Bahraeni
04 Aug 2022 at 07:49


Masalah utama yang saat ini sedang melanda negeri ialah ketidakpekaan para pemimpin di Indonesia. Problem ini pun sepertinya harus mendapat perhatian khusus, bebrapa diantaranya malah menjadi penyebab timbulnya masalah. Seperti lembaga eksekutif yang menaikkan harga barang pokok, isu perpanjangan masa jabatan presiden dan ketidakpastian hukum penundaan pemilu.

Hampir semuanya menunjukkan bahwa pemerintah tidak peka terhadap suasana bathin masyarakat. Saat ini masyarakat Indonesia tengah berusaha pulih dari dampak pandemi Covid-19. Dimana dampaknya hampir melibas seluruh aspek kehidupan mayoritas masyarakat. Lalu, ditengah usaha itu pemerintah malah menggulirkan isu yang cenderung konfrontatif hingga menaikkan harga kebutuhan pokok.

Tak terelakkan lagi lah, suasana hati masyarakat yang sedang berusaha sembuh, kini menjadi semakin lemah. Masyarakat bertanya-tanya apa yang sebenarnya sedang dikejar oleh pemerintah dan alasan apa yang membuat pemimpin kita tidak memiliki kepekaan terhadap rakyatnya sendiri.

Masalah yang kedua adalah mandeknya kinerja para anggota dewan legislative. Di masa seperti ini dimana demokrasi kita sedang diterpa cobaan dan akan jauh lebih bijak jika para wakil rakyat yang duduk di dewan legislatif menyuarakan pembelaan. Hal yang sering terjadi dalam masyarakat ita ialah tidak adanya tindakan pemerintah yang mampu membantu mengurangi kekhawatiran masyarakat.

Menyikapi masalah tersebut, sudah menjadi tugas  para wakil rakyat untuk membantu menyuarakan dan menyampaikan permasalahan masyarakat kepada pemerintah. Eits, jangan lupakan bahwa itu adalah salah satu wewenang dari anggota DPR. Fungsi DPR bukan hanya membuat undang-undang loh, namun juga harus menyerap, menghimpun, menampung hukum dan menindaklanjuti aspirasi rakyat.

Perlu diingat lagi bahwa tuan-tuan yang dipilih oleh rakyat harus bersiap untuk dilayani maupun melayani. Sebagai rakyat kami percaya bahwa tuan-tuan yang sedang berada di posisi eksekutif akan melaksanakan fungsi negeri ini dengan baik dan amanah. Ketika kalian terpilih menjadi wakil kami di lembaga legislatif maka kami yakin bahwa kalian akan menjadi penyampai suara rakyat karena itu adalah salah satu fungsi legislatif, orang yang bertugas membuat undang-undang atau menerima dan menolak ajuan dari pemerintah.

Namun, pada kenyataannya fungsi itu saat ini tengah mandul. Kenapa bisa mandul? Karena terlalu kuatnya kepentingan masing-masing kelompok, baik kelompok ideologi maupun kelompok partai/organisasi yang mengutus para wahai wakil rakyat. Mungkin iya kita berbeda secara keyakinan, berbeda sudut pandang politik tapi saat harga-harga naik disaat yang tidak tepat secara umum kita juga akan sama-sama menolak. Disaat isu pemilu ditunda menjadi 3 periode, bukankah itu melanggar konstitusi. Dalam hal ini harusnya semua serentak satu suara ketika suara anggota legislatif sudah mulai pecah. 

Masalah yang ketiga adalah rendahnya kepercayaan publik atas roda pemerintahan yang mana sistem demokrasi itu sendiri. Beberapa tahun belakangan ini trust (kepercayaan) publik saat ini semakin tergerus. Menurut data yang dirilis oleh survey indikator per tahun 2022 menyebutkan, bahwa tingkat kepercayaan publik semakin kesimi semakin menurun terutama pada ornamen eksekutif, legislatif dan yudikatif, pandangan publik baik di dunia maya dan dunia nyata.

