Riska Yuli Nurvianthi
29 Jun 2022 at 13:54


Kata Ekstremisme seringkali diartikan sebagai gerakan fundamentalisme, sebuah istilah yang lahir dari stigma negatif terhadap gerakan yang berbau kekerasan, fanatisme, atau bahkan terorisme dalam mewujudkan atau mempertahankan keyakinan keagamaan.

Sahabat damai, Mengapa dengan Fundamentalisme ?

Fundamentalisme  dalam konteks ini disebut sebagai sikap religious ekstrime (al-tatharruf al-dini) yang berarti lawan moderatisme (al-tawassuth wa alI’tidal), yakni sebuah penamaan untuk menyebut suatu kelompok keagamaan yang cenderung kaku di dalam menafsirkan doktrin agama dan lebih memilih jalan kekerasan di dalam mencapai tujuan tertentu.

Fundamentalisme, dikenal sebagai al-ushuliyyah al-islamiyyah atau dengan istilah lain al-tatharruf al-dini atau al-tatharruf al-islami (ekstrimisme beragama). Al-Tatharruf berasal dari Tharf (sisi), yakni berada pada satu sisi, baik kanan maupun kiri. Ketika sebuah gerakan ekstrim cenderung memihak penguasa atau kaum mayoritas.

Istilah fundamentalisme bukan merupakan terma yang lahir dari tradisi Islam, juga sering digunakan untuk menyebut sebuah citra minor (pemaknaan miring) terhadap sesuatu hal, sehingga  orang-orang yang biasa disebut kaum fundamentalis sering ‘dianggap’ sebagai kaum  tidak rasional, anarkis, bahkan arogan, dan cenderung untuk melakukan tindakan kekerasan.

Ciri lain yang kadang melekat pada kaum fundamentalis adalah sikap dan pandangan yang radikal, militan, berpikiran sempit (Narrow Minded), bersemangat terlalu berlebihan (Ultra Zealous), atau cenderung ingin mencapai tujuan dengan menggunakan cara dan tindakan kekerasan hingga brutal.

Sahabat damai, bangsa Indonesia adalah bangsa yang menjunjung tinggi akan persatuan dan kesatuan, masyarakatnya open minded dengan segala gagasan dan perubahan yang selalu mengedepankan musyawarah dan mufakat (kedamaian), semangat juang akan nilai kemanusiaan dan keadilan yang tinggi sehingga dengan melihat ciri-ciri fundamentalis di paparkan diatas, sangat jelas bukan budaya dan kebiasaan masyarakat Indonesia.

Kenyataanya fundamentalisme secara harfiah mempunyai arti perpegang pada ajaran yang fundamental dalam agama namun pada ajaran agama yang tidak sesuai dengan anjuran Al-Qur’an dan Al hadist (ajaran yang dibuat-buat dan diyakini keras oleh mereka sebagai kebenaran mutlak).

Pandangan pemikir islam kontemporer dari Mesir Fahmi Huwaidi mengatakan :“ Istilah fundamentalisme itu adalah sebutan yang diberikan oleh orag lain (outsider) dan bernada sinis, karena tidak bersimpati terhadap gerakan tertentu, faktor inilah yang sering pada akhirinya menimbulkan crass dan violence (Fenomena gerakan yang berujung kekerasan)”.

Bagamana Cara Kerja Gerakan Tersebut?

Akar dan alasan biasanya seseorang  terjebak menjadi bagian dari kelompok gerakan Ekstremisme adalah adanya ketidakpuasan dengan pikiran dan kehidupan yang sedang di jalaninya.

Merasa gagal dengan dirinya diakibatkan erat dengan masa lalu sehingga timbul keingingan untuk  melakukan perubahan yang baru yang tidak ditemukan sebelumnya yang berujung terhadap pergeseran pemikiran radikal.

Contoh konkritnya, seseorang yang tumbuh dari kenakalan remaja yang bisa saja diakibatkan lingkungan yang tidak mendukung sehingga lahir perilaku anti sosial dan  ketika harga dirinya anjlok, ia  mulai terlibat perkelahian dan konflik dengan orang-orang di sekitarnya, kemudian menemukan paham kejam yang berhasil mengeksploitasi perasaan isolasi yang dimilikinya saat itu.

Cara paham ekstremisme (fundamentalisme) ini mengeksploitasi pemikiran targetnya dengan Pola Pikir Ekstrem yaitu pertama dengan promosi pemikiran hitam-putih promosi pemikiran hitam-putih dengan mendefinisikan oposisi antara “kita” dan “mereka”, atau “baik” versus “buruk” (memasukan pemikiran individualisme).

Kedua, memahamkan perasaan superioritas yakni kelompok-kelompok ekstremis membingkai diri mereka sendiri lebih unggul daripada individu atau kelompok lain, terutama sebagai cara bagi anggota untuk mendapatkan kembali harga diri mereka, serta rasa kekuasaan, kepemilikan dan komunitas mereka

Kedua, setelah target terjebak, kelompok gerakan kejam tersebut melanjutkan pemasukan ideology baru dengan  proses dehumanisasi.  Dehumanisasi yaitu memberikan karakteristik kebinatangan kepada kelompok lawan mereka (seperti memberi label imigran sebagai “segerombolan tikus”) tujuannya memperkuat mentalitas “kita” vs “mereka”, dan juga melegitimasi tindakan kekerasan di pikiran target.

