapai harmoni dalam keberagaman karena jika diimplementasikan dalam kehidupan pendidikan akan menciptakan individu yang berkarakter, mandiri, serta mampu hidup harmonis dalam masyarakat yang beragam. Selain itu, dapat membantu membangun masyarakat yang lebih toleran dan inklusif sesuai cita-cita Ki Hadjar Dewantara untuk pendidikan yang membebaskan dan memanusiakan manusia.


ARTIKEL FIA 1







0