Riska Yuli Nurvianthi
29 Jun 2022 at 10:02


Bulan Ramadhan, bulang agung dan suci. Bulan yang penuh magfirah, bulan peluang dikabulkannya segala hajat dan doa bagi manusia yang beriman. Selin itu keutamaan yang paling terbaik adalah sebagai pelebur dosa-dosa selama beberapa bulan yang telah dilewati.

Manusia tidak lepas dari khilaf dan dosa sebab tempatnya salah dan memang tidak jauh dari kesalahan dalam hidup kesehariannya. Olehnya intropeksi dan berdoa dan konsisten berbuat baik adalah salah satu usaha untuk berusaha menjadi manusia yang beriman.

Di bulan ini umat Islam diwajibkan berpuasa dan dianjurkan untuk menghidupkan malam-malamnya agar dapat menjadi manusia yang paling beruntung dengan mendapatkan kemuliaan dan keutamaanya. Keutamaan ini disebutkan dalam Shahih Muslim, dari hadits Abu Hurairah RA bahwa Rasulullah SAW bersabda:

“Salat lima waktu, salat Jumat ke Jumat (berikutnya) serta Ramadan ke Ramadan (berikutnya) menghapus dosa-dosa di antara mereka selama menjauhi dosa-dosa besar.” (HR. Muslim)

Ibnu Qayyim Al-Jauziyah dalam kitabnya Madarijus Salikin menjelaskan, lafaz “Maghfirah” (ampunan) lebih sempurna daripada lafaz “takfir” (penghapusan). Karenanya, ampunan berlaku untuk dosa-dosa besar dan penghapusan berlaku untuk dosa-dosa kecil.

Maghfirah merupakan pemeliharaan dan penjagaan, sedangkan takfir mencakup penutupan aib dan penghapusannya. Menurut Ibnu Qayyim Al-Jauziyah, bila disebutkan secara sendiri maka masyarakat bisa memahami dengan penafsiran yang lain bahkan dapat mencakup amal paling buruk sekalipun, seperti yang tertuang dalam  firman Allah SWT:

“Agar Allah menghapus (mengampuni) perbuatan mereka yang paling buruk yang pernah mereka kerjakan.” (QS. Az-Zumar: 35)

Hadits yang masyhur, dari jalur Abu Hurairah, Rasulullah bersabda “Barang siapa yang berpuasa di bulan Ramadhan, dengan keimanan dan mengharapkan pahala dari Allah, maka dosa masa lalunya akan diampuni.”

Hadist tersebut menyampaikan kepada kita agar menyadari seiring dengan bertambahnya waktu dan usia, sedikit atau banyak, sengaja maupun tidak, kita pernah tergelincir dalam dosa. sehingga, bulan Ramadhan hadir sebagai kesempatan yang tepat, untuk mendapatkan ampunan atas dosa yang telah lampau.  

 Abu al-Husain Ali bin Khalaf bin Abd al-Malik, atau lebih dikenal dengan Ibnu Baththal, saat memberikan penjelasan (syarh) atas kitab Sahih al-Bukhari, memberikan ulasan bahwa “ghufira lahu ma taqaddama min dzanbihi” merupakan kalimat umum yang diharapkan supaya seseorang mendapatkan ampunan atas seluruh dosanya, baik kecil maupun besar

 Pengetahuan ini, meski telah disampaikan setiap tahun, perlu diulas kembali, agar keutamaan dan keistimewaan bulan Ramadhan sebagai pelebur dosa tidak dianggap “angin lalu” karena sudah terbiasa dan menjadi rutinitas tahunan yang akan selalu berulang.

Sahabat damai, manusia yang berdosa mempunyai per’umpamaan tiga sungai besar yang dapat membersihkan dosa-dosanya semasa di dunia yakni; sungai At-taubatun-nashuh (taubat nasuha), sungai kebaikan-kebaikan yang melimpah ruah dan menghanyutkan berbagai macam kesalahan di sekitarnya, dan sungai musibah dan cobaan yang menghapus semua dosa.

Selain ketiga sungai tersebut, Dosa-dosa yang pernah diperbuat seorang muslim juga akan diampuni melalui salat tarawih yang dikerjakan atas dasar iman dan ikhlas. Pada zaman Rasulullah SAW, ibadah ini dinamakan Qiyam Ramadan atau menghidupkan malam-malam Ramadan dengan salat malam.

“Barangsiapa ibadah (tarawih) di bulan Ramadan seraya beriman dan ikhlas, maka diampuni baginya dosa yang telah lampau.” (HR Bukhari, Muslim, dan lainnya).

Dalam kitab Bulughul Maram karya Al-Hafizh Ibnu Hajar Al-Asqalani disebutkan, “balasan Qiyam Ramadan adalah ampunan dosa dan penghapusan dosa-dosa kecil yang berhubungan dengan hak Allah SWT.”

Penyebutan kata “Zanb” (dosa) mencakup dosa besar dan kecil. Akan tetapi, Imam al-Haramain memastikan bahwa hal tersebut khusus untuk dosa-dosa kecil saja. Sementara Imam an-Nawawi berpendapat bahwa bila tidak ada dosa kecil, maka diharapkan dosa-dosa besarnya diringankan.

Sahabat damai, meyakini atas keistimewaan bulan Ramadhan sebagai bulan pelebur dosa maka kita bergairah untuk melakukan puasa dengan sebaiknya di siang hari, dan melakukan qiyam Ramadhan di malam hari, ditambah melakukan  berbagai kegiatan ibadah lainnya sebagai bentuk menghidupkan malam Ramadhan. Begitu istimewahnya bulan ramadhan ini dan begitu menyesalnya kita yang melewatkan bulan ini dengan lalai.

0