Hasna Salma
13 Apr 2020 at 09:36


Merebaknya virus SARS-CoV-2, atau  yang lebih akrab dikenal dengan virus corona. Menimbulkan banyak kekhawatiran di masyarakat, dan tidak malah menimbulkan salah kepanikan. Seperti penyemprotan cairan disinfektan yang marak dilakukan di berbagai daerah di Indonesia akhir – akhir ini.

Tapi tahukah kalian, seberapa berpengaruhkah aktifitas tersebut terhadap pencegahan penyebaran virus?

Menurut World Health Organisation (WHO), penyemprotan disinfektan yang dilakukan ke tubuh manusia, udara, dan jalan raya. Dipandang tidak efektif, karena penggunaan cairan  disinfektan yang berlebihan dapat berpotensi menimbulkan bahaya bagi kesehata dan lingkungan. Salah satunya bisa menyebabkan resistensi baik pada bakteri ataupun virus.

Penggunaan cairan alkohol dan klorin ke seluruh tubuh, dapat membahayakan pakaian dan membrane mukosa yang ada di tubuh kita.  Menurut penelitian yang dipublikasikan JAMA Network Oktober 2019, menemukan bahwa 73.262 perawat wanita yang rutin menggunakan desinfektan untuk membersihkan permukaan alat–alat medis, beresiko lebih tinggi mengalami kerusakan paru–paru kronik.

Selain itu inhalasi gas klorin dan klorin dioksida, dapat mengakibatkan iritasi parah pada saluran pernafasan. Penggunaan larutan hipoklorit pada konsentrasi rendah secara terus menerus dalam jangka waktu lama, dapat mengakibatkan iritasi dan kerusakan pada kulit. Kemudian penggunaan pada konsentrasi tinggi dapat mengakibatkan kulit terbakar parah, dan menimbulkan iritasi ringan pada saluran pernafasan.

Baru-baru ini penggunaan electrolyzed salt water sebagai disinfektan pada bilik disinfeksi, marak digunakan sebagai upaya memutus mata rantai penyebaran virus corona. Namun, ternyata terdapat efek samping yang cukup berbahaya, dan tidak kita sadari. Efek samping tersebut diantaranya, iritasi parah pada saluran pernafasan, iritasi serta kerusakan pada kulit, dan dapat mengakibatkan kulit terbakar parah.

Kloroksilenol (bahan aktif cairan antiseptic komersial) yang merupakan salah satu bahan pembuat bilik disinfeksi, dapat meningkatkan resiko tertelan atau tidak sengaja terhirup. Studi pada hewan menunjukkan bahwa kloroksilenol menyebabkan iritasi kulit ringan dan iritasi mata perih. Sementara penggunaan dosis tinggi, bisa menyebabkan kematian.

Lalu apa yang bisa dilakukan? Dalam hal ini, perlu adanya pengawasan pihak terkait dalam suatu aturan atau pedoman. Sehingga meminimalisir efek bahaya dari disinfektan, terhadap kesehatan masyarakat dan lingkungan.

Jiki disinfektan semprot memang terbukti aman dan efektif secara ilmiah, edukasi lain yang perlu disampaikan kepada masyarakat  adalah seputar bilik disinfesi.  Yang hanya berfungsi untuk membersihkan permukaan tubuh atau pakaian saja (mengurangi jumlah mikroba), dan tidak menyembuhkan tubuh pasien tersebut.

Solusi aman untuk pencegahan pemaparan virus SARS-CoV-2 saat ini, yang sesuai rekomendasi WHO adalah dengan cuci tangan menggunakan sabun (minimal 20 detik), mandi serta mengganti pakaian setelah melakukan aktivitas dari luar atau dari tempat yang terinfeksi tinggi, serta menerapkan physical distancing (minimal 1 meter).  

0