Ketiga, mereka menciptakan rasa memiliki yang kuat sehingga ketika kelompok gerakan ekstremisme ini berhasil menciptakan rasa memiliki yang kuat dengan para target pengikutnya, ia dengan mudah medoktrin untuk melakukan tindakan kekerasan hingga membunuh.

Langkah Mencegah Gerakan Ekstremisme (fundamentalisme) di Indonesia

Mencegah sebelum terkapar adalah jalan utama yang harus dilakukan agar tidak terbendung gerakan tersebut. Langkah-langkahnya ada pada diri sendiri sebagai manusia yaitu kebiasaan dalam mengintrepresentasikan kebiasaan sehari hari.

Dengan menanamkan pada diri untuk “Say No To Hoax (katakan tidak untuk Hoax), bekali diri dengan banyak referensi, menjadi manusia yang kreatif dan inovatif dalam berkarya, ikut aktif menyebarkan pesan perdamaian, pemikiran terbuka (open your mind), kuatkan literasi media jangan mudah percaya dengan asumsi yang tidak jelas asal-usulnya (saring sebelum sharing).

Diperlukan mawas diri dari kelompok dicurigai intoleran (egois dan memikirkan diri sendiri) dengan cara berkumpul  dengan orang-orang yang sukses dan paham akan etika dan norma agama. selain itu  tetap selau mengimplementasikan makna Pancasila dalam kehidupan sehari-hari.

Bukan cuman itu, utamakan peran orang tua dalam mengawasi lingkungan anak. Sebab  perlu ada sikap kritis dan kewaspadaan dari para orang tua jika melihat gelagat yang mencurigakan dari anak-anak yang terpapar doktrin radikalisme serta semua harus memanfaatkan teknologi informasi untuk melawan berbagai isu negatif menjadi isu damai.

Langkah Penyadaran Korban Kelompok Gerakan Ekstremisme

Oliver Roy guru besar eropa berpendapat dalam bukunya Jihad and Death mengatakan “kelompok ekstremisme pada awalnya kurang termotivasi oleh ideologi Islam radikal daripada oleh rasa nihilism, rasa tidak enak yang terbentuk dari sosial isolasi, fantasi, dan pemberontakan”.

Selain itu ia juga megatakan, Ideologi seringkali bukan penyebab pendorong ekstremisme, tetapi seringkali disebabkan oleh sebab sosial yang mendalam seperti alienasi sosial dan isolasi, sehingga langkah awal yang dilakukan untuk menyadarkan para kelompok ekstremisme adalah memeriksa motivasi yang mendasarinya.

untuk meyadarkan korban dari gerakan tersebut yaitu menghilangkan doktrin pendekatan  ideologi dan semua motivasi mereka masuk dan bergabung dengan kelompok tersebut dari awal. Mengenali motivasi mereka bergabung adalah salah satu cara efektif untuk membantu menyadarkannya daripada secara langsung menghadapi ideologinya, sebab dapat  menjadi boomerang.

Manusia yang keras sangat susah untuk berubah sehingga  cara menghadapi dengan melakukan debat atau berargumen terkait dengan ideologi kepada mereka,  sangat jarang mengarah pada perubahan, bahkan itu dapat memperkuat kebutuhan untuk membenarkan, menjelaskan dan membela ide-ide yang mengarah pada kebalikan dari apa yang kita inginkan.

Pendekatan yang dilakukan dengan memikirkan dan memahami bagaimana target terlibat dalam gerakan yang mempengaruhi cara berpikir dan bernalar mereka dan bagaimana gerakan itu membantu mereka menafsirkan semua yang mereka alami melalui lensa ideologis yang baru di tanamkan di pikiran target.

Sahabat damai, langkah penyadaran selanjutnya adalah membangun pengalaman baru terhadap korban, terutama di bidang sosial agar tumbuh sifat saling peduli yang menciptakan persepsi baru tentang bagaimana berhubungan dengan dunia, sumber-sumber informasi yang berbeda, dengan orang lain dan dengan diri kita sendiri

Memberikan gambaran hidup melalui pengalaman dan interpretasi peristiwa di masa lalu adalah pelajaran terbaik untuk dimasa mendatang agar menjadi orang yang lebih baik tidak merugikan sehingga pemikiran dan ide-ide ekstremis yang kejam didalam benak target akan  berkurang dan kurang menarik dan tobat.

Nah, sahabat damai setelah membaca artikel ini, semoga kamu menjadi satu diantara seribu orang baik yang akan meneruskan perjuangan kami dalam melawan doktrin kelompok gerakan ekstremisme di negara kita. Ayo ambil peran, ekstremisme bukan budaya kita.

0