Tiga masalah diatas pada titik tertentu membuat Indonesia berada dalam posisi yang berbahaya, bahkan menjadi salah satu ciri-ciri matinya demokrasi. Menurut Steven Laviski dalam bukunya How Democracies Die, yang ada didalam tidak maksimal yang diluar pun tidak percaya dan sejarah telah membuktikan ini merupakan pengaruh dari luar atau konsep asing yang dengan mudahnya memasuki Negara. Oligarki akan mudah menentukan banyak hal secara sepihak disatu sisi masyakat juga berada di titik tidak percaya yang ketika ini diibaratkan akan menjadi snowball effect yang bukan tidak mungkin akan terjadi pembangkangan massal. 

Saat pembangkangan massal ini terjadi, sangat dikhawatirkan masuknya ideologi atau kepentingan-kepentingan luar. Mereka tentu saja ingin mengambil bagian baik secara wilayah maupun sumber daya alam yang tujuannya jelas ingin memecah Indonesia atau mendirikan negara sendiri dan sistem negara sendiri. 

Lantas, apa yang harus kita lakukan? Pada akhirnya kita harus mengerti tugas masing-masing dan harus Kooperatif sebagai masyarakat walaupun tidak peduli, abai apapun itu sebodoh amat apapun kita akan tetap harus memberikan konsentrasi dan perhatian lebih terhadap negeri ini, karena politik ini akan sangat menentukan lini kehidupan kita baik ditingkat individu hingga ke tingkat negara.

Pekerjaan yang akan generasi kita dan anak kita cari nanti semuanya erat dengan politik. kenapa kita harus concern disini? Karena politik iitu menentukan dari hulu hingga hilir kehidupan kita baik kehidupan ekonomi, Spiritual atau beragama. semuanya akan ada hubungannya, karena politiklah yang mengatur regulasinya mulai dari membuat, membatasi dan menghapus regulasi tersebut.

“Percuma ah kita bersuara tidak akan mengubah apapun, mungkin itu benar pada skala yang besar tetapi bukankah perubahan yang besar selalu dimulai dari perubahan kecil ketika dilakukan secara konsisten. Lantas sampai detik ini apa yang kita lakukan? Yuk sama-sama kita menumbuhkan harapan pemerintah yang mana harus mulai peka, anggota dewan harus mulai mendengar, harus mulai bereaksi dengan adil, rakyat pun harus mau peduli terlepas dari apapun perspektif kita terhadap politik, mari peduli dengan cara yang benar.

Sebagai warga negara yang baik kita punya usulan atau opini maka sampaikanlah itu dengan cara yang benar diajang kontestasi pesta demokrasi nanti, jangan sampai mau menerima money politik, uang suapan suara-suara kita jangan mau terlibat dengan isu hoax , jangan mau terlibat dengan penggiringan opini yang sesat juga menyesatkan.

Yuk. Mari menjadi masyarakat yang aktif walaupun pemerintah secara tidak aktif memberikan masyarakat yang mereka inginkan, maka kita sebagai warga negara tetap tidak boleh passive, mari speak up menyuarakan dan memperjuangkan apa yang menjadi harapan kita sebagai warga negara. Ini semua dilakukan untuk generasi kita selanjutnya, lima atau sepuluh tahun kedepan.

Hal tersebutlah yang akan menjadi tanda, bahwasannya demokrasi kita masih hidup di negeri ini. Kita memang tidak bisa berharap sempurnah apalagi politik itu sangat dinamis, ketika rakyatnya cerdas maka bisa jadi pemerintahnya pun semakin baik. Namun,  di satu sisi ketika rakyatnya ignore, bodo amat maka pemerintah dan anggota-anggota dewan yang dihasilkan juga tentu akan menggambarkan masyarakatnya.

Wakil rakyat yang merupakan jebolan dari money politik, orang-orang yang menyogok dan mau disogok. Harus dapat kita kurangi atau dihilangkan keberadaannya. Untuk itu perlu diimbau agar terus proaktif dan atur ekspektasi kita serta jangan berharap semuanya akan berjalan dengan sempurna apalagi sistem, karena tidak akan pernah ada sistem yang sempurna. Salam.